Bab 3 Plot Twist

by Roy 10:30,Jun 01,2021
Ketika Winda Su memutar rekaman video, perasaan hatinya sangat kompleks.

Jelas-jelas dia sudah yakin bahwa Erick Ling adalah pria sampah, bahwa Irene Lin adalah wanita sampah, mereka berdua bersekongkol untuk menipu dan melukai perasaannya.

Namun di dalam lubuk hatinya, Winda Su sangat berharap ada sesuatu yang terjadi di tengah itu untuk menjelaskan masalah ini.

Segera, beriringan dengan kolom rentang waktu yang berjalan, dengan jelas layar laptop menunjukkan masalah yang terjadi setelah itu….

Erick Ling memang menyerbu pada Irene Lin, dan kedua tangan Irene Lin yang ramping panjang juga sudah memeluk leher Erick Ling.

Dilihat bagaimanapun, juga seperti hendak melakukan hal itu.

Namun tiba-tiba Erick Ling berhenti.

Irene Lin membuka mata karena merasa ada yang tidak beres, lalu dia berkedip pada Erick Ling, “Kenapa kamu tidak lanjut beraksi?”

Erick Ling mengamati Irene Ling dengan cermat, sebentar mengangguk dan sebentar bergeleng, “Aku… aku tidak dapat memaksa diriku sendiri.”

Perkataan ini sangat melukai hati orang.

Irene Lin sudah mendatangkan diri ke dalam pelukan Erick Ling, tetapi Erick Ling masih mengatakan dia tidak dapat memaksa dirinya sendiri?

Irene Lin merasa tidak senang, “Apa maksudmu?”

Erick Ling melepaskan tangan dan mundur selangkah, “Aku mengira aku bisa menjadi seorang pria sampah, tetapi sampai sekarang barulah aku tahu, ternyata sudah dari lama aku cinta dalam pada istriku, dan tidak bisa menarik diri lagi.”

Tidakkah ini terlalu beralasan?

Jelas-jelas sudah melompat ke jurang, tetapi dia bahkan masih ingin memanjat ke atas?

Irene Lin merasa sangat sulit dipercayai, sebisa mungkin dia berakting dengan lebih nyata, “Erick Ling, tidak ada orang luar di sini, kamu tidak perlu merasa tertekan. Jika kamu masih khawatir, kamu bisa membawaku pergi ke tempat yang aman menurutmu.”

Kejam sekali!

Ini jelas ingin menarik Erick Ling untuk terjerumus ke dalam belenggu dosa.

“Maaf, hatiku, sudah dipenuhi oleh istriku. Jika aku setuju denganmu, bukankah aku bahkan lebih buruk daripada binatang?” Erick Ling menyalakan sebatang rokok dan menghisapnya dengan kuat, untuk menekan rasa kagetnya.

Baju di punggung Erick Ling sudah basah karena keringat.

Tepat ketika tadi, Erick Ling melihat ada sebuah lensa kamera pengawas di bagian ritsleting tas kecil yang dibawa oleh Irene Lin.

Benar-benar berbahaya sekali.

Hampir saja… aku akan mati.

Irene Lin menatap Erick Ling dengan tatapan tidak percaya.

Pria yang dapat lolos dari pencobaannya, juga tidak ada satupun di Kota Zhonghai ini bukan?

Apakah pesonanya tidak cukup?

Tidak!

Irene Lin terus berakting, matanya berair, “Tetapi aku sudah jatuh cinta padamu dengan dalam sekali, demi kamu, aku bahkan rela untuk menjadi simpanan. Apakah kamu masih akan melukai hatiku?”

Benar-benar siluman penggoda.

Tampang yang lemah gemulai seperti ini, siapa yang sanggup menghadapinya?

Sambil menahan hatinya yang meneteskan darah, Erick Ling berpura-pura berkata dengan santai, “Terhadap yang kamu alami, aku merasa simpati, tetapi aku tidak bisa berbuat apa-apa.”

Irene Lin menghentakkan kaki dan berkata dengan kesal manja, “Erick Ling, benarkah kamu akan sekejam ini?”

Erick Ling menjadi semakin tenang, penalarannya juga semakin jernih, “Jika aku tidak kejam padamu, maka akan melukai Winda-ku.”

Tiba-tiba hati Irene Lin terasa masam, mendadak dia berteriak, “Erick Ling, apa dariku yang kurang baik dibandingkan Winda Su?”

Erick Ling yang sudah kembali tenang, juga semakin pandai bersilat lidah, “Pernahkah kamu mendengar kalimat ini, ‘aku suka makan apel, bukan jus apel, bukan kue apel, tidak bisa jika bukan apel.’ Aku cinta Winda, bukan yang wajahnya mirip dengan Winda, bukan yang sifatnya mirip dengan Winda, tidak bisa jika bukan Winda. Aku suka Winda, bukan karena betapa cantik dan unggulnya dia, tetapi karena Winda adalah Winda.”

Detik berikutnya, Erick Ling langsung membuka ponsel dan memutar irama olahraga senam, dia melakukan gerakan senam sesuai dengan tempo, “Jika kamu tidak keberatan, kita bisa senam bersama-sama. Dengan begitu, bisa meredakan hatimu yang panas membara seperti api.”

Irene Lin terbengong di tempat menatap Erick Ling.

Perasaan hatinya menjadi frustasi.

Dia merasakan kelesuan yang dalam.

Erick Ling, kamu hebat sekali!

Tunggu saja.

Suatu hari nanti, kamu akan tergila-gila padaku.

Namun bahkan Irene Lin sendiri juga tidak menyadari, Erick Ling sudah meninggalkan bekas yang sangat dalam di dalam hatinya, pria ini sungguh adalah pria yang baik.

Meski Erick ling lembek dan tak berguna, tetapi sangat setia dalam cinta.

Jika menikah, Erick Ling adalah sebuah pilihan yang lumayan….

Irene Lin, apa yang sedang apa kamu pikirkan?

Irene Lin menggelengkan kepala, lalu dia berjalan ke sisi Erick Ling dan melakukan gerakan senam mengikuti tempo Erick Ling.

Inilah adegan yang terlewatkan oleh Winda Su dan Lulu Zhang.

Melihatnya, Winda Su duduk terbengong di tempat, lama tak bersuara.

Lulu Zhang juga terbengong kaget.

Dalam hati mereka serentak terlintas akan sebuah pikiran, Erick Ling adalah pria baik yang patut untuk dinikahi!

Ternyata, bukan Irene Lin dan Erick Ling yang melukai Winda Su, melainkan Irene Lin yang melukai mereka berdua.

Lama kemudian, Irene Lin dan Erick Ling bertatapan empat mata.

Lulu Zhang berkata, “Aku pergi minta maaf dengan Irene Lin.”

Winda Su juga merasa canggung, “Kalau begitu… aku pergi minta maaf dengan Erick Ling.”

Tidak pernah Winda Su begitu ingin mempertahankan hati seorang pria seperti hari ini.

….

Setelah meninggalkan hotel, Erick Ling berhenti sesaat di tepi jalan.

Erick Ling bersandar di bawah pohon, setengah bungkus rokok juga sudah habis.

Erick Ling belum sepenuhnya tenang dari masalah hari ini.

Setelah menenangkan perasaannya, Erick Ling membeli sebotol arak putih di toko di sekitar, lalu dia menghentikan sebuah mobil taksi, “Pak, pergi ke Tempat Pemakaman Umum Myrina.

….

Di Gunung Myrina di Kecamatan Mawar.

Tempat ini adalah sebuah taman pemakaman, Kakek Su tepat dimakamkan di sini.

Hari ini adalah hari kematian Kakek Su.

“Kakek, aku datang menengokmu.”

Erick Ling berjalan ke depan batu nisan, senyum mengusik yang khas di wajahnya sudah lenyap.

Erick Ling berdiri dengan melipat tangan di belakang, badannya tegak kokoh, dan auranya kuat tajam seperti pedang dewa yang dapat dihunuskan kapan saja.

Lama kemudian, Erick Ling membuka tutup botol arak, dia menuangkan setengah botol untuk Kakek Su, lalu meneguk setengah botol.

“Delapan belas tahun yang lalu, aku baru berusia enam tahun. Pada tahun itu, aku dibuang dari keluarga dan mengemis di jalanan. Ketika aku sedang sekarat karena ditindas oleh para pengemis yang lain, kamu yang mengulurkan tangan kasih padaku, memberi aku makan, memberi aku minum, dan memberi aku pakaian.”

“Kamu yang mengajarkan aku membaca dan menulis, menyekolahkan aku di sekolah terbaik di Kota Zhonghai. Ketika prestasi aku sedang terbang tinggi, juga kamu yang menyarankan aku untuk berpaling dari jalur akademi dan bergabung dalam militer. Kamu pernah katakan, orang yang tidak melewati medan perang, tidak pantas untuk menjadi sang pahlawan.”

“Di markas militer, aku tidak tidur dan berlatih dengan giat, menumpahkan darah di medan perang dan membawa pulang jasad para saudara, juga sudah menderap di tanah bumi ini. Lima tahun yang lalu, aku mengarungi medan perang, memenggal puluh ribuan pasukan musuh dan menang menjadi raja. Pada akhirnya, memperoleh kehormatan yang tertinggi.”

“Kakek, mungkin kamu tidak tahu. Dalam hatiku, kamu bahkan lebih dekat daripada ayah kandung aku. Aku hanya ingin membawa pangkat jenderal kehormatan itu pulang dan membalas budi kamu. Betapa aku ingin kamu tahu, kamu akan merasa bangga padaku di hari kelak.”

“Tetapi ketika aku mendapatkan surat peninggalanmu, aku sedang bertempur di Gunung Lanos. Di pertempuran Gunung Lanos kali itu, aku… dijebak dan kalah perang, lima ratus ribu pasukan terkubur di lahan salju itu, Letnan Peter Zhang juga sudah gugur demi melindungi aku pergi.”

“Ketika aku bertemu denganmu lagi, kamu sudah mati dicelakai.”

“Kakek, maaf, aku tidak dapat menjagamu dengan baik. Sebelum pergi, kamu memintaku untuk menjaga Winda Su, meski aku tidak paham apa alasannya, tetapi aku pasti akan menjaga dia seumur hidup.”

Erick Ling duduk di depan batu nisan, minum seteguk arak setiap menuturkan satu kalimat. Pada akhirnya, matanya sedikit berair, “Karena aku masih hidup, maka semua ini masih belum berakhir. Semua yang hilang pada sebelumnya, aku akan mengambilnya kembali satu per satu.”

Guntur menggelegar di langit malam, awan hitam mencurahkan hujan dan angin.

Air mata menetes dari mata pemuda, gagak berkoak di hutan belantara.

….

Di Komplek Garden di Kecamatan Mawar.

Ketika Erick Ling pulang ke rumah, sudah dini hari.

Erick Ling menopang badannya yang lelah, dia pergi mandi dan mencuci pakaian, lalu dia memasukkan beras ke dalam penanak nasi, memasak bubur dengan pengaturan waktu untuk sarapan pagi keesokannya.

Mencuci pakaian, memasak, menyapu, dan mencuci piring.

Ini semua adalah pekerjaan sehari-hari Erick Ling, harus dikerjakan dengan baik dan tidak boleh mengeluh.

Tidak ada pilihan, suami matrilinial memang tidak memiliki kedudukan, harus menerima wajah buruk dari semua orang.

Jika bukan karena permintaan Kakek Su, akankah Erick Ling menjadi suami matrilinial?

Selain itu, Erick Ling mencari peluang hidup dengan melompat ke jurang setelah kalah perang di Gunung Lanos pada tiga tahun yang lalu, dia mengapung menyusuri Laut Amer dan melewati perbatasan, barulah kembali ke Kota Zhonghai.

Hati Erick Ling juga terluka berat karena hal ini, memerlukan pengobatan.

Setelah terbiasa dengan kehidupan perang, setelah mengalami luka kekalahan yang besar, menjadi seorang menantu biasa yang melakukan pekerjaan rumah tangga juga terasa lumayan bagus sebelum dia memiliki kekuatan untuk bangkit kembali.

Setelah selesai melakukan pekerjaan rumah tangga, Erick Ling kembali ke kamar kecilnya, dia menguap dan berencana untuk tidur.

Mungkin ada orang yang ingin bertanya, bukankah suami istri tidur sekamar setelah menikah?

Itu adalah kondisi pada umumnya, oke?

Suami matrilinial seperti Erick Ling, tidak dibolehkan untuk tidur sekamar.

Selama tiga tahun ini, Erick Ling terus tinggal di kamar kecil ini.

Jika pria jantan pada umumnya, pasti akan merasa kesal dan kehilangan harga diri karena menjalani kehidupan yang seperti ini selama tiga tahun.

Namun Erick Ling tidak merasa demikian.

Memenuhi permintaan terakhir dari ayah angkat, membalas budi pada ayah angkat karena telah membesarkannya, melindungi dan mencintai istrinya, apanya yang kesal?

Ketika Erick Ling hendak mematikan lampu, tiba-tiba Winda Su membuka pintu dan masuk.

Winda Su mengenakan piyama sutra warna hitam, rambut panjangnya tergerai di pundak, tampak malas namun mempesona, serta ada wangi yang ringan dari badannya.

Erick Ling terbengong melihatnya.

Pada biasanya, Winda Su tidak pernah masuk ke kamarnya, setiap kali ketika berbicara dengannya, Winda Su juga hanya berdiri di ruang tamu dan berbicara dari sana.

Tindakan Winda Su saat ini, membuat Erick Ling terkejut.

Tenang, harus tenang.

Secara refleks Erick Ling menyingkap selimut, “Istri, apakah ada tikus di dalam kamar? Aku akan basmi sekarang juga.”

Dalam tiga tahun ini, Winda Su pernah mencari Erick Ling di tengah malam selama beberapa kali, semuanya adalah karena ada kecoa di dalam kamar, atau suara aneh lainnya….

Selain itu, Winda Su paling tidak senang Erick Ling memanggilnya dengan ‘istri’.

Namun kali ini, ekspresi Winda Su terlihat sangat baik, dia tidak marah.

Erick Ling menyadari hal ini.

Benar saja, penampilannya di hotel membuat Winda Su merasa sangat puas.

Tiba-tiba Winda Su merasa sedikit bersalah, dia berkata, “Tidak ada tikus. Aku datang ke sini, ingin berbicara singkat denganmu.”

Erick Ling duduk kembali di kasur, mendengarkan amanah dari istrinya, “Kamu katakan saja, aku mendengarkan.”

Winda Su mengamati pria di depannya dengan cermat.

Setelah mengesampingkan prasangka negatif, Winda Su menyadari selain tampak berantakan dan asal-asalan dalam berpakaian, sebenarnya Erick Ling lumayan tampan.

Erick Ling memiliki postur badan yang kekar dan kokoh, memiliki otot dan bentuk tubuh yang mendekati sempurna, alisnya tajam dan matanya cerah, garis wajahnya juga tampak jelas, sekujur tubuhnya memancarkan aura ketegasan yang samar-samar.

Setelah sadar kembali, wajah Winda Su menjadi merah, dia tergagap-gagap sesaat barulah menuturkan kalimat yang lengkap, “Masalah hari ini, aku bersalah padamu. Aku salah paham pada kamu dan Irene Lin. Setelah itu, aku sudah melihat yang kamu katakan dengan Irene Lin, aku sangat terharu. Terima kasih… atas begitu menyukai aku.”

Meski terjadi karena masalah tertentu, tetapi hati Erick Ling berbunga-bunga mendengarnya, juga ada sedikit rasa terharu yang tak terucapkan.

Selama tiga tahun, ini adalah pertama kalinya Winda Su memandang dia dengan sungguh-sungguh.

Tenang, harus tenang.

Erick Ling berkata dengan sangat lapang dada, “Tidak apa-apa.”

Pada saat ini pasti harus menunjukkan kebesaran hati dari seorang pria jantan, bukankah?

Erick Ling yang lapang dada, sebaliknya membuat Winda Su merasa dirinya sangat kecil, “Terkait mencobai kamu hari ini, adalah ide dari mereka, tetapi, aku tetap harus mengatakan maaf, aku tidak seharusnya mencobai kamu. Itu akan membuatmu merasa sedih dan kecewa.”

Erick Ling bersikap lebih lapang dada, “Tidak apa-apa, serius, emas asli tidak takut dibakar api.”

Meski mengatakan seperti itu, sebenarnya hati Erick Ling merasa menciut sekali.

Jika bukan karena menyadari lensa kamera pengawas itu tepat pada waktunya… hari ini tamatlah nyawa dia.

Dalam hati Winda Su semakin merasa bersalah pada Erick Ling, dia duduk di samping dan berkata dengan lembut, “Erick Ling, aku tahu, sejak kamu menikah ke dalam Keluarga Su, semua orang keluarga Su meremehkan kamu, sering menyindir kamu dan memberikan perlakuan dingin padamu. Tetapi aku berharap kamu jangan pasrah, juga jangan dendam pada semua orang, asalkan kamu bersikap baik-baik, aku lihat siapa yang masih berani mengatai kamu.”

Erick Ling memahami maksud tersirat dalam kalimatnya, ‘ke depannya jika kamu bersikap dengan baik, aku Winda Su akan melindungi kamu.’

Hari ini, Winda Su memutuskan untuk berdiri sepihak dengan Erick Ling.

Wwwuuuu….

Dalam hati Erick Ling terharu sekali.

“Baik, Istri. Aku pasti akan menjadi suamimu dengan baik.” Erick Ling segera menyatakan bahwa dia bersedia berdiri sepihak dengan istrinya.

Winda Su merasa sangat puas, “Tetapi, jika aku menemukan kamu melakukan sesuatu yang bersalah padaku, maka pernikahan kita sudah sampai ke ujung, mengerti?”

“Mengerti.” Erick Ling menjawab secara refleks, lalu dia ingin mengatakan ‘malam ini kamu jangan pergi saja?’

“Kamu istirahatlah.” Winda Su langsung pergi.

Melihat bayangan punggung yang anggun dan elegan itu, dalam hati Erick Ling merasa sangat terharu, juga merasa sedikit kecewa.

Seketika itu, Erick Ling merasa Winda Su adalah wanita yang patut untuk dilindungi.

Ketika kamu memutuskan untuk menahan tekanan sendirian dan melindungi aku, aku juga akan melindungi kamu!

Keesokan siang, Erick Ling membuatkan masakan yang mewah, lalu mengantarkannya ke Rumah Sakit Husada di Kecamatan Mawar.

Erick Ling duduk di samping dengan hening, sambil melihat Winda Su menyantap makanan.

Tampang Winda Su yang makan saja begitu cantik, membuat Erick Ling terpikat melihatnya.

Ini adalah pertama kalinya Winda Su mengizinkan Erick Ling untuk mengantarkan makanan ke kantornya.

Ini berarti dalam hati Winda Su sudah mulai menerima pria yang ‘tak berguna’ ini.

Mungkin dalam mata orang lain, pergi mengantarkan makanan ke perusahaan untuk istri, adalah suatu hal yang sangat wajar.

Namun bagi Winda Su, ini sangat tidak mudah.

Meski Winda Su adalah nona dari Keluarga Su, tetapi ayahnya, Justin Su, adalah anak di luar nikah dari Kakek Su. Ketika Kakek Su masih hidup, Winda Su adalah nona kesayangan.

Namun sekarang Kakek Su sudah meninggal, kekuasaan jatuh ke dalam tangan Nenek Su.

Bagi Nenek Su, Winda Su bukanlah cucunya sendiri.

Oleh karena itu, Winda Su selalu dikucilkan dan dipersulit oleh Keluarga Su. Jika bukan karena Rumah Sakit Husada yang dikelola oleh Winda Su memiliki performa yang luar biasa, dia pasti sudah diusir dari keluarga.

Agar orangtuanya tidak di usir dari keluarga, Winda Su selalu sangat berhati-hati, dia sangat waspada dan teliti dalam pekerjaan, takut Keluarga Su akan mendapati kesalahannya lalu memanfaatkan kesempatan.

Tiga tahun yang lalu ketika menikah dengan Erick Ling, Winda Su sudah kecewa terhadap pernikahan, dia hanya hidup untuk satu hal, yaitu berusaha mengelola rumah sakit dengan baik, agar mendapatkan pengakuan dan penerimaan dari Keluarga Su.

Maka dari itu, terhadap Erick Ling sang menantu tak berguna yang menerima cemooh dari Keluarga Su, Winda Su selalu memihak pada keluarganya dan berdiri di seberang Erick Ling.

Sekarang Winda Su memutuskan untuk menerima pria ini, serta membiarkan pria ini memasuki kantornya, sebenarnya Winda Su memikul resiko yang sangat besar.

Winda Su berbuat seperti itu, mungkin dia merasa bersalah karena terlalu bersikap tidak baik pada Erick Ling selama tiga tahun ini, juga mungkin karena terharu atas perkataan Erick Ling di hotel.

Namun pada dasarnya, Erick Ling adalah suaminya sendiri.

“Aku sudah kenyang.” Winda Su menghabiskan potongan rebung terakhir di dalam mangkuk, lalu dia mengelap bibir dengan tisu basah, seolah-seolah sedang mengingat kembali akan kenikmatan dari masakan lezat ini.

Tidak dapat dipungkiri, keterampilan memasak Erick Ling sangat luar biasa.

Erick Ling berkata sambil membereskan peralatan makan, “Besok aku antarkan makanan lagi untukmu?”

“Baik.” Winda Su tersenyum.

Senyuman yang bagaikan bunga, saat ini sungguh harmonis sekali.

Erick Ling meninggalkan rumah sakit dengan perasaan berbunga-bunga.

Setelah bertahan selama tiga tahun, akhirnya dia akan memiliki sebuah pernikahan yang bahagia….

Benar-benar sulit sekali….

Namun keadaan baik tidak berlangsung lama, mungkin Tuhan juga iri pada pernikahan yang bahagia ini, maka dia menurunkan hukuman untuk merusaknya.

Bagaikan konde perak yang menjadi sungai, memisahkan Niulang dan Zhinu.

Pada hari ini, masalah langsung mengguncang dunia.

“Erick Ling, dasar kamu berengsek, beraninya kamu menyelingkuhi aku!”

Erick Ling menundukkan kepala menerima api kemarahan Winda Su.

Foto-foto yang berserakan di lantai, semuanya menunjukkan Erick Ling yang memeluk seorang gadis cantik yang memakai gaun pendek tanpa lengan di aula stasiun kereta api.

Winda Su yang mengenakan pakaian pekerja kerah putih, dadanya naik turun dengan dahsyat, dia berkata dengan ekspresi jijik, “Semua foto ini sudah disebarkan di seluruh jaringan internal rumah sakit, aku pun menjadi bahan tertawaan di rumah sakit, menjadi bahan tertawaan di keluarga Su! Selama tiga tahun ini, aku terus berjuang mati-matian di luar sana untuk menghidupi kamu. Beberapa hari yang lalu aku juga mengira kamu bisa menjadi orang yang baik, dengan menanggung resiko dikucilkan oleh keluarga, aku ingin menjalani kehidupan baik-baik denganmu, tetapi kamu? Bahkan membalasku dengan ‘topi hijau’, benar-benar berengsek sekali!”

Erick Ling mendongak, dia menatap dalam pada istrinya.

Winda Su sangat cantik, dengan postur badan yang montok dan aura yang elegan.

Erick Ling berkata dengan ekspresi malu bersalah, “Istri, pasti ada orang yang memfitnah….”

Tepat ketika itu, tiba-tiba di televisi melaporkan sebuah berita, “Berita utama, suami dari Winda Su sang General Manager Rumah Sakita Husada, telah berselingkuh, fotonya sudah beredar di internet dan menimbulkan kehebohan yang besar.”

“Untuk mempertahankan nama baik dari rumah sakit, Perusahaan Su memutuskan untuk menurunkan Winda Su dari posisi General Manager, keputusan ini akan berlaku dari tiga hari kemudian….”

Badan Winda Su gemetaran, wajahnya juga berubah pucat, dia terhuyung dan hampir jatuh ke lantai.

Erick Ling terkejut, ada sinar yang melintas di dalam matanya.

Erick Ling tahu bahwa dia tidak melakukan hal ini, ini pasti adalah fitnah.

Untuk menurunkan Winda Su dari posisinya.

Benar-benar dahsyat, apakah ingin langsung menginjak mati istriku?

Bagus sekali!

Besar sekali nyalinya!

Isakan Winda Su semakin besar, lalu dia berteriak dengan suara histeris, “Ya Tuhan, kenapa kamu hanya kejam padaku? Mengapa?!”

Tanpa jabatan ini, sekeluarga Winda Su berempat akan diusir dari Keluarga Su, hanya masalah waktu saja.

Ini sama saja dengan merenggut nyawa Winda Su.

Erick Ling maju memapah Winda Su yang gemetaran, dia berkata dengan suara serak, “Istri, ini jelas ada orang yang sedang menyerangmu, kamu jangan….”

“Jangan sentuh aku, semua ini terjadi karena kamu!” Winda Su langsung mendorong Erick Ling, dia berteriak, “Seumur hidup ini, aku hanya ingin menikahi orang yang aku sukai, tetapi aku malah menikah denganmu karena permintaan terakhir dari Kakek. Kamu bersantai-santai di rumah, berbuat onar di luar sana, aku pun menahan semua ini. Aku berpikir, anggap saja menikahi orang mati. Aku hanya ingin Keluarga Su mengakui aku dengan usaha sendiri, sekarang juga sudah hancur karena kamu! Erick Ling, aku benci kamu selamanya!”

Winda Su langsung masuk ke dalam kamar dan membanting pintu.

Erick Ling berdiri di depan pintu dengan ekspresi bersalah, dia mendesah dalam hati, ‘maaf, aku mengecewakan kamu terlalu banyak.’

Tiga tahun yang lalu, Erick Ling yang terluka parah pun menjadi suami matrilinial dari Keluarga Su, meski tidak memiliki kedudukan di dalam keluarga, tetapi Winda Su tidak pernah membuatnya kekurangan makan dan uang, serta mengobatinya dengan gratis selama tiga tahun!

Budi ini, Erick Ling ingat di dalam hati.

Lama kemudian, Winda Su membuka pintu, dia mengamati Erick Ling.

Winda Su sangat tenang sekali, tatapannya juga menjadi asing, “Besok pergi bercerai saja. Karena kamu punya wanita simpanan di luar, aku kabulkan kamu.”

Ketika pintu tertutup, jelas Winda Su berbalik badan menyeka sudut mata.

Erick Ling ingin mengatakan sesuatu, tetapi pada akhirnya dia juga tidak bersuara.

Selama tiga tahun ini, Erick Ling bagaikan mayat hidup, meski disindir orang lain, dibenci oleh istrinya, hatinya juga tenang tak beriak.

Namun pada saat ini, hati Erick Ling terasa sakit menusuk karena sesuatu.

Pertama kalinya dia memiliki dorongan yang kuat untuk melindungi Winda Su.

Lama kemudian, Erick Ling mengepalkan tangan perlahan-lahan, dia berkata dengan pelan, “Istri, aku pasti tidak akan membiarkan orang lain melukai kamu, aku juga akan menjadi kebanggaan kamu.”

Ketika melangkah keluar dari rumah, Erick Ling menelepon sebuah nomor yang sudah lama tak dihubungi, “Cepat datang ke Komplek Garden blok 39 nomor 1407.”

Lima menit kemudian, pintu lift terbuka, seorang wanita berjalan keluar dengan pelan.

Wanita itu mengenakan cheongsam ketat warna merah darah, menonjolkan postur badannya yang menawan, raut wajahnya indah tiada dua, bagaikan bunga mawar merah di tengah salju.

Wanita itu berjalan ke belakang Erick Ling, dia membungkuk dan berkata, “Sepuluh tahun di medan perang, tiada perang yang kalah, memenggal puluh ribuan pasukan musuh, pada akhirnya menang menjadi raja. Setelah menghilang selama tiga tahun, akhirnya menerima telepon darimu. Hamba Bloody Mary, hormat pada Lord Harold.”

Bloody Mary, sekarang adalah sang jenderal negara yang memimpin ratusan ribu tentara, dia berada di atas langit, memandang semua orang dari ketinggian.

Akan tetapi, jenderal ini bersikap hormat pada Erick Ling seperti murid yang menemui guru.

Erick Ling melemparkan selembar foto selingkuhnya, dia menatap Bloody Mary dengan ekspresi dingin, “Tiga tahun yang lalu, aku melompat ke jurang untuk mencari peluang hidup, lalu mengubah muka dan nama menjadi suami matrilinial. Hanya kamu yang tahu akan masalah ini, lalu kenapa foto pada saat itu di mana kita berpamitan di stasiun akan muncul di tangan istriku?”

Badan Bloody Mary bergetar, hatinya seperti ditusuk oleh bilah tajam. Sesaat kemudian dia berkata, “Merusak pernikahan Lord Harold, hamba benar-benar patut mati. Tetapi masalah ini, hamba tidak tahu.”

Erick Ling berkata dengan dingin, “Selidiki. Dalam waktu setengah hari, aku ingin melihat hasilnya.”

Bloody Mary berkata dengan hormat, “Baik!”

“Dunia ini benar-benar sudah berubah, bahkan ada orang yang berani mencelakai istriku?”

Erick Ling berdiri tegak seperti gunung, auranya kuat tajam seperti pedang dewa yang hendak dihunus dari sarungnya.

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

195