Bab 7 Dia Agak Kasar dan Galak
by Yenni Nio
11:28,Aug 23,2022
Anya pergi ke kota dengan tergesa-gesa dan tidak membawa apa pun bersamanya, Hesti pelit dan tidak menyiapkan apa pun untuknya, dia langsung mengirimnya ke keluarga Aristo.
Setelah mencari pelayan untuk menyiapkan pakaian, Anya berkemas dan turun ke bawah, dia menemukan bahwa tidak ada seorang pun di lantai bawah.
Anya mencari tempat untuk duduk dan mengambil jeruk dari piring buah di atas meja untuk dimakan. Dia belum makan tadi malam dan sudah lapar sekarang.
Anya mengangkat kepalanya dan melirik jam di seberangnya, ini sudah pukul 9 pagi dan dia belum makan sejak tadi malam.
Anya segera berdiri dan berjalan ke arah dapur. Melihat para pelayan yang sibuk di dapur, dia tersenyum malu dan bertanya, "Bibi, apakah sarapan udah siap? Aku lapar!"
Bik Surti, memandangnya dengan heran, "Aku barusan tanya Tuan Muda, katanya dia enggak mau makan, jadi kupikir Nyonya juga enggak."
Anya "..."
Tanpa sarapan, apakah dia tumbuh dengan minum embun?
Bik Surti mungkin juga merasa sedikit malu karena mengabaikannya, jadi dia dengan cepat meminta maaf, "Nyonya, kamu tunggu di luar sebentar, aku panaskan dulu dan bawa keluar setelah selesai."
Sepuluh menit kemudian, makanan sudah ada di atas meja.
Tepat setelah mengambil dua gigitan, ada langkah kaki dari lantai atas. Anya mendongak dan melihat seorang wanita berusia awal tiga puluhan berjalan turun dengan gaun merah yang menunjukkan tubuhnya, langkahnya sangat mempesona.
Saat melihatnya, wanita itu mendengus dingin dan berbicara dengan nada aneh, "Yo, bukankah ini menantu perempuan yang barusan masuk ke rumah? Kenapa kamu makan sendirian?"
Anya meletakkan peralatan makan dan tersenyum malu, "Maaf, aku bangun terlambat, kupikir kalian semua sudah makan."
Menurut informasi yang dia periksa tadi malam, wanita di depannya seharusnya adalah simpanan ayah Dion, Miranda Listia.
Dia memanggilnya menantu perempuannya tanpa nama dan ingin mengambil keuntungan darinya, tapi Anya tidak sebodoh itu untuk memanggilnya ibu.
Miranda berjalan ke arahnya dan duduk. Dia terlihat sangat cantik dengan riasan halus di pagi hari. Alisnya sedikit terangkat saat menatapnya.
"Keluarga Nona Kumala enggak ngajarin tata krama? Kamu bahkan enggak tau gimana menyapa tetua waktu ketemu sama mereka."
Miranda tidak tahu tentang Anya yang merupakan istri pengganti dan mempersulitnya saat ini hanya karena ingin mencoba mengambil keuntungan darinya.
Miranda telah berada di keluarga Aristo selama bertahun-tahun, namun tidak memiliki nama atau status. Dion memperlakukannya sebagai orang luar dan tidak pernah memberinya wajah yang baik. Jika dia tahu bahwa istrinya yang baru saja dinikahinya memanggil ibunya, dia pasti akan sangat marah di dalam hatinya bukan?
Tapi tentu saja Anya tahu apa yang ada di dalam pikirannya, dia mencibir dalam hatinya dan berpura-pura bodoh, "Tetua? Apakah kamu sepupu Kak Aristo? Maaf, aku baru aja pindah ke sini dan belum kenal siapa pun."
Wajah Miranda sedikit menegang, dia memandangnya dengan jijik, "Sepupu apa? Aku ibu tiri Dion!"
Wajah Anya linglung, “Apa itu ibu tiri?”
Wajah Miranda memerah karena marah, dia terlalu kesal untuk berbicara, "Kamu ..."
Anya mengedipkan matanya dan berkata dengan polos, "Ada apa denganku?"
Miranda melirik Bik Surti di dapur dan menelan kata-kata dari mulutnya, "Enggak ada, aku cuman mau tanya gimana malam pernikahanmu semalam? Apakah Dion perlakuin kamu dengan baik? Dia lumpuh, jadi enggak bisa ngelakuin banyak hal sesuai dengan keinginannya, tapi gimana pun juga, dia suamimu, kamu harus terima dia apa adanya."
Tujuannya mengatakan itu adalah untuk mengejek Dion yang tidak bisa melakukan apa-apa karena cacat.
Anya merasa itu lucu, sepertinya Dion memiliki hubungan yang sangat buruk dengan gundik ayahnya.
Anya berpura-pura tidak mengerti maksud Miranda, dia menundukkan kepalanya, berpura-pura malu, "Enggak, Kak Aristo baik banget sama aku, tapi dia agak kasar dan galak, itu buat aku kesakitan."
Anya mengatakan yang sebenarnya, dia memijat kaki Dion tadi malam, tapi pergelangan tangannya sakit karena ditabrak dengan kursi roda dan sikapnya sangat galak.
Dia belum pernah melihat seorang pria yang tidak sopan seperti Dion.
Tapi ketika kata-katanya jatuh ke telinga Miranda dan pelayan yang ada di sana, mereka memiliki arti yang berbeda.
Wajah Miranda sedikit berubah, dia sedikit malu.
Miranda tahu bahwa Dion dan keluarga Kumala menikah karena bisnis dan Dion tidak terlalu menyukai pernikahan ini. Dia bahkan tidak mengadakan pesta pernikahan dan hanya meminta keluarga Kumala untuk mengirim pengantin wnaita, jadi Miranda berani menghina Anya. Tapi dia tidak menyangka Dion akan memperlakukannya sebagai istri.
Miranda memiliki kecemburuan, dia ingin menikah dengan keluarga kaya dengan mengandalkan wajahnya yang cantik dan tubuhnya yang indah untuk menjadi wanita Satya Aristo dan secara bertahap berhasil masuk ke keluarga Aristo, tapi Satya tidak berniat menikahinya.
Identitasnya selalu tidak terlihat, tapi wanita di depannya dengan mudah memperoleh identitas menantu keluarga Aristo.
Meskipun Dion lumpuh, tapi dia masih muda dan tampan, tidak tahu berapa kali dia lebih kuat dari Satya.
Yang lebih penting lagi, identitasnya sah.
Miranda tidak bisa mengolok wanita di depannya, dia sangat marah, jadi dia tidak ingin berbicara lagi dan pergi dengan gusar.
Anya sedikit mengangkat alisnya, merasa bahwa ruangan terasa lebih cerah dan dia bisa makan dengan tenang.
Namun dia tidak tahu bahwa semua percakapan di lantai bawah telah disampaikan kata demi kata oleh Bik Surti kepada Agra.
Setelah menyelesaikan beberapa dokumen terakhir, Dion dengan lelah melepas kacamatanya dan mengusap alisnya.
Agra mengetuk pintu dan masuk, tampak sedikit malu.
Dion sedikit mengangkat matanya sedikit, "Ada apa?"
Agra menundukkan kepalanya dan menjawab dengan suara rendah, "Nyonya bertemu Miranda saat sarapan, Miranda ingin mempersulit Nyonya, bahkan menghina Tuan Muda, katanya kamu ..."
Setelah mencari pelayan untuk menyiapkan pakaian, Anya berkemas dan turun ke bawah, dia menemukan bahwa tidak ada seorang pun di lantai bawah.
Anya mencari tempat untuk duduk dan mengambil jeruk dari piring buah di atas meja untuk dimakan. Dia belum makan tadi malam dan sudah lapar sekarang.
Anya mengangkat kepalanya dan melirik jam di seberangnya, ini sudah pukul 9 pagi dan dia belum makan sejak tadi malam.
Anya segera berdiri dan berjalan ke arah dapur. Melihat para pelayan yang sibuk di dapur, dia tersenyum malu dan bertanya, "Bibi, apakah sarapan udah siap? Aku lapar!"
Bik Surti, memandangnya dengan heran, "Aku barusan tanya Tuan Muda, katanya dia enggak mau makan, jadi kupikir Nyonya juga enggak."
Anya "..."
Tanpa sarapan, apakah dia tumbuh dengan minum embun?
Bik Surti mungkin juga merasa sedikit malu karena mengabaikannya, jadi dia dengan cepat meminta maaf, "Nyonya, kamu tunggu di luar sebentar, aku panaskan dulu dan bawa keluar setelah selesai."
Sepuluh menit kemudian, makanan sudah ada di atas meja.
Tepat setelah mengambil dua gigitan, ada langkah kaki dari lantai atas. Anya mendongak dan melihat seorang wanita berusia awal tiga puluhan berjalan turun dengan gaun merah yang menunjukkan tubuhnya, langkahnya sangat mempesona.
Saat melihatnya, wanita itu mendengus dingin dan berbicara dengan nada aneh, "Yo, bukankah ini menantu perempuan yang barusan masuk ke rumah? Kenapa kamu makan sendirian?"
Anya meletakkan peralatan makan dan tersenyum malu, "Maaf, aku bangun terlambat, kupikir kalian semua sudah makan."
Menurut informasi yang dia periksa tadi malam, wanita di depannya seharusnya adalah simpanan ayah Dion, Miranda Listia.
Dia memanggilnya menantu perempuannya tanpa nama dan ingin mengambil keuntungan darinya, tapi Anya tidak sebodoh itu untuk memanggilnya ibu.
Miranda berjalan ke arahnya dan duduk. Dia terlihat sangat cantik dengan riasan halus di pagi hari. Alisnya sedikit terangkat saat menatapnya.
"Keluarga Nona Kumala enggak ngajarin tata krama? Kamu bahkan enggak tau gimana menyapa tetua waktu ketemu sama mereka."
Miranda tidak tahu tentang Anya yang merupakan istri pengganti dan mempersulitnya saat ini hanya karena ingin mencoba mengambil keuntungan darinya.
Miranda telah berada di keluarga Aristo selama bertahun-tahun, namun tidak memiliki nama atau status. Dion memperlakukannya sebagai orang luar dan tidak pernah memberinya wajah yang baik. Jika dia tahu bahwa istrinya yang baru saja dinikahinya memanggil ibunya, dia pasti akan sangat marah di dalam hatinya bukan?
Tapi tentu saja Anya tahu apa yang ada di dalam pikirannya, dia mencibir dalam hatinya dan berpura-pura bodoh, "Tetua? Apakah kamu sepupu Kak Aristo? Maaf, aku baru aja pindah ke sini dan belum kenal siapa pun."
Wajah Miranda sedikit menegang, dia memandangnya dengan jijik, "Sepupu apa? Aku ibu tiri Dion!"
Wajah Anya linglung, “Apa itu ibu tiri?”
Wajah Miranda memerah karena marah, dia terlalu kesal untuk berbicara, "Kamu ..."
Anya mengedipkan matanya dan berkata dengan polos, "Ada apa denganku?"
Miranda melirik Bik Surti di dapur dan menelan kata-kata dari mulutnya, "Enggak ada, aku cuman mau tanya gimana malam pernikahanmu semalam? Apakah Dion perlakuin kamu dengan baik? Dia lumpuh, jadi enggak bisa ngelakuin banyak hal sesuai dengan keinginannya, tapi gimana pun juga, dia suamimu, kamu harus terima dia apa adanya."
Tujuannya mengatakan itu adalah untuk mengejek Dion yang tidak bisa melakukan apa-apa karena cacat.
Anya merasa itu lucu, sepertinya Dion memiliki hubungan yang sangat buruk dengan gundik ayahnya.
Anya berpura-pura tidak mengerti maksud Miranda, dia menundukkan kepalanya, berpura-pura malu, "Enggak, Kak Aristo baik banget sama aku, tapi dia agak kasar dan galak, itu buat aku kesakitan."
Anya mengatakan yang sebenarnya, dia memijat kaki Dion tadi malam, tapi pergelangan tangannya sakit karena ditabrak dengan kursi roda dan sikapnya sangat galak.
Dia belum pernah melihat seorang pria yang tidak sopan seperti Dion.
Tapi ketika kata-katanya jatuh ke telinga Miranda dan pelayan yang ada di sana, mereka memiliki arti yang berbeda.
Wajah Miranda sedikit berubah, dia sedikit malu.
Miranda tahu bahwa Dion dan keluarga Kumala menikah karena bisnis dan Dion tidak terlalu menyukai pernikahan ini. Dia bahkan tidak mengadakan pesta pernikahan dan hanya meminta keluarga Kumala untuk mengirim pengantin wnaita, jadi Miranda berani menghina Anya. Tapi dia tidak menyangka Dion akan memperlakukannya sebagai istri.
Miranda memiliki kecemburuan, dia ingin menikah dengan keluarga kaya dengan mengandalkan wajahnya yang cantik dan tubuhnya yang indah untuk menjadi wanita Satya Aristo dan secara bertahap berhasil masuk ke keluarga Aristo, tapi Satya tidak berniat menikahinya.
Identitasnya selalu tidak terlihat, tapi wanita di depannya dengan mudah memperoleh identitas menantu keluarga Aristo.
Meskipun Dion lumpuh, tapi dia masih muda dan tampan, tidak tahu berapa kali dia lebih kuat dari Satya.
Yang lebih penting lagi, identitasnya sah.
Miranda tidak bisa mengolok wanita di depannya, dia sangat marah, jadi dia tidak ingin berbicara lagi dan pergi dengan gusar.
Anya sedikit mengangkat alisnya, merasa bahwa ruangan terasa lebih cerah dan dia bisa makan dengan tenang.
Namun dia tidak tahu bahwa semua percakapan di lantai bawah telah disampaikan kata demi kata oleh Bik Surti kepada Agra.
Setelah menyelesaikan beberapa dokumen terakhir, Dion dengan lelah melepas kacamatanya dan mengusap alisnya.
Agra mengetuk pintu dan masuk, tampak sedikit malu.
Dion sedikit mengangkat matanya sedikit, "Ada apa?"
Agra menundukkan kepalanya dan menjawab dengan suara rendah, "Nyonya bertemu Miranda saat sarapan, Miranda ingin mempersulit Nyonya, bahkan menghina Tuan Muda, katanya kamu ..."
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved