Bab 3 Aku Enggak Mau Nikah
by Yenni Nio
11:27,Aug 23,2022
Wajahnya sedikit berubah, tapi saat melihat pria di sampingnya tidak terlalu bereaksi, Anya tahu bahwa ini adalah orang-orangnya.
Anya merasa lega dan hendak menghela napas saat dia melihat 3 orang pria tiba-tiba terlempar keluar dari belakang, dibungkus oleh karung pasir.
Tubuh ketiga pria itu penuh dengan luka cambuk hingga tidak ada jejak daging yang terlihat bagus.
Anya sedikit fokus, menatap para pria dengan tatapan waspada.
Seorang pria berjas hitam melangkah maju untuk membuka pintu mobil dan dengan hormat berkata kepada pria di sebelah Anya, "Bos, semua pengkhianat udah ditangkap, tolong tangani mereka!"
Begitu tiga orang di tanah melihat Dion, mereka berteriak dan memohon belas kasihan, "Bos, kami cuman terbawa suasana sesaat, tolong lepaskan kami!"
"Bos, tolong ampuni kami kali ini, kami enggak akan berani ngelakuin itu lagi. Kami udah ikut kamu begitu lama, ampuni kami kali ini!"
Anya mengerutkan kening dengan keras, melihat betapa takutnya mereka, pria ini pasti bukan orang biasa!
Pemandangan seperti ini biasanya tidak akan dibiarkan terlihat oleh orang luar, kecuali hanya ada satu kemungkinan.
Orang yang melihanya akan dibunuh!
Akhirnya, menyadari alasan mengapa pria di dalam mobil begitu santai dengan dirinya barusan, Anya tidak bisa menahan perasaan dingin di sekujur tubuhnya.
Pria ini tidak berniat membiarkannya pergi hidup-hidup!
Tidak, dia tidak bisa hanya duduk diam dan menunggu kematiannya!
Pintu dibuka, Anya dengan patuh mengikuti pria itu keluar dari mobil.
Pria di sampingnya melirik dengan dingin ke arah pria yang tergeletak di tanah, "Tangani mereka!"
"Tidak, tidak, bos, tolong, tolong kasih kami kesempatan buat memperbaiki diri!"
"Bos, aku juga diancam! Tolong ampuni aku kali ini ..."
Begitu mendengar kata-kata Dion, mereka berteriak ketakutan, tapi mulut mereka disumpal oleh kain dan diseret ke bawah secara langsung.
Kemudian hanya terdengar beberapa dengusan teredam, kemudian sungai darah berkelok-kelok mengikuti jalan berkerikil.
Anya merasakan hawa dingin di hatinya, dia merayap ke dinding saat perhatian mereka tertuju pada kelompok pengkhianat dan hendak menyelinap pergi. Namun Anya tidak menyangka sebuah suara dingin datang setelahnya.
"Berhenti!"
Segera setelah suara itu jatuh, dua pria tinggi dengan setelan hitam langsung menghadang depannya.
Anya bergidik ketakutan dan memelototi pria yang tidak jauh dari sana dengan sedikit amarah, "Setidaknya aku udah selametin kamu, inikah balas budimu?"
Tapi Dion bahkan tidak memberikan pandangan yang berlebihan dan langsung masuk ke dalam Buick hitam.
Anya menggertakkan giginya, pria ini benar-benar berhati serigala! Tidak mengucapkan terima kasih padanya setelah diselamatkan!
"Ayo pergi!"
Kedua pria dengan setelan hitam melangkah maju menyeret Anya, matanya seketika menjadi gelap, dia tiba-tiba mengangkat kakinya dan menendang perut bagian bawah pria di sisi kanannya.
Pria tersebut menabrak taksi dengan keras. Wajah pria besar di sisi kirinya seketika langsung berubah. Dia mengulurkan telapak tangan besarnya untuk menangkap Anya. Anya meraih pergelangan tangannya dengan satu tangan, kemudian ada rasa sakit yang menusuk jantung di pergelangan tangannya, tubuh pria tersebut langsung runtuh di tanah.
Anya menendangnya ke dalam taksi di belakangnya dan membanting pintu dengan kuat.
Anya berbalik dan dengan cepat melarikan diri, pria di kursi pengemudi dengan cepat keluar dari mobil dan mengejarnya.
"Enggak perlu dikejar."
Dion yang berada di dalam mobil berteriak untuk menghentikan mereka.
Mereka tersentak berhenti dan menatap Dion dengan heran.
"Biarkan dia pergi."
Dion memandang Anya yang telah meninggalkan tembok tidak jauh, cahaya gelap melintas di matanya.
Seekor kelinci yang bisa berlari layak untuk diburu.
Anya berlari secepat yang dia bisa, berusaha memilih lorong yang tidak mulus, meraih pagar dan melompat, dengan cepat membaur ke dalam kerumunan setelah keluar dari gang.
Meskipun tidak ada yang mengejarnya untuk saat ini, dia tidak berani bersantai. Dia melepas mantel bernoda darah dan membuangnya. Setelah berjalan di sekitar stasiun kereta bawah tanah, dia memilih pintu keluar dengan paling ramai untuk pergi.
Hanya setelah Anya keluar dari stasiun bawah tanah dan naik taksi, dia bisa menghela napas lega.
"Tuan, pergi ke rumah keluarga Kumala."
Setelah mengatakan itu, Anya memejamkan matanya dan beristirahat sejenak.
Pria barusan pasti tidak akan melepaskannya dengan mudah, dia harus segera mencari tahu apa yang terjadi pada neneknya, kemudian meninggalkan ibu kota provinsi.
Di luar rumah keluarga Kumala.
Anya membunyikan bel pintu dan menunggu di pintu sebentar sebelum seseorang membawanya masuk ke dalam rumah.
Namun sebelum Anya mendekat, dia mendengar suara dari lantai dua.
"Prang! Keluar! Keluar kalian semua! Aku enggak mau menikah, bahkan jika aku mati!"
"Uuuuuuuuuuuuuuuuuu, kenapa, kenapa aku! Aku enggak mau nikah sama si cacat itu!"
Di dalam ruangan mewah, Lily mengusir semua penata rias dari ruangan dan melempar semua kosmetik di atas meja ke lantai.
Lily berteriak putus asa, awalnya dia mendengar bahwa Tuan Muda terkenal dari keluarga Aristo telah melamar keluarganya, dia merayakannya dengan gembira, berpikir bahwa pihak lain adalah aktor terkenal Reno Aristo.
Tapi ternyata, itu adalah Tuan Muda tertua dari keluarga Aristo, Paman Reno, Dion yang mengalami kecelakaan mobil hingga menyebabkan kedua kakinya lumpuh 3 tahun yang lalu.
Lily tidak mau, dia tidak akan menerima pernikahan itu!
Bahkan jika pria itu adalah presiden perusahaan Aristo dan bernilai puluhan miliar, apa gunanya? Dia tetap saja cacat.
Dia tidak akan mau menikahi orang cacat, bahkan jika dia mati!
Hesti berdiri di ambang pintu dengan cemas dan menunggu Lily selesai melampiaskan amarahnya sebelum melangkah maju dan memeluknya dengan sedih, "Anakku, jangan khawatir, itu udah mengatur semua, ibu enggak akan biarin kamu menikahi orang cacat!"
Lily tertegun sejenak, lalu berhenti menangis dan terisak, "Beneran? Tapi...kalau aku enggak setuju, perusahaan Kumala bakal diakuisisi, pasti ayah menyalahkanku.”
Anya merasa lega dan hendak menghela napas saat dia melihat 3 orang pria tiba-tiba terlempar keluar dari belakang, dibungkus oleh karung pasir.
Tubuh ketiga pria itu penuh dengan luka cambuk hingga tidak ada jejak daging yang terlihat bagus.
Anya sedikit fokus, menatap para pria dengan tatapan waspada.
Seorang pria berjas hitam melangkah maju untuk membuka pintu mobil dan dengan hormat berkata kepada pria di sebelah Anya, "Bos, semua pengkhianat udah ditangkap, tolong tangani mereka!"
Begitu tiga orang di tanah melihat Dion, mereka berteriak dan memohon belas kasihan, "Bos, kami cuman terbawa suasana sesaat, tolong lepaskan kami!"
"Bos, tolong ampuni kami kali ini, kami enggak akan berani ngelakuin itu lagi. Kami udah ikut kamu begitu lama, ampuni kami kali ini!"
Anya mengerutkan kening dengan keras, melihat betapa takutnya mereka, pria ini pasti bukan orang biasa!
Pemandangan seperti ini biasanya tidak akan dibiarkan terlihat oleh orang luar, kecuali hanya ada satu kemungkinan.
Orang yang melihanya akan dibunuh!
Akhirnya, menyadari alasan mengapa pria di dalam mobil begitu santai dengan dirinya barusan, Anya tidak bisa menahan perasaan dingin di sekujur tubuhnya.
Pria ini tidak berniat membiarkannya pergi hidup-hidup!
Tidak, dia tidak bisa hanya duduk diam dan menunggu kematiannya!
Pintu dibuka, Anya dengan patuh mengikuti pria itu keluar dari mobil.
Pria di sampingnya melirik dengan dingin ke arah pria yang tergeletak di tanah, "Tangani mereka!"
"Tidak, tidak, bos, tolong, tolong kasih kami kesempatan buat memperbaiki diri!"
"Bos, aku juga diancam! Tolong ampuni aku kali ini ..."
Begitu mendengar kata-kata Dion, mereka berteriak ketakutan, tapi mulut mereka disumpal oleh kain dan diseret ke bawah secara langsung.
Kemudian hanya terdengar beberapa dengusan teredam, kemudian sungai darah berkelok-kelok mengikuti jalan berkerikil.
Anya merasakan hawa dingin di hatinya, dia merayap ke dinding saat perhatian mereka tertuju pada kelompok pengkhianat dan hendak menyelinap pergi. Namun Anya tidak menyangka sebuah suara dingin datang setelahnya.
"Berhenti!"
Segera setelah suara itu jatuh, dua pria tinggi dengan setelan hitam langsung menghadang depannya.
Anya bergidik ketakutan dan memelototi pria yang tidak jauh dari sana dengan sedikit amarah, "Setidaknya aku udah selametin kamu, inikah balas budimu?"
Tapi Dion bahkan tidak memberikan pandangan yang berlebihan dan langsung masuk ke dalam Buick hitam.
Anya menggertakkan giginya, pria ini benar-benar berhati serigala! Tidak mengucapkan terima kasih padanya setelah diselamatkan!
"Ayo pergi!"
Kedua pria dengan setelan hitam melangkah maju menyeret Anya, matanya seketika menjadi gelap, dia tiba-tiba mengangkat kakinya dan menendang perut bagian bawah pria di sisi kanannya.
Pria tersebut menabrak taksi dengan keras. Wajah pria besar di sisi kirinya seketika langsung berubah. Dia mengulurkan telapak tangan besarnya untuk menangkap Anya. Anya meraih pergelangan tangannya dengan satu tangan, kemudian ada rasa sakit yang menusuk jantung di pergelangan tangannya, tubuh pria tersebut langsung runtuh di tanah.
Anya menendangnya ke dalam taksi di belakangnya dan membanting pintu dengan kuat.
Anya berbalik dan dengan cepat melarikan diri, pria di kursi pengemudi dengan cepat keluar dari mobil dan mengejarnya.
"Enggak perlu dikejar."
Dion yang berada di dalam mobil berteriak untuk menghentikan mereka.
Mereka tersentak berhenti dan menatap Dion dengan heran.
"Biarkan dia pergi."
Dion memandang Anya yang telah meninggalkan tembok tidak jauh, cahaya gelap melintas di matanya.
Seekor kelinci yang bisa berlari layak untuk diburu.
Anya berlari secepat yang dia bisa, berusaha memilih lorong yang tidak mulus, meraih pagar dan melompat, dengan cepat membaur ke dalam kerumunan setelah keluar dari gang.
Meskipun tidak ada yang mengejarnya untuk saat ini, dia tidak berani bersantai. Dia melepas mantel bernoda darah dan membuangnya. Setelah berjalan di sekitar stasiun kereta bawah tanah, dia memilih pintu keluar dengan paling ramai untuk pergi.
Hanya setelah Anya keluar dari stasiun bawah tanah dan naik taksi, dia bisa menghela napas lega.
"Tuan, pergi ke rumah keluarga Kumala."
Setelah mengatakan itu, Anya memejamkan matanya dan beristirahat sejenak.
Pria barusan pasti tidak akan melepaskannya dengan mudah, dia harus segera mencari tahu apa yang terjadi pada neneknya, kemudian meninggalkan ibu kota provinsi.
Di luar rumah keluarga Kumala.
Anya membunyikan bel pintu dan menunggu di pintu sebentar sebelum seseorang membawanya masuk ke dalam rumah.
Namun sebelum Anya mendekat, dia mendengar suara dari lantai dua.
"Prang! Keluar! Keluar kalian semua! Aku enggak mau menikah, bahkan jika aku mati!"
"Uuuuuuuuuuuuuuuuuu, kenapa, kenapa aku! Aku enggak mau nikah sama si cacat itu!"
Di dalam ruangan mewah, Lily mengusir semua penata rias dari ruangan dan melempar semua kosmetik di atas meja ke lantai.
Lily berteriak putus asa, awalnya dia mendengar bahwa Tuan Muda terkenal dari keluarga Aristo telah melamar keluarganya, dia merayakannya dengan gembira, berpikir bahwa pihak lain adalah aktor terkenal Reno Aristo.
Tapi ternyata, itu adalah Tuan Muda tertua dari keluarga Aristo, Paman Reno, Dion yang mengalami kecelakaan mobil hingga menyebabkan kedua kakinya lumpuh 3 tahun yang lalu.
Lily tidak mau, dia tidak akan menerima pernikahan itu!
Bahkan jika pria itu adalah presiden perusahaan Aristo dan bernilai puluhan miliar, apa gunanya? Dia tetap saja cacat.
Dia tidak akan mau menikahi orang cacat, bahkan jika dia mati!
Hesti berdiri di ambang pintu dengan cemas dan menunggu Lily selesai melampiaskan amarahnya sebelum melangkah maju dan memeluknya dengan sedih, "Anakku, jangan khawatir, itu udah mengatur semua, ibu enggak akan biarin kamu menikahi orang cacat!"
Lily tertegun sejenak, lalu berhenti menangis dan terisak, "Beneran? Tapi...kalau aku enggak setuju, perusahaan Kumala bakal diakuisisi, pasti ayah menyalahkanku.”
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved