Bab 2 Manusia Abadi
by Hervy
12:37,Oct 18,2021
"Hukum saham banteng, ya Tuhan! Ini...Hukum saham banteng yang melegenda itu!"
Johan Qin terkejut setengah mati, dan untuk beberapa saat, seluruh tubuhnya mulai bergetar. Di pasar saham, semua pedagang saham memahami suatu hal.
Jika mereka bisa menemukan saham banteng, maka mereka dapat memperoleh keuntungan yang stabil. Dan apa yang disebut dewa persahaman adalah orang yang setiap kali membeli saham dapat secara akurat menemukan saham banteng dan dalam waktu terbaik membeli saham terbanyak, sehingga orang itu dapat membuat untung stabil berkali lipat.
Tapi...Di antara sekian banyak saham tahu tidak sesulit apa menemukan saham banteng?
Dan di buku catatan kecil ini, Hugo Su menggambar pengetahuannya tentang pasar saham menjadi sebuah pola, dan dia juga menyimpulkan sebuah hukum, yang dia sebut dengan hukum saham banteng.
Hukum semacam ini kuat, akurat dan ganas. Johan Qin hanya melihatnya sebentar, sudah merasakan secercah pencerahan.
Tampaknya semua teori spekulasi saham yang telah dia pelajari selama bertahun-tahun hanya sia-sia.
"Guru, Barrack lima tahun yang lalu bisa gagal total selama satu tahun penuh. Apakah itu karenamu?"
Tiba-tiba, Johan Qin terpikir sesuatu.
Dia masih ingat lima tahun lalu, Barrack sebagai dewa persahaman pernah menghancurkan pasar saham, memecahkan rekor kekalahan beruntun selama setahun dan memasuki titik terendah dalam karirnya.
Lawan yang mengalahkannya adalah orang yang tidak memiliki nama, usia, identitas, dan ketika semua orang berpikir kalau generasi pemula baru ini akan menggantikan posisi Barrack, tidak disangka orang itu malah memilih pergi.
Tetapi sebelum pergi, dia meninggalkan sebuah kalimat, siapapun yang dapat menemukan hukum saham banteng, maka orang itu yang menjadi generasi dewa persahaman berikutnya!
Sekarang, baru berlalu lima tahun, hukum saham banteng ini bisa jatuh ke tangan Hugo Su, dan apa yang telah dipelajarinya sebelumnya juga diajarkan oleh Hugo Su. Sekarang, Johan Qin mulai mencurigai identitas Hugo Su.
"Lima tahun lalu? Membiarkan Barrack gagal?"
Hugo Su menggelengkan kepalanya:
"Aku tidak ingat. Memang ada beberapa waktu aku bermain di pasar saham. Selama periode waktu itu ada banyak orang yang kalah dariku. Dan aku benar-benar tidak tahu apakah aku pernah bermain melawan Barrack!"
"Tapi...Apa katamu? Kejadian ini sudah berlalu lima tahun?"
Tiba-tiba, alis Hugo Su mengkerut, dia teringat suatu hal besar, dan hal ini sangat sangat penting baginya!
Pada saat yang sama, rasa bersalah yang mendalam tinggal di hatinya.
"Ya, sudah lima tahun. Selama beberapa tahun ini pasar saham sangat tenang. Dan bencana terbaru dan terakhir ya di lima tahun yang lalu!"
Berbicara tentang bencana lima tahun yang lalu, bahkan Johan Qin tidak bisa menahan napas, saat itu, karena masuknya manusia hebat seperti banteng ke pasar saham, membuat orang saham merasa depresi dan meratap.
Kejadian ini meninggalkan kesan yang sangat dalam padanya.
Setelah mengkonfirmasi kejadian ini, Hugo Su tidak berniat mendengarkan detail cerita Johan Qin. Pada saat ini, dia dengan cepat membereskan kiosnya dan berencana untuk pergi.
Kejadian itu melekat di hatinya dan membuatnya merasa tidak tenang. Pada saat ini, dia tidak punya niat untuk peduli dengan hal-hal lainnya lagi.
Detik ini dia hanya ingin kembali dan melihatnya!
"Guru, kamu ini...Mau pergi? Ayo duduk ke rumahku. Muridmu ini masih ingin mendengarkan ajaran guru!"
Melihat Hugo Su akan pergi, Johan Qin sedikit panik, dia berdiri dan meraih lengan Hugo Su mulai memintanya untuk tinggal.
"Tidak lah, gurumu ini masih ada urusan, kita ganti waktu baru berjumpa lagi ya!"
"Guru, kalau begitu tinggalkan kontakmu ya. Muridmu masih ingat terakhir kali kamu bilang sampai jumpa itu di lima puluh tahun yang lalu, dan sekarang kamu masih bilang ganti hari baru berjumpa lagi, aku...Aku takut tidak bisa menunggu sampai hari itu tiba!"
Johan Qin membuka mulutnya dan berkata dengan suara rendah, Hugo Su mengangkat alisnya, tetapi pada akhirnya dia tetap tidak meninggalkan kontak apa pun dan berbalik pergi.
"Guru!"
Melihat punggung belakang Hugo Su, Jogan Qin meraung, dengan bunyi gedebuk berlutut di tanah dan mulai memohon.
Tapi Hugo Su tetap berjalan dengan tegas, setelah beberapa saat menghilang di ujung jalan.
"Kakek! Aku sudah memasang alat lacak di kiosnya, dia tidak bisa melarikan diri!"
Ketika Johan Qin merasa putus asa, Livia Qin tiba-tiba tersenyum dan mengeluarkan ponselnya mengoperasi aplikasinya, dalam sekejap, titik merah mulai berkedip di ujung jalan.
Dalam sekejap lain, titik merah muncul di pintu rumah sakit.
"Bagus! Bagus! Livia, bagus sekali, sekarang aku tidak perlu takut tidak bisa menemukan guru!"
Johan Qin tertawa, dan Livia Qin wajahnya terlihat sombong, pada saat yang sama, dalam hatinya mencibir:
“Huh, dasar pembohong besar, kamu bahkan tidak berani meninggalkan kontakmu, masih berani berpura-pura menjadi orang hebat. Kamu tunggu saja ya, pasti akan ada suatu hari, aku di hadapan kakekku mengekspos wajah aslimu!”
Johan Qin terkejut setengah mati, dan untuk beberapa saat, seluruh tubuhnya mulai bergetar. Di pasar saham, semua pedagang saham memahami suatu hal.
Jika mereka bisa menemukan saham banteng, maka mereka dapat memperoleh keuntungan yang stabil. Dan apa yang disebut dewa persahaman adalah orang yang setiap kali membeli saham dapat secara akurat menemukan saham banteng dan dalam waktu terbaik membeli saham terbanyak, sehingga orang itu dapat membuat untung stabil berkali lipat.
Tapi...Di antara sekian banyak saham tahu tidak sesulit apa menemukan saham banteng?
Dan di buku catatan kecil ini, Hugo Su menggambar pengetahuannya tentang pasar saham menjadi sebuah pola, dan dia juga menyimpulkan sebuah hukum, yang dia sebut dengan hukum saham banteng.
Hukum semacam ini kuat, akurat dan ganas. Johan Qin hanya melihatnya sebentar, sudah merasakan secercah pencerahan.
Tampaknya semua teori spekulasi saham yang telah dia pelajari selama bertahun-tahun hanya sia-sia.
"Guru, Barrack lima tahun yang lalu bisa gagal total selama satu tahun penuh. Apakah itu karenamu?"
Tiba-tiba, Johan Qin terpikir sesuatu.
Dia masih ingat lima tahun lalu, Barrack sebagai dewa persahaman pernah menghancurkan pasar saham, memecahkan rekor kekalahan beruntun selama setahun dan memasuki titik terendah dalam karirnya.
Lawan yang mengalahkannya adalah orang yang tidak memiliki nama, usia, identitas, dan ketika semua orang berpikir kalau generasi pemula baru ini akan menggantikan posisi Barrack, tidak disangka orang itu malah memilih pergi.
Tetapi sebelum pergi, dia meninggalkan sebuah kalimat, siapapun yang dapat menemukan hukum saham banteng, maka orang itu yang menjadi generasi dewa persahaman berikutnya!
Sekarang, baru berlalu lima tahun, hukum saham banteng ini bisa jatuh ke tangan Hugo Su, dan apa yang telah dipelajarinya sebelumnya juga diajarkan oleh Hugo Su. Sekarang, Johan Qin mulai mencurigai identitas Hugo Su.
"Lima tahun lalu? Membiarkan Barrack gagal?"
Hugo Su menggelengkan kepalanya:
"Aku tidak ingat. Memang ada beberapa waktu aku bermain di pasar saham. Selama periode waktu itu ada banyak orang yang kalah dariku. Dan aku benar-benar tidak tahu apakah aku pernah bermain melawan Barrack!"
"Tapi...Apa katamu? Kejadian ini sudah berlalu lima tahun?"
Tiba-tiba, alis Hugo Su mengkerut, dia teringat suatu hal besar, dan hal ini sangat sangat penting baginya!
Pada saat yang sama, rasa bersalah yang mendalam tinggal di hatinya.
"Ya, sudah lima tahun. Selama beberapa tahun ini pasar saham sangat tenang. Dan bencana terbaru dan terakhir ya di lima tahun yang lalu!"
Berbicara tentang bencana lima tahun yang lalu, bahkan Johan Qin tidak bisa menahan napas, saat itu, karena masuknya manusia hebat seperti banteng ke pasar saham, membuat orang saham merasa depresi dan meratap.
Kejadian ini meninggalkan kesan yang sangat dalam padanya.
Setelah mengkonfirmasi kejadian ini, Hugo Su tidak berniat mendengarkan detail cerita Johan Qin. Pada saat ini, dia dengan cepat membereskan kiosnya dan berencana untuk pergi.
Kejadian itu melekat di hatinya dan membuatnya merasa tidak tenang. Pada saat ini, dia tidak punya niat untuk peduli dengan hal-hal lainnya lagi.
Detik ini dia hanya ingin kembali dan melihatnya!
"Guru, kamu ini...Mau pergi? Ayo duduk ke rumahku. Muridmu ini masih ingin mendengarkan ajaran guru!"
Melihat Hugo Su akan pergi, Johan Qin sedikit panik, dia berdiri dan meraih lengan Hugo Su mulai memintanya untuk tinggal.
"Tidak lah, gurumu ini masih ada urusan, kita ganti waktu baru berjumpa lagi ya!"
"Guru, kalau begitu tinggalkan kontakmu ya. Muridmu masih ingat terakhir kali kamu bilang sampai jumpa itu di lima puluh tahun yang lalu, dan sekarang kamu masih bilang ganti hari baru berjumpa lagi, aku...Aku takut tidak bisa menunggu sampai hari itu tiba!"
Johan Qin membuka mulutnya dan berkata dengan suara rendah, Hugo Su mengangkat alisnya, tetapi pada akhirnya dia tetap tidak meninggalkan kontak apa pun dan berbalik pergi.
"Guru!"
Melihat punggung belakang Hugo Su, Jogan Qin meraung, dengan bunyi gedebuk berlutut di tanah dan mulai memohon.
Tapi Hugo Su tetap berjalan dengan tegas, setelah beberapa saat menghilang di ujung jalan.
"Kakek! Aku sudah memasang alat lacak di kiosnya, dia tidak bisa melarikan diri!"
Ketika Johan Qin merasa putus asa, Livia Qin tiba-tiba tersenyum dan mengeluarkan ponselnya mengoperasi aplikasinya, dalam sekejap, titik merah mulai berkedip di ujung jalan.
Dalam sekejap lain, titik merah muncul di pintu rumah sakit.
"Bagus! Bagus! Livia, bagus sekali, sekarang aku tidak perlu takut tidak bisa menemukan guru!"
Johan Qin tertawa, dan Livia Qin wajahnya terlihat sombong, pada saat yang sama, dalam hatinya mencibir:
“Huh, dasar pembohong besar, kamu bahkan tidak berani meninggalkan kontakmu, masih berani berpura-pura menjadi orang hebat. Kamu tunggu saja ya, pasti akan ada suatu hari, aku di hadapan kakekku mengekspos wajah aslimu!”
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved