Bab 7 Yang Lalu Biarlah Berlalu
by Asher
10:01,Aug 25,2022
Melihat Kak Leo berjalan ke arahnya, jantung Grace berdebar kencang, dalam hati ia sangat menyesal, seharusnya tadi ia tidak berkata seperti itu.
Seiring dengan berjalannya waktu, sedetik demi sedetik, jarak antara Kak Leo dengan Grace semakin dekat.
Kak Leo membuka kedua tangannya, dan berjalan ke arah Grace, "Adik kecil, teriaklah, kalau tidak teriak, tidak asyik."
Melihat ekspresi wajah Kak Leo yang mesum, tangan kanan Grace mencengkram lengan Leon dengan lebih keras.
Tepat saat kedua tangan Kak Leo hampir mengenai Grace, Leon tiba-tiba mengulurkan tangannya, dan menangkap pergelangan tangan Kak Leo dengan erat.
"Anak muda, beraninya kau menghalangiku." Tatapan mata Kak Leo tampak sangat bengis, ia hendak melepaskan tangan Leon, dan langsung meninju kepalanya, membuatnya menjadi idiot.
Namun seberusaha apapun Kak Leon mencobanya, ia tidak bisa melepaskan tangannya dari Leon.
Ia mengerutkan keningnya, wajahnya tampak sangat muram, keringat dingin dari tubuhnya pun mengalir keluar, "Apa yagn terjadi? Apa kau juga adalah pebela diri?"
Leon malas menghiraukan Kak Leo, ia menendang perut Kak Leo, dan membuatnya terpental ke belakang, darah segar dari mulutnya terciprat ke mana-mana, lalu kepalanya pun terasa pusing dan jatuh pingsan.
Kalau bukan karena kemampuannya yang tidak cukup kuat, serta masalah yang akan ditimbulkan jika ia membunuh Kak Leo, Leon pasti sudah membunuhnya.
Para anak buah yang dibawa oleh Kak Leo, melihat Leon menendang Kak Leo sampai setengah mati dan mengeluarkan darah, mereka pun merasa sangat ketakutan.
Mereka tahu Kak Leo memiliki kekuatan, tak masalah jika ia harus melawan dua puluh orang seorang diri.
Tapi pemuda yang tampak sangat biasa ini, dapat langsung mengalahkan Kak Leo dengan semudah itu, mereka sama sekali bukan tandingannya.
Para preman itu pun ragu, mereka ingin menunjukkan kesetiaan mereka terhadap Kak Leo, tapi juga takut mereka dipukuli.
"Pergi." Nada bicara Leon sangat tenang, sama sekali tidak menganggap mereka.
Mendengar perkataan Leon, para preman itu pun saling bertatapan sejenak, mereka tetap tidak berani melawan Leon.
Pada akhirnya mereka pun berlari ke hadapan Kak Leo, membawa Kak Leo yang terluka cukup parah itu pergi dari sana.
Melihat kemampuan yang ditunjukkan oleh Leon, Grace tersenyum dan berkata, "Leon, tiga tahun tidak bertemu, tenagamu berubah menjadi kuat sekali."
Dia masih ingat dulu saat kuliah, Leon adalah seorang anak laki-laki yang lemah.
Sudah tiga tahun mereka tidak bertemu, tidak hanya penampilan luarnya saja yang tampak tampan, kekuatannya juga sangat mengejutkan.
Teman-teman yang lainnya, melihat kehebatan Leon, bertepuk tangan dan memujinya.
Alice tadi menatap ke arahnya untuk meminta tolong, tapi sama sekali tidak ia hiraukan.
Seorang Grace Chen saja, mampu untuk membuatnya melawan mereka, hal itu membuat Alice kesal.
Dia merasa Leon telah berubah, tidak sama seperti dulu lagi, sangat setia padanya, apapun yang ia katakan pasti ia lakukan.
Vincent, Kenny, dan yang lainnya, merasa sangat kesal.
Pesta reuni ini mana mungkin bisa dilanjutkan lagi, mereka segera pergi ke rumah sakit untuk berobat.
Saat diantarkan ke rumah sakit, Vincent, Kenny, serta teman-teman lainnya yang dipukuli sangat membencu Leon.
Mereka merasa Leon sengaja tidak melawan sejak awal, ia baru melawan setelah mereka semua dipukuli.
Saat Leon berjalan keluar, Alice berjalan ke hadapan Leon, sambil tersenyum ia berkata, "Leon, hari ini terima kasih ya."
Dalam hati ia berpikir, dia harus memegang hati Leon lagi kali ini, membuatnya menjadi budaknya.
"Hn?" Mendengar perkataan Alice, Leon tidak mengerti kenapa dia mengucapkan terima kasih padanya.
Alice tersenyum malu, "Masih saja pura-pura tidak tahu, kau pikir aku tidak tahu bahwa kau menyerang mereka untuk menolongku."
Grace berada di sebelah Leon, mendengar perkataan Alice itu, ia pun merasa jijik.
Wanita ini tadi bersikap seperti itu pada Leon, tapi sekarang ia malah berusaha mendekati Leon, benar-benar tidak tahu malu.
"Kau ini benar-benar tidak tahu malu ya." kata Grace kesal.
Mendengar perkataan Grace, Alice merasa kesal, namun ia tetap tersenyum dan berkata, "Grace, dulu waktu kuliah, yang dikejar oleh Leon adalah aku, bukan kau, tadi dia menyerang mereka pasti juga demi aku, dia hanya malu untuk menunjukkannya blak-blakan saja."
Mendengar perkataan itu, Grace berkata dingin, "Dulu ya dulu, memangnya sekarang masih sama?"
Tiba-tiba, Henry juga berjalan kemari.
Ia memandangi Leon, tatapan matanya sangat bercampur aduk, "Kalau tidak ada kau, entah apa yang akan terjadi pada kita."
Leon berkata dingin, "Ada beberapa hal, yang memang harus dibiarkan berlalu, kelak tidak ada yang perlu kita bicarakan lagi."
Henry sama sekali tidak merasa malu, "Aku tahu tadi aku cukup dekat dengan Vincent dan yang lainnya, tapi kehidupan ini memang seperti ini, kenapa kau tidak bisa lebih dewasa sedikit?"
Mendengar perkataan Henry, Leon hanya merasa konyol.
Dirinya yang sebenarnya adalah seekor monster tua yang berumur tiga ribu tahun lebih, ingin membandingkan pengalaman hidup dengannya? Apa mereka pantas?
Leon malas omong kosong dengan mereka.
Melihat Leon tidak memedulikan mereka, Henry dan Alice pun merasa sedikit kesal, merasa bahwa Leon telah berubah menjadi berhati kecil, sama sekali tidak mudah dibujuk seperti dulu.
"Kau tinggal di mana? Kuantar kau pulang." Grace tersenyum sambil memandangi Leon.
Leon menggelengkan kepala dan berkata, "Tidak perlu, aku masih ada urusan."
Melihat Leon masih ada urusan, Grace berkata, "Kalau begitu, pergilah saja."
Leon mengiyakannya, lalu membalikkan tubuhnya naik ke lantai dua Hotel Tianguan.
Tadi saat ia keluar, ia melihat Wendy sedang berjalan ke lantai dua Hotel Tianguan bersama dengan tiga orang pria.
Tatapan mata ketiga pria itu penuh dengan kejahatan dan kemesuman.
Leon khawatir terjadi apa-apa pada Wendy.
Di dalam ruang VIP nomor 8 lantai dua Hotel Tianguan.
Tiga orang pria yang mengenakan jas hitam, rambutnya sudah cukup botak, wajahnya sedikit memerah, sedang meminum wine seteguk demi seteguk dengan gelas wine yang ada di tangan mereka.
Di hadapan mereka bertiga, Wendy yang berwajah dingin, juga membawa segelas wine merah di tangannya, dan bersulang dengan mereka.
Di atas meja, terdapat sebuah tumpukan kontrak yang sangat tebal.
Asalkan Wendy menemani mereka minum, mereka akan menandatangani kontrak itu, dan mendapatkan banyak biaya.
Kemampuan Wendy dalam meminum sangat mengejutkan, ia meminum sepuluh botol wine berturut-turut, namun sama sekali tidak tampak mabuk.
Sedangkan ketiga bos tua itu, tangan kanan mereka yang memegangi gelas wine, sudah sedikit gemetaran, jantung mereka berdebar dengan kencang.
Ketiga bos tua itu sudah berkecimpung di dunia bisnis bertahun-tahun, tentu saja sangat licik.
Mereka saling bertatapan sejenak, dan langsung tahu apa yang sedang dipikirkan satu sama lain.
Melihat Wendy sehebat itu, kalau terus menyuruhnya untuk menemani mereka minum, jangankan membuat Wendy mabuk, mereka pasti akan mabuk dan tak sadarkan diri duluan.
Tak lama, dua orang bos tua pun berusaha menarik perhatian Wenndy, dan yang satunya diam-diam memasukkan obat ke dalam botol wine Wendy, dan menuangkannya pada gelas Wendy.
Wendy sedang berbincang-bincang dengan dua orang bos itu, mana mungkin ia sadar bahwa orang yang satunya lagi sedang menjebaknya.
Ia meneguk wine yang dituangkan oleh orang itu sampai habis, ia sedikit mengerutkan alis cantiknya dan berkata, "Kita bisa membicarakan inti topiknya kan sekarang?"
Ketiga bos itu tersenyum, dan berkata, "Manajer Xu hebat sekali, kalau kau dapat menghabiskan satu botol itu dalam sekali minum, kita akan langsung tanda tangan."
"Baik." Tanpa bertele-tele, Wendy mengambil botol wine itu, dan meminumnya sampai habis.
Melihat Wendy meminum wine itu, ketiga pria itu pun tersenyum licik.
Tak lama kemudian, efek obat itu pun bereaksi.
Wajah Wendy memerah, jantungnya berdebar kencang, sekujur tubuhnya terasa mati rasa.
Wendy menyadari ada yang tidak beres, ia hendak bangkit berdiri, tapi tubuhnya sangat berat, ia tidak bisa berdiri.
"Manajer Xu, kau kenapa?"
"Kenapa tidak bergerak?"
"Manajer Xu, kalau tidak bisa minum langsung saja bilang."
Ketiga pria tua itu tertawa terbahak-bahak, tatapan mata mereka tampak sangat mesum.
Seiring dengan berjalannya waktu, sedetik demi sedetik, jarak antara Kak Leo dengan Grace semakin dekat.
Kak Leo membuka kedua tangannya, dan berjalan ke arah Grace, "Adik kecil, teriaklah, kalau tidak teriak, tidak asyik."
Melihat ekspresi wajah Kak Leo yang mesum, tangan kanan Grace mencengkram lengan Leon dengan lebih keras.
Tepat saat kedua tangan Kak Leo hampir mengenai Grace, Leon tiba-tiba mengulurkan tangannya, dan menangkap pergelangan tangan Kak Leo dengan erat.
"Anak muda, beraninya kau menghalangiku." Tatapan mata Kak Leo tampak sangat bengis, ia hendak melepaskan tangan Leon, dan langsung meninju kepalanya, membuatnya menjadi idiot.
Namun seberusaha apapun Kak Leon mencobanya, ia tidak bisa melepaskan tangannya dari Leon.
Ia mengerutkan keningnya, wajahnya tampak sangat muram, keringat dingin dari tubuhnya pun mengalir keluar, "Apa yagn terjadi? Apa kau juga adalah pebela diri?"
Leon malas menghiraukan Kak Leo, ia menendang perut Kak Leo, dan membuatnya terpental ke belakang, darah segar dari mulutnya terciprat ke mana-mana, lalu kepalanya pun terasa pusing dan jatuh pingsan.
Kalau bukan karena kemampuannya yang tidak cukup kuat, serta masalah yang akan ditimbulkan jika ia membunuh Kak Leo, Leon pasti sudah membunuhnya.
Para anak buah yang dibawa oleh Kak Leo, melihat Leon menendang Kak Leo sampai setengah mati dan mengeluarkan darah, mereka pun merasa sangat ketakutan.
Mereka tahu Kak Leo memiliki kekuatan, tak masalah jika ia harus melawan dua puluh orang seorang diri.
Tapi pemuda yang tampak sangat biasa ini, dapat langsung mengalahkan Kak Leo dengan semudah itu, mereka sama sekali bukan tandingannya.
Para preman itu pun ragu, mereka ingin menunjukkan kesetiaan mereka terhadap Kak Leo, tapi juga takut mereka dipukuli.
"Pergi." Nada bicara Leon sangat tenang, sama sekali tidak menganggap mereka.
Mendengar perkataan Leon, para preman itu pun saling bertatapan sejenak, mereka tetap tidak berani melawan Leon.
Pada akhirnya mereka pun berlari ke hadapan Kak Leo, membawa Kak Leo yang terluka cukup parah itu pergi dari sana.
Melihat kemampuan yang ditunjukkan oleh Leon, Grace tersenyum dan berkata, "Leon, tiga tahun tidak bertemu, tenagamu berubah menjadi kuat sekali."
Dia masih ingat dulu saat kuliah, Leon adalah seorang anak laki-laki yang lemah.
Sudah tiga tahun mereka tidak bertemu, tidak hanya penampilan luarnya saja yang tampak tampan, kekuatannya juga sangat mengejutkan.
Teman-teman yang lainnya, melihat kehebatan Leon, bertepuk tangan dan memujinya.
Alice tadi menatap ke arahnya untuk meminta tolong, tapi sama sekali tidak ia hiraukan.
Seorang Grace Chen saja, mampu untuk membuatnya melawan mereka, hal itu membuat Alice kesal.
Dia merasa Leon telah berubah, tidak sama seperti dulu lagi, sangat setia padanya, apapun yang ia katakan pasti ia lakukan.
Vincent, Kenny, dan yang lainnya, merasa sangat kesal.
Pesta reuni ini mana mungkin bisa dilanjutkan lagi, mereka segera pergi ke rumah sakit untuk berobat.
Saat diantarkan ke rumah sakit, Vincent, Kenny, serta teman-teman lainnya yang dipukuli sangat membencu Leon.
Mereka merasa Leon sengaja tidak melawan sejak awal, ia baru melawan setelah mereka semua dipukuli.
Saat Leon berjalan keluar, Alice berjalan ke hadapan Leon, sambil tersenyum ia berkata, "Leon, hari ini terima kasih ya."
Dalam hati ia berpikir, dia harus memegang hati Leon lagi kali ini, membuatnya menjadi budaknya.
"Hn?" Mendengar perkataan Alice, Leon tidak mengerti kenapa dia mengucapkan terima kasih padanya.
Alice tersenyum malu, "Masih saja pura-pura tidak tahu, kau pikir aku tidak tahu bahwa kau menyerang mereka untuk menolongku."
Grace berada di sebelah Leon, mendengar perkataan Alice itu, ia pun merasa jijik.
Wanita ini tadi bersikap seperti itu pada Leon, tapi sekarang ia malah berusaha mendekati Leon, benar-benar tidak tahu malu.
"Kau ini benar-benar tidak tahu malu ya." kata Grace kesal.
Mendengar perkataan Grace, Alice merasa kesal, namun ia tetap tersenyum dan berkata, "Grace, dulu waktu kuliah, yang dikejar oleh Leon adalah aku, bukan kau, tadi dia menyerang mereka pasti juga demi aku, dia hanya malu untuk menunjukkannya blak-blakan saja."
Mendengar perkataan itu, Grace berkata dingin, "Dulu ya dulu, memangnya sekarang masih sama?"
Tiba-tiba, Henry juga berjalan kemari.
Ia memandangi Leon, tatapan matanya sangat bercampur aduk, "Kalau tidak ada kau, entah apa yang akan terjadi pada kita."
Leon berkata dingin, "Ada beberapa hal, yang memang harus dibiarkan berlalu, kelak tidak ada yang perlu kita bicarakan lagi."
Henry sama sekali tidak merasa malu, "Aku tahu tadi aku cukup dekat dengan Vincent dan yang lainnya, tapi kehidupan ini memang seperti ini, kenapa kau tidak bisa lebih dewasa sedikit?"
Mendengar perkataan Henry, Leon hanya merasa konyol.
