Bab 6 Sangat Menyesal Terhadapmu
by Asher
10:01,Aug 25,2022
Henry, Alice sangat kecewa terhadap Leon, dia adalah Tuan Muda Pertama Zheng yang tinggi, tapi sekarang dia menjadi seperti ini sekarang, dulu di sekolah mereka sangat dekat dengannya, namun sekarang mereka merasa sangat malu.
Kalau tahu sejak awal, seharusnya mereka bersikap seperti Kenny, tahu bahwa kehidupan Leon sangat tidak baik, langsung mendekati Vincent.
Leon merasakan tatapan mata dingin mereka, menyantap makanan di atas mejanya tanpa memedulikannya, benar-benar tidak menganggap mereka.
Lima belas menit kemudian.
Karena tidak melihat Vincent dan Kenny kembali, Henry mengerutkan alisnya dan berkata, "Kenapa Vincent dan Kenny masih belum kembali?"
"Mereka tidak kenapa-napa kan?" Ada orang yang menebak seperti itu.
"Ayo cepat suruh orang untuk keluar mencari mereka."
Wajah Henry tampak serius, ia yang pertama berdiri, dan berkata, "Aku keluar untuk melihat ada apa."
Sekarang ia tidak ingin berhubungan dengan Leon, meskipun semua orang di sekitarnya di sana juga tidak ingin.
Melihat Henry hendak pergi, dan teman-teman yang tersisa di ruangan itu tidak begitu dekat dengannya, Alice pun segera berkata, "Aku akan menemanimu pergi."
Baru saja mereka berdua keluar dari ruangan itu, mereka pun melihat Vincent, Kenny dan yang lainnya tampak senang seperti baru saja memenangkan pertarungan.
"Sekelompok anak tengil itu, beraninya mereka berlagak di sepan kita, benar-benar tidak tahu diri." kata Kenny dengan bangga.
Vincent tertawam "Mereka pikir mereka siapa? Di hadapanku mereka hanyalah segerombolan sampah saja."
Vincent dan yang lainnya duduk kembali ke meja mereka, mulai minum alkohol, dan menceritakan kejadian sebelumnya.
"Kak Leo apanya, dia pikir siapa dia, CEO Li kita bisa melawan sepuluh orang dari mereka sendirian."
"Benar, berani melawan CEO Li kita, entah bagaimana dia akan mati."
"Tadi pukulan CEO Li masih terlalu ringan, seharusnya ia menendangnya lebih banyak lagi."
Mendengar pujian dari teman-temannya, Vincent berkata dengan mabuk,"Terkadang aku berlatih bela diri, tak kusangka hari ini akan berguna juga."
Mendengar pujian teman-teman lainnya, Alice dan Henry pun juga ikut memujinya.
"Tadi aku tidak melihat kehebatan CEO Li, sayang sekali."
Mendengar teman-temannya itu, Grace tampak sedikit jijik, "Dasar segerombolan budak, hanya tahu menjilat orang saja."
Kenny, Henry, Alice, dan yang lainnya mendengar perkataan Grace, mereka merasa sangat kesal.
Perkataan Grace itu, juga menyindir mereka.
Mendengar perkataan Grace, Vincent juga merasa kesal, "Grace, kenapa kau berkata seperti itu? Kalau bukan karena aku tadi, mereka pasti akan terluka parah."
Baru saja selesai bicara, pintu ruangan mereka pun dibuka secara paksa, dan terbelah menjadi dua.
Semua orang di dalam ruang private itu mana pernah melihat kejadian seperti ini, ekspresi wajah mereka tercengang, mereka sedang asyik makan kenapa ada orang yang mendobrak pintu mereka.
"Anjing mana yang tidak tahu CEO Li sedang makan di sini?" Kenny langsung berdiri tiba-tiba, memegang botol wine merah di tangannya, melihat ke arah pria yang mendobrakpintu itu.
"Kalau tidak ingin mati, segera berlutut dan bersujud, kalau tidak jangan salahkan aku nanti." Nada bicara Vincent sangat dingin, sama sekali tidak memedulikan orang itu.
"Kalian pikir kalian siapa, beraninya kalian memukuli saudaraku." Seorang pria berambut kuning yan gmengenakan baju lengan pendek bermotif macan tutul menatap Vincent dan yang lainnya dengan tatapan mata dingin.
"Oh, kaulah Kak Leo yang mereka sebut tadi?" Melihat pemuda berbaju lengan pendek motif macan tutul itu, tatapan matanya agak sedikit menghinanya.
Mendengar perkataan Vincent, Kak Leo melambaikan satu tangannya, lalu menampar wajah Vincent dengan keras, sampai wajahnya bengkak dan memerah.
"Kau berani memukulku?" Vincent memegangi wajah merahnya, kedua matanya penuh dengan urat darah.
Melihat Vincent menatap Kak Leo dengan keji, Kenny pun hendak mengayunkan botol wine-nya itu ke kepala Kak Leo.
Prang.
Botol wine itu pecah, serpihan kacanya terjatuh ke lantai.
Kak Leo baik-baik saja, ia mengulurkan tangannya menangkap pergelangan tangan Kenny yang tadinya memegang botol itu, lalu ia bengkokkan dengan sekuat tenaga,
"Ah!" Pergelangan tangan Kenny patah tulang, wajahnya sangat pucat, ia berteriak kesakitan.
Kak Leo sama sekali tidak memedulikan teriakan histeris Kenny, melangkahkan kaki kanannya, dan ia injakkan ke atas perut Kenny, ia menendangnya ke dinding.
Melihat hal itu, mana mungkin Vincent akan membiarkan anak buahnay dipukuli oleh Kak Leo begitu saja, hal itu membuatnya sangat malu.
Ia mengepalkan kedua tangannya, lalu berteriak, "Anak tengil, beraninya kau memukul temanku."
Kata Vincent sambil mengayunkan kedua tangannya dengan keras ke perut Kak Leo.
Kak Leo sama sekali tidak menghindar, ia berdiri di tempat membiarkan kedua tangan Vincent menyerangnya.
Setelah Vincent menyerangnya, tubuhnya tampak tidak apa-apa, ia menatap Vincent dan berkata, "Sudah selesai memukulnya?"
Vincent tidak menyangka tubuh Kak Leo akan sekuat ini, memukul tubuhnya sama seperti memukul baja.
Wajahnya langsung berubah, ia berkata, "Tadi hanya salah paham saja, hanya salah paham saja."
Kak Leo sama sekali tidak menghiraukan perkataan Vincent, ia mengulurkan tangan kanannya, menangkap kedua tangan Vincent, dan melemparkan tubuhnya.
Brak!
Tubuh Vincent melayang, rasanya tulangnya sudah hampir retak, wajahnya sangat pucat, tidak bisa berkata apa-apa.
"Yang memukuli kalian tadi, tunjukkan semua." Nada bicara Kak Leo sangat dingin, ia memerintahkan anak buahnya untuk menunjuk semua orang yang memukulinya tadi.
Tak lama, seluruh temannya yang tadi pergi ke toilet, ditunjuk oleh para preman itu, mereka dipukuli setengah mati, sekujur tubuh mereka penuh dengan darah.
Melihat Kak Leo sehebat itu, Henry, Alice, dan yang lainnya berpikir, untung saja mereka tidak ikut keluar tadi, kalau tidak mereka juga akan bernasib sama.
Tubuh mereka berdua sedikit gemetaran, duduk di meja, mereka berusaha untuk tidak bertatapan mata dengan Kak Leo.
"Gadis ini lumayan juga." Seorang preman berambut merah langsung berbunga-bunga melihat Alice yang auranya sangat dingin itu.
"Jangan macam-macam, suamiku adalah wakil direktur bank." Melihat para preman itu, Alice merasa sangat ketakutan.
Ia melihat ke arah Henry, berharap Henry dapat membantunya.
Henry merasakan tatapan mata Alice, namun segera membuang wajahnya, sama sekali tidak bersedia membantu Alice karena takut dipukuli.
Alice pun melihat ke arah teman-teman yang tidak dipukuli, berharap mereka dapat membantunya.
Namun teman-temannya malah menundukkan kepalanya, sama sekali tidak menghiraukan tatapan mata Alice.
Pada akhirnya, Alice pun melihat ke arah Leon, berharap mantan pengejarnya dulu ini, dapat menolongnya.
Leon sama sekali tidak menghiraukan Alice, ia tetap meneruskan makan malamnya dengan santai.
Semua kejadian di hadapannya itu, seperti tidak pernah terjadi.
"Dasar pria-pria payah." kata Alice marah.
Grace duduk di samping Leon, ia merasa takut, tangan kanannya memegangi lengan Leon dengan gemetaran, "Leon, bagaimana sekarang?"
"Ada aku di sini, kau tidak akan apa-apa." Leon berkata dengan santai, lalu meneruskan makannya.
Melihat Leon sepercaya diri itu, meski Grace tetap merasa takut, ia berkata, "Aku percaya padamu."
"Kak Leo, gadis itu sepertinya lebih cantik." Ada preman yang melihat Grace.
Kak Leo pun melihat ke arah tatapan mata preman itu, dan melihat ke arah Grace, ia tersenyum dan berkata, "Memang lumayan, rasanya lebih enak daripada wanita tua."
Alice merasa bahwa dirinya sendiri sangat cantik, jauh lebih cantik dari Grace, namun akhirnya di mata para preman ini, dirinya ternyata tidak lebih cantik dari Grace, jantungnya hampir meledak, namun tidak berani berkata apa-apa.
Mendengar perkataan para preman itu, meskipun Grace merasa takut, tapi ia berkata, "Kenapa kalian berkata seperti itu, apa maksudnya aku lebih enak dari dia? Aku masih belum menikah ya."
"Belum menikah, kalau begitu lebih menarik lagi." Kak Leo melambaikan tangannya, menyuruh para anak buahnya untuk menggoda Alice, dan Grace akan dimainkan oleh dirinya sendiri.
Kalau tahu sejak awal, seharusnya mereka bersikap seperti Kenny, tahu bahwa kehidupan Leon sangat tidak baik, langsung mendekati Vincent.
Leon merasakan tatapan mata dingin mereka, menyantap makanan di atas mejanya tanpa memedulikannya, benar-benar tidak menganggap mereka.
Lima belas menit kemudian.
Karena tidak melihat Vincent dan Kenny kembali, Henry mengerutkan alisnya dan berkata, "Kenapa Vincent dan Kenny masih belum kembali?"
"Mereka tidak kenapa-napa kan?" Ada orang yang menebak seperti itu.
"Ayo cepat suruh orang untuk keluar mencari mereka."
Wajah Henry tampak serius, ia yang pertama berdiri, dan berkata, "Aku keluar untuk melihat ada apa."
Sekarang ia tidak ingin berhubungan dengan Leon, meskipun semua orang di sekitarnya di sana juga tidak ingin.
Melihat Henry hendak pergi, dan teman-teman yang tersisa di ruangan itu tidak begitu dekat dengannya, Alice pun segera berkata, "Aku akan menemanimu pergi."
Baru saja mereka berdua keluar dari ruangan itu, mereka pun melihat Vincent, Kenny dan yang lainnya tampak senang seperti baru saja memenangkan pertarungan.
"Sekelompok anak tengil itu, beraninya mereka berlagak di sepan kita, benar-benar tidak tahu diri." kata Kenny dengan bangga.
Vincent tertawam "Mereka pikir mereka siapa? Di hadapanku mereka hanyalah segerombolan sampah saja."
Vincent dan yang lainnya duduk kembali ke meja mereka, mulai minum alkohol, dan menceritakan kejadian sebelumnya.
"Kak Leo apanya, dia pikir siapa dia, CEO Li kita bisa melawan sepuluh orang dari mereka sendirian."
"Benar, berani melawan CEO Li kita, entah bagaimana dia akan mati."
"Tadi pukulan CEO Li masih terlalu ringan, seharusnya ia menendangnya lebih banyak lagi."
Mendengar pujian dari teman-temannya, Vincent berkata dengan mabuk,"Terkadang aku berlatih bela diri, tak kusangka hari ini akan berguna juga."
Mendengar pujian teman-teman lainnya, Alice dan Henry pun juga ikut memujinya.
"Tadi aku tidak melihat kehebatan CEO Li, sayang sekali."
Mendengar teman-temannya itu, Grace tampak sedikit jijik, "Dasar segerombolan budak, hanya tahu menjilat orang saja."
Kenny, Henry, Alice, dan yang lainnya mendengar perkataan Grace, mereka merasa sangat kesal.
Perkataan Grace itu, juga menyindir mereka.
Mendengar perkataan Grace, Vincent juga merasa kesal, "Grace, kenapa kau berkata seperti itu? Kalau bukan karena aku tadi, mereka pasti akan terluka parah."
Baru saja selesai bicara, pintu ruangan mereka pun dibuka secara paksa, dan terbelah menjadi dua.
Semua orang di dalam ruang private itu mana pernah melihat kejadian seperti ini, ekspresi wajah mereka tercengang, mereka sedang asyik makan kenapa ada orang yang mendobrak pintu mereka.
"Anjing mana yang tidak tahu CEO Li sedang makan di sini?" Kenny langsung berdiri tiba-tiba, memegang botol wine merah di tangannya, melihat ke arah pria yang mendobrakpintu itu.
"Kalau tidak ingin mati, segera berlutut dan bersujud, kalau tidak jangan salahkan aku nanti." Nada bicara Vincent sangat dingin, sama sekali tidak memedulikan orang itu.
"Kalian pikir kalian siapa, beraninya kalian memukuli saudaraku." Seorang pria berambut kuning yan gmengenakan baju lengan pendek bermotif macan tutul menatap Vincent dan yang lainnya dengan tatapan mata dingin.
"Oh, kaulah Kak Leo yang mereka sebut tadi?" Melihat pemuda berbaju lengan pendek motif macan tutul itu, tatapan matanya agak sedikit menghinanya.
Mendengar perkataan Vincent, Kak Leo melambaikan satu tangannya, lalu menampar wajah Vincent dengan keras, sampai wajahnya bengkak dan memerah.
"Kau berani memukulku?" Vincent memegangi wajah merahnya, kedua matanya penuh dengan urat darah.
Melihat Vincent menatap Kak Leo dengan keji, Kenny pun hendak mengayunkan botol wine-nya itu ke kepala Kak Leo.
Prang.
Botol wine itu pecah, serpihan kacanya terjatuh ke lantai.
Kak Leo baik-baik saja, ia mengulurkan tangannya menangkap pergelangan tangan Kenny yang tadinya memegang botol itu, lalu ia bengkokkan dengan sekuat tenaga,
"Ah!" Pergelangan tangan Kenny patah tulang, wajahnya sangat pucat, ia berteriak kesakitan.
Kak Leo sama sekali tidak memedulikan teriakan histeris Kenny, melangkahkan kaki kanannya, dan ia injakkan ke atas perut Kenny, ia menendangnya ke dinding.
Melihat hal itu, mana mungkin Vincent akan membiarkan anak buahnay dipukuli oleh Kak Leo begitu saja, hal itu membuatnya sangat malu.
Ia mengepalkan kedua tangannya, lalu berteriak, "Anak tengil, beraninya kau memukul temanku."
Kata Vincent sambil mengayunkan kedua tangannya dengan keras ke perut Kak Leo.
Kak Leo sama sekali tidak menghindar, ia berdiri di tempat membiarkan kedua tangan Vincent menyerangnya.
Setelah Vincent menyerangnya, tubuhnya tampak tidak apa-apa, ia menatap Vincent dan berkata, "Sudah selesai memukulnya?"
Vincent tidak menyangka tubuh Kak Leo akan sekuat ini, memukul tubuhnya sama seperti memukul baja.
Wajahnya langsung berubah, ia berkata, "Tadi hanya salah paham saja, hanya salah paham saja."
Kak Leo sama sekali tidak menghiraukan perkataan Vincent, ia mengulurkan tangan kanannya, menangkap kedua tangan Vincent, dan melemparkan tubuhnya.
Brak!
Tubuh Vincent melayang, rasanya tulangnya sudah hampir retak, wajahnya sangat pucat, tidak bisa berkata apa-apa.
"Yang memukuli kalian tadi, tunjukkan semua." Nada bicara Kak Leo sangat dingin, ia memerintahkan anak buahnya untuk menunjuk semua orang yang memukulinya tadi.
Tak lama, seluruh temannya yang tadi pergi ke toilet, ditunjuk oleh para preman itu, mereka dipukuli setengah mati, sekujur tubuh mereka penuh dengan darah.
Melihat Kak Leo sehebat itu, Henry, Alice, dan yang lainnya berpikir, untung saja mereka tidak ikut keluar tadi, kalau tidak mereka juga akan bernasib sama.
Tubuh mereka berdua sedikit gemetaran, duduk di meja, mereka berusaha untuk tidak bertatapan mata dengan Kak Leo.
"Gadis ini lumayan juga." Seorang preman berambut merah langsung berbunga-bunga melihat Alice yang auranya sangat dingin itu.
"Jangan macam-macam, suamiku adalah wakil direktur bank." Melihat para preman itu, Alice merasa sangat ketakutan.
Ia melihat ke arah Henry, berharap Henry dapat membantunya.
Henry merasakan tatapan mata Alice, namun segera membuang wajahnya, sama sekali tidak bersedia membantu Alice karena takut dipukuli.
Alice pun melihat ke arah teman-teman yang tidak dipukuli, berharap mereka dapat membantunya.
Namun teman-temannya malah menundukkan kepalanya, sama sekali tidak menghiraukan tatapan mata Alice.
Pada akhirnya, Alice pun melihat ke arah Leon, berharap mantan pengejarnya dulu ini, dapat menolongnya.
Leon sama sekali tidak menghiraukan Alice, ia tetap meneruskan makan malamnya dengan santai.
Semua kejadian di hadapannya itu, seperti tidak pernah terjadi.
"Dasar pria-pria payah." kata Alice marah.
Grace duduk di samping Leon, ia merasa takut, tangan kanannya memegangi lengan Leon dengan gemetaran, "Leon, bagaimana sekarang?"
"Ada aku di sini, kau tidak akan apa-apa." Leon berkata dengan santai, lalu meneruskan makannya.
Melihat Leon sepercaya diri itu, meski Grace tetap merasa takut, ia berkata, "Aku percaya padamu."
"Kak Leo, gadis itu sepertinya lebih cantik." Ada preman yang melihat Grace.
Kak Leo pun melihat ke arah tatapan mata preman itu, dan melihat ke arah Grace, ia tersenyum dan berkata, "Memang lumayan, rasanya lebih enak daripada wanita tua."
Alice merasa bahwa dirinya sendiri sangat cantik, jauh lebih cantik dari Grace, namun akhirnya di mata para preman ini, dirinya ternyata tidak lebih cantik dari Grace, jantungnya hampir meledak, namun tidak berani berkata apa-apa.
Mendengar perkataan para preman itu, meskipun Grace merasa takut, tapi ia berkata, "Kenapa kalian berkata seperti itu, apa maksudnya aku lebih enak dari dia? Aku masih belum menikah ya."
"Belum menikah, kalau begitu lebih menarik lagi." Kak Leo melambaikan tangannya, menyuruh para anak buahnya untuk menggoda Alice, dan Grace akan dimainkan oleh dirinya sendiri.
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved