Bab 14 Sebuah Kalimat Menghentikan Pameran

by Dean 10:01,May 03,2021
Bennett Chen pun terdiam sesaat dan berkata, “Tidak dulu untuk sementara, lain kali baru bahas lagi.”

Anna Chu yang di seberang sana pun membalas, “Baik, Tuan Chen.”

Setelah memutuskan panggilan, Bennett Chen pun tidur semalam di lorong rumah sakit.

Pagi hari kedua, Arriana Jiang hanya berkata dengan cuek kepadanya. “Aku akan mengantar Camilla pulang sore nanti, apakah kamu mau pulang bersamaku?”

Bennett Chen pun mengangguk dan tersenyum pahit. “Aku akan merunduk kepada Ayah.”

Mendengar ia mengatakan ini, hati Arriana Jiang pun merasa semangat, tapi wajahnya masih memasang raut cuek dan mengangguk ringan, lalu tidak mengatakan apapun lagi.

“Ayah, aku pulang.” ujar Arriana Jiang dengan berpura-pura tenang.

Tidak ada orang yang menyambut kedatangannya. Grant Jiang pun duduk di atas sofa, sambil membaca koran dengan kacamata presbiopinya.

Sedangkan Linda Yang selaku Ibu Mertuanya tengah sibuk di dalam dapur.

Bennett Chen pun menurunkan Camilla. Anak kecil itu pun bersembunyi di belakang paha Ayahnya, sambil menarik erat celana Bennett Chen. Ia mengangkat kepala, memandang Bennett Chen dengan raut tak bersalah dan pelan-pelan bergumam. “Ayah, apakah Kakek dan Nenek tidak menyukaiku?”

Bennett Chen pun berjongkok dan mengelus kepala Camilla penuh kasih sayang, lalu menggeleng kepala, tersenyum lembut berkata, “Tidak kok, kamu cepat masuk dan beri salam kepada Kakek Nenek.”

Mata besar Camilla yang bagai batu permata hitam pun bersinar, lalu melirik Grant Jiang yang membaca koran beberapa kali dengan berhati-hati dan takut, baru mengangkat kaki kecilnya berlari ke sana dan berteriak takut. “Kakek, Camilla datang.”

Grant Jiang pun baru menurunkan korannya dan langsung bangkit dari tempat, meninggalkan sofa masuk ke dalam ruang belajar, tanpa melirik cucu perempuannya sama sekali.

Dorr!

Pintu ruang belajar tertutup.

Suara pintu yang keras itu pun menghantam keras hati Bennett Chen, beserta hati Arriana Jiang.

Melihat Camilla yang menutup mulut seperti sudah mau menangis, Arriana Jiang pun buru-buru berlari mendekatinya dan menggendongnya ke dalam kamarnya sendiri.

Bennett Chen berkerut alis pelan dan merasa sangat tidak senang.

Sikap Ayah Mertuanya terlalu dingin kepada putrinya.

Ia pun ikut masuk ke dapur untuk membantu, tapi malah diperlakukan dingin oleh Ibu Mertuanya.

“Bennett, aku tidak perlu kamu melayaniku, aku tidak mampu membayarmu. Lebih baik kamu kembali ke tempat dimana kamu berada, keluarga kita sama sekali tidak menyambut baik dirimu.”

Linda Yang pun mengatakan itu, bagai tidak ada orang di sebelahnya. Ia sama sekali tidak ingin bersikap baik kepada Bennett Chen.

“Maaf, Ibu.”

Bennett Chen merunduk dan berkata. Ia tahu jelas tujuan kedatangan hari ini, ia pun tidak ingin mempersulit Arriana Jiang.

Jadi ia pun memilih untuk mengalah.

“Aduh, aduh. Aku tidak mampu menerimanya.” ujar Linda Yang dengan sinis, sambil mengangkat alis pelan dan memasang raut wajah yang mengesalkan.

Dan kebetulan pada saat ini, bel pintu rumah berdering.

Linda Yang melototi Bennett Chen sekilas dan mendorong tubuhnya kesal, lalu memasang raut wajah senang berlari ke depan pintu dan berteriak tajam. “Tunggu sebentar ya. Jaden, bukan?”

Pintu pun terbuka.

Jaden Gao yang memakai setelan jas tampan pun membawa banyak hadiah dan tersenyum berkata, “Halo, Tante.”

“Aduh, cepat masuk, cepat masuk.”

Linda Yang pun tampak sangat bahagia dan sibuk menerima hadiah-hadiah yang dibawakan Jaden Gao. “Kamu cukup datang kemari saja, untuk apa membawa hadiah kemari, kamu benar-benar terlalu sungkan.”

“Aku sudah seharusnya membawakan ini untuk pertama kali datang kemari. Aku mewakili kedua orang tuaku untuk memberi salam kepada Anda dan Paman.” ujar Jaden Gao sopan.

Sekali Linda Yang berbalik badan dan melihat Bennett Chen yang duduk di sofa ruang tamu, seketika suasana hatinya pun menjadi buruk dan langsung mengoceh. “Apakah kamu tidak lihat ada tamu yang datang? Segera ambilkan minuman untuknya, kamu ini benar-benar tidak hebat dalam melihat situasi.”

Lihatlah Jaden Gao, bahkan ia tahu untuk membawa hadiah saat datang berkunjung.

Sedangkan menantu sampahnya ini tidak membawakan apapun dan malah membawa beban datang kemari. Benar-benar membawa sial saja!

Bennett Chen melirik sekilas ke arah Jaden Gao. Ia pun tengah menatapnya angkuh, tatapannya itu seperti sedang mengatakan, dasar sampah, bahkan Ibu Mertuamu sendiri memperlakukanku lebih baik dari menantunya sendiri.

Bennett Chen juga tidak banyak peduli, lalu langsung bangkit dari tempat dan menyeduh segelas teh.

Kini Grant Jiang