Bab 10 Ini Adalah Milikku

by Asher 10:01,Aug 25,2022
Dia pergi menuju ke sudut yang terpencil itu, melihat seorang petua yang mengenakan pakaian bekas, yang penuh dengan tambalan-tambalan, wajahnya tampak sangat kelaparan, sepertinya sudah lama sekali tidak pernah makan sampai kenyang.

Melihat ada tamu yang datang ke stannya, sang penjual tua itu pun tampak sangat gembira.

Karena lokasi stannya sangat terpencil, hampir tidak ada tamu yang datang kemari.

"Tuan ingin membeli apa?" Bahan obat-obatan di atas stan penjual tua itu sangat sederhana, hanya ada beberapa rerumputan obat herbal yang menguning dan kering, tidak ada bedanya dengan tongkat kayu tua.

Leon memandangi beberapa bahan obat-obatan itu, setelah beberapa saat, ia pun mengambil sebuah rerumputan obat herbal yang kuning kering seperti batang pohon, namun sebenarnya memiliki kekuatan spiritual yang sangat banyak, "Ini."

"Ini sepuluh ribu RMB." Penjual tua itu mengungkapkan harganya, namun ia merasa harganya sepertinya terlalu tinggi, anak muda ini pasti tidak mau.

Tanpa menawar, Leon langsung berkata, "Aku mau ini."

Rerumputan obat herbal itu tampak sangat biasa, namun sebenarnya rerumputan itu adalah salah satu bahan penting untuk membuat pil obat.

Jangankan sepuluh ribu RMB, orang yang mengerti akan hal ini pasti tetap akan membelinya meski karganya seratus ribu RMB atau satu juta RMB sekali pun.

Lagipula penjual tua itu sangat mirip dengan ibunya yang sudah meninggal, hal itu membuat Leon tidak ingin menawar.

Sepuluh ribu RMB bagi Leon juga hanyalah sebuah angka saja.

Penjual tua itu tidak menyangka Leon akan menginginkannya, hatinya merasa sangat senang, "Terima kasih banyak, Tuan, terima kasih banyak."

Keluarganya sangat miskin, ia juga mempunyai seorang cucu yang akan masuk SMP.

Ia membutuhkan uang untuk membayar uang sekolahnya, melihat Leon membeli jualannya, ia merasa sangat senang.

Belum lama sang penjual tua itu kegirangan, terdengar sebuah suara yang keras, "Orang tua, rerumputan obat herbal itu adalah milikku, kenapa kau yang kegirangan?"

Seorang pria kurus yang lengannya bertato naga hitam pun menatap ke arah Leon dan berkata, "Anak muda, pengelihatanmu bagus juga, rerumputan obat herbal ini aku dapatkan dengan sangat susah payah."

Sang penjual tua takut pada pria itu, namun ia tetap berkata, "Bukankah kau telah menjual rerumputan obat herbal ini padaku dengan harga seribu RMB? Kenapa sekarang jadi milikmu lagi?"

Pria bertato itu berkata dingin, "Orang tua, aku menyuruhmu untuk menjagainya saja, daripada rerumputan ini dicuri olehmu, sekarang aku sudah kembali, rerumputan obat herbal ini tentu saja adalah milikku."

Sebenarnya, pria bertato itu menemukan rerumputan obat herbal itu tanpa sengaja.

Ia merasa bahwa rerumputan obat herbal itu adalah ranting pohon tua, tidak akan ada orang yang mau, oleh karena itu ia menjualnya secara paksa kepada sang penjual tua itu, setelah ia membohongi uang pria penjual itu, ia mendengar bahwa rerumputan itu bisa dijual seharga sepuluh ribu RMB.

Sekarang ada orang yang ingin membelinya dengan harga tinggi, tentu saja ia ingin merebutnya dan menjualnya kembali atas namanya sendiri.

Penjual tua itu berkata dengan gemetaran, jantungnya berdebar kencang, "Kenapa kau setidak tahu malu ini? Apa kau sama sekali tidak punya urat kemaluan?"

"Aku memang semenjijikkan ini, apa kau tidak terima?" Pria bertato itu sama sekali tidak menganggap sang penjual tua, wajahnya tampak sangat sombong.

Selain dirinya sendiri, penjual tua itu masih memiliki seorang cucu laki-laki kecil yang akan masuk SMP, mana mungkin pria bertato itu takut pada orang seperti ini, apalagi di belakangnya masih ada Kak Leo yang membantunya.

Melihat pembicaraan antara sang penjual tua dengan pria bertato itu, para penjual obat di sekitar mereka pun mengerutkan alis mereka.

Mereka tahu bahwa pria bertato itu sangat menjijikkan, sangat tidak tahu malu, tapi tidak berkata apa-apa.

Jika mereka berkata sesuatu, mereka akan mendapatkan masalah yang tidak perlu.

Leon tidak memedulikan perkataan pria bertato itu, menyimpan rerumputan obat herbal itu ke dalam kantongnya, dan memberikan uangnya pada sang penjual tua, "Sepuluh ribu RMB, hitunglah kurang atau tidak."

Penjual tua itu tidak menyangka Leon akan memberikan uangnya padanya, hatinya merasa sangat terharu, matanya penuh dengan air mata, "Tidak perlu, aku percaya Tuan tidak akan membohongiku."

Melihat Leon menyerahkan uangnya pada penjual tua, pria bertato itu pun membentaknya, "Anak muda, apa kau tahu apa yang sedang kau lakukan?"

Saat berkata demikian, kedua tangannya sudah ia arahkan ke tangan sang penjual tua yang memegang uang itu.

"Uang itu bukan milikmu." Nada bicara Leon sangat santai, sama sekali tidak menanggap pria bertato itu.

Ia mengulurkan tangan kanannya, mencengkram lengan pria bertato itu dengan keras.

"Kau cari mati ya!" Tangan pria bertato itu ia kepalkan dan ia ayunkan ke arah kepala Leon.

Tanpa melihat pria bertato itu, Leon mengangkat kakinya dan ia tendangkan ke arah perutnya, membuat tubuhnya terpental jauh ke belakang.

Brak.

Pria bertato itu menabrak dinding dengan keras, mulutnya mengeluarkan darah.

Melihat kejadian itu, sang penjual tua berkata dengan wajah khawatir, "Tuan, Anda akan dapat masalah."

"Simpan uangmu baik-baik, pergi dari sini." Setelah berkata demikian, Leon berjalan ke hadapan pria bertato itu.

Tatapan mata pria bertato itu penuh dengan kebencian, kedua matanya sangat merah, sambil menatap Leon ia berkata, "Anak tengil, beraninya kau berbuat seperti ini padaku, kau akan menyesalinya."

"Menyesal?" Leon tersenyum menyindir, ia mengangkat kaki kanannya dan ia injakkan ke lengan tangan pria bertato itu, dan membuat tulangnya langsung patah.

Merasakan kesakitan dari lengan tangannya, pria bertato itu pun berteriak kencang.

"Kak Leo tidak akan melepaskanmu." teriak pria bertato itu dengan keras.

Leon tersenyum dan berkata, "Kak Leo, preman tengil berambut kuning itu?"

"Beraninya kau mengatai Kak Leo preman tengil berambut kuning, kalau kau berani tunggu saja, aku akan menyuruh Kak Leo datang kemari." Meskipun pria bertato itu dipukuli habis-habisan oleh Leon, tapi ia tetap tidak takut pada Leon.

Leon tersenyum dan berkata, "Siapa kau memangnya? Untuk apa aku harus menunggu?"

Dia sama sekali tidak takut pada Kak Leo, sebelumnya Kak Leo juga sudah ia pukuli habis-habisan.

Melihat Leon tidak berani menunggu si sini, pria bertato itu menganggap bahwa Leon takut pada Kak Leo, "Kau sudah memukuliku, sejauh apa pun kau bersembunyi, Kak Leo pasti akan menangkapmu."

Leon malas berbasa-basi dengan pria bertato, ia menginjak kakinya lagi, pria bertato itu pun menutupi perutnya dengan kedua tangannya sambil berteriak kesakitan.

Melihat Leon memukuli pria bertato, meskipun hati para penjual obat merasa sangat bersemangat, tapi mereka juga merasa takut.

Di belakang pria bertato itu masih ada Kak Leo, di daerah sekitar sini sepertinya tidak ada orang yang berani berhadapan dengannya, siapa yang bertemu dengannya pasti akan bernasib sial.

Sekarang Leon malah memukuli bawahannya, sepertinya Leon akan menjalani sisa hidupnya di rumah sakit.

"Ular Hitam, kudengar kau mendapatkan uang seribu RMB, kita juga punya beberapa rerumputan obat herbal yang harganya sangat tinggi, bantu aku untuk menjualnya." Seorang pria berambut kuning yang mengenakan baju bermotif macan tutul berjalan kemari sambil menyenandungkan lagu.

Di belakangnya, ada belasan preman yang rambutnya dicat warna-warni.

Para preman itu berjalan sambil bergoyang-goyang, seperti sedang mabuk.

Mendengar suara Kak Leo, para penjual obat pun langsung menggelengkan kepala mereka, merasa bahwa pemuda ini sangat sial.

Baru saja ia menghajar Ular Hitam, Kak Leo langsung datang kemari.

Tak lama lagi sepertinya dia akan menjalani sisa hidupnya di rumah sakit.

"Kak Leo, untung sekali kau datang kemari, cepat habisi pria ini, dia telah merebut uangku." Melihat Kak Leo datang, Ular Hitam tampak seperti bertemu dengan penolongnya.

Kak Leo melihat ke arah Ular Hitam memandang, lalu ia pun melihat bayangan tubuh Leon yang tenang itu, berjalan perlahan-lahan menuju ke arah pintu Pasar Obat Herbal.

"Sial, sombong sekali, melihatku datang, masih saja setenang itu." Hati Kak Leo merasa sangat marah, hendak memberi Leon pelajaran baik-baik, ingin memberitahunya agar tidak terlalu sombong.

Kak Leo melambaikan tangannya, belasan preman di belakangnya pun segera berjalan ke arah Leon, hendak menghentikannya, tidak memperbolehkannya pergi.

Setelah mereka mengerubungi Leon, wajah mereka pun langsung tampak kaku, gigi mereka gemetaran dengan hebat, seperti bertemu dengan hantu.

Melihat reaksi para preman itu, Kak Leo mengerutkan alisnya dan berkata, "Segerombolan sampah, orang kita sebanyak ini, kenapa takut pada satu orang saja."

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

140