Dirinya yang sebenarnya adalah seekor monster tua yang berumur tiga ribu tahun lebih, ingin membandingkan pengalaman hidup dengannya? Apa mereka pantas?
Leon malas omong kosong dengan mereka.
Melihat Leon tidak memedulikan mereka, Henry dan Alice pun merasa sedikit kesal, merasa bahwa Leon telah berubah menjadi berhati kecil, sama sekali tidak mudah dibujuk seperti dulu.
"Kau tinggal di mana? Kuantar kau pulang." Grace tersenyum sambil memandangi Leon.
Leon menggelengkan kepala dan berkata, "Tidak perlu, aku masih ada urusan."
Melihat Leon masih ada urusan, Grace berkata, "Kalau begitu, pergilah saja."
Leon mengiyakannya, lalu membalikkan tubuhnya naik ke lantai dua Hotel Tianguan.
Tadi saat ia keluar, ia melihat Wendy sedang berjalan ke lantai dua Hotel Tianguan bersama dengan tiga orang pria.
Tatapan mata ketiga pria itu penuh dengan kejahatan dan kemesuman.
Leon khawatir terjadi apa-apa pada Wendy.
Di dalam ruang VIP nomor 8 lantai dua Hotel Tianguan.
Tiga orang pria yang mengenakan jas hitam, rambutnya sudah cukup botak, wajahnya sedikit memerah, sedang meminum wine seteguk demi seteguk dengan gelas wine yang ada di tangan mereka.
Di hadapan mereka bertiga, Wendy yang berwajah dingin, juga membawa segelas wine merah di tangannya, dan bersulang dengan mereka.
Di atas meja, terdapat sebuah tumpukan kontrak yang sangat tebal.
Asalkan Wendy menemani mereka minum, mereka akan menandatangani kontrak itu, dan mendapatkan banyak biaya.
Kemampuan Wendy dalam meminum sangat mengejutkan, ia meminum sepuluh botol wine berturut-turut, namun sama sekali tidak tampak mabuk.
Sedangkan ketiga bos tua itu, tangan kanan mereka yang memegangi gelas wine, sudah sedikit gemetaran, jantung mereka berdebar dengan kencang.
Ketiga bos tua itu sudah berkecimpung di dunia bisnis bertahun-tahun, tentu saja sangat licik.
Mereka saling bertatapan sejenak, dan langsung tahu apa yang sedang dipikirkan satu sama lain.
Melihat Wendy sehebat itu, kalau terus menyuruhnya untuk menemani mereka minum, jangankan membuat Wendy mabuk, mereka pasti akan mabuk dan tak sadarkan diri duluan.
Tak lama, dua orang bos tua pun berusaha menarik perhatian Wenndy, dan yang satunya diam-diam memasukkan obat ke dalam botol wine Wendy, dan menuangkannya pada gelas Wendy.
Wendy sedang berbincang-bincang dengan dua orang bos itu, mana mungkin ia sadar bahwa orang yang satunya lagi sedang menjebaknya.
Ia meneguk wine yang dituangkan oleh orang itu sampai habis, ia sedikit mengerutkan alis cantiknya dan berkata, "Kita bisa membicarakan inti topiknya kan sekarang?"
Ketiga bos itu tersenyum, dan berkata, "Manajer Xu hebat sekali, kalau kau dapat menghabiskan satu botol itu dalam sekali minum, kita akan langsung tanda tangan."
"Baik." Tanpa bertele-tele, Wendy mengambil botol wine itu, dan meminumnya sampai habis.
Melihat Wendy meminum wine itu, ketiga pria itu pun tersenyum licik.
Tak lama kemudian, efek obat itu pun bereaksi.
Wajah Wendy memerah, jantungnya berdebar kencang, sekujur tubuhnya terasa mati rasa.
Wendy menyadari ada yang tidak beres, ia hendak bangkit berdiri, tapi tubuhnya sangat berat, ia tidak bisa berdiri.
"Manajer Xu, kau kenapa?"
"Kenapa tidak bergerak?"
"Manajer Xu, kalau tidak bisa minum langsung saja bilang."
Ketiga pria tua itu tertawa terbahak-bahak, tatapan mata mereka tampak sangat mesum.
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved