Bab 8 Enggak Bisa Puasin Dia di Ranjang

by Yenni Nio 11:28,Aug 23,2022
Mata Dion gelap dan dingin, "Aku apa?"

Agra membenamkan kepalanya lebih rendah dan suaranya menjadi lebih kecil, "Dia bilang kamu lumpuh, dan enggak bisa puasin dia di ranjang, dia suruh Nyonya lebih terima kamu."

"Heh," Dion mencibir, "Wanita ini udah lama mengikuti Satya, tapi dia masih aja enggak punya otak, terus apa kata wanita itu?"

Ekspresi Agra menjadi lebih malu, "Nyonya kayaknya enggak paham, dia bilang kamu agak kasar dan galak, juga bikin dia kesakitan ..."

Semakin banyak Agra berkata, semakin kecil suaranya. Mereka yang tidak tahu itu akan mengira jika Dion memiliki beberapa penyimpangan seksual.

Dion tidak menduga jika Nona Muda Tertua dari keluarga Kumala sangat berbeda dengan Lily.

Sangat sederhana, tidak seperti seorang Nona Muda yang dibesarkan oleh keluarga Kumala.

Tentu saja Dion tahu bukan itu masalahnya.

Tapi dia tidak menyangka Anya bisa secara terbuka menentang Miranda, sepertinya dengan adanya wanita ini, semua hal menjadi lebih menarik.

Dion sedikit melengkungkan bibirnya, matanya penuh emosi, membuat orang lain mustahil untuk membacanya.

Tujuh hari berlalu dalam sekejap dan segera tiba saatnya bagi menantu perempuan baru untuk kembali ke rumahnya.

Anya mulai berkemas pagi-pagi sekali karena Hesti telah berjanji akan membawanya menemui neneknya setelah dia menikah dengan keluarga Aristo.

Sudah lama sekali Anya tidak bertemu dengan neneknya, dia benar-benar tidak tahu bagaimana kondisi neneknya.

Merasa cemas, Anya mempercepat kecepatan berkemas dan segera turun ke bawah setelah berpakaian lengkap.

Tapi Anya tidak menyangka jika ada seorang pria yang duduk di ruang makan yang biasanya kosong.


Pria itu mengenakan kemeja putih dan celana panjang hitam, terlihat bersih dan rapi, dengan sepasang mata berbingkai emas di pangkal hidungnya yang mancung dan rantai panjang yang menjuntai di pipinya, terlihat berkilauan dengan cahaya kristal di bawah cahaya.

Anya tertegun sejenak, tapi dengan cepat tersentak kembali ke akal sehatnya dan berjalan dengan penuh semangat ke arahnya.

"Kak Aristo, kenapa kamu di sini?"

Dion mengangkat kepalanya sebagai tanggapan, suara gadis itu seperti madu, manis dan menggoda. Alisnya melengkung, ujung hidungnya yang kecil bergerak, seluruh tubuhnya memiliki aroma yang manis.

Dalam beberapa hari terakhir, Anya telah dipaksa olehnya untuk tidur di kamar tidur kedua dan mereka tidak pernah bertemu satu sama lain.

Hari ini adalah ketiga kalinya mereka bertemu setelah menikah.

Ini adalah hal yang cukup baru.

Dion menatapnya dalam keheningan dan tidak berbicara, tapi Agra di sebelahnya berbicara untuknya.

"Nyonya, Tuan Muda tau kalau kamu mau kembali hari ini, dia secara khusus mau antar kamu."

Hati Anya bergetar, dia adalah istri pengganti yang telah menyamarkan karakternya. Jika Dion mengantarnya ke rumah Kumala, bukankah penyamarannya akan terungkap?

Selain itu, dia belum menemukan apa yang ingin dia periksa, dia tidak bisa membiarkan Dion memutuskan pernikahan mereka dengan begitu cepat.

Anya memikirkannya sebentar, lalu melambaikan tangannya dengan cepat dan berkata, "Enggak usah Kak Aristo, aku bisa kembali sendiri. Rumahku enggak jauh, aku akan segera kembali."

Saat Agra hendak mengatakan sesuatu, dia diinterupsi oleh Dion.

Suaranya masih dalam dan magnetis, "Karena dia enggak mau, lyaudah, Bik Surti, belilah beberapa 'hadiah' lagi untuk dibawa pulang Nyonya dan suruh sopir mengantarnya."

“Baik, Tuan Muda.” Bik Surti membungkuk dan menjawab.

Melihat Dion setuju dengan mudah, Anya sedikit terkejut, tapi dia menyembunyikannya dengan baik dan masih memiliki senyum manis di wajahnya.

"Terima kasih, Kak Aristo!"

Punggung pria yang acuh tak acuh itu yang menjawabnya. Kemeja seputih salju itu tidak memiliki satu kerutan pun. Bahkan di kursi roda, tulang punggungnya masih lurus dan tanpa lekukan sedikit pun,

Anya secara bertahap menjadi terpesona.

Dia jelas-jela merasa jijik terhadapnya, tapi mengapa menawarkan untuk mengantarnya kembali?

Sebenarnya apa yang ada di pikirannya?

Keluarga Kumala.
Sebuah Lincoln hitam parkir tepat di depan pintu, diikuti oleh dua Audi Q4. Orang-orang di dalam rumah mendengar keributan dan melihat melalui jendela dari lantai ke langit-langit.

Lily penasaran, "Bu, siapa itu? Apakah mereka ke sini cari ayah? Dengan pertunjukan sebesar itu?"

Hesti juga tidak tahu, dia menggelengkan kepalanya, "Kayaknya enggak, ayahmu enggak punya teman yang punya mobik kayak gini, temanmu mungkin?"

Ibu dan anak perempuan itu sedang berbicara ketika pintu mobil terbuka dan seorang pria berjas keluar dari kursi pengemudi, lalu berlari ke sisi lain, meletakkan satu tangan di atas pintu mobil dan membuka pintu dengan tangan yang lain, lalu membungkuk dan memberi hormat.

Lily menatapnya dengan sedikit antusias, dia bergumam, "Etiket ini, mungkinkah Tuan Muda dari salah satu keluarga?"

Tanpa diduga, setelah mengucapkan itu, sepasang kaki putih ramping milik seorang wanita perlahan keluar dari mobil.

Hesti dan putrinya tercengang, Lily berseru, "Anya?!"

Anya sudah berjalan masuk. Dia menggenakan pakaian Chanel edisi terbatas yang sangat pas dan dibuat khusus, diikuti oleh 2 pengawal dengan membawa setumpuk kotak hadiah.

Lily sangat marah hingga hampir menggertakkan giginya, jika bukan karena adanya orang-orang Dion, dia pasti sudah memukul Anya,

Hesti juga sangat marah, tapi dia masih bisa menahan napas dan meremas tangan Lily, mengingatkannya untuk tenang.

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

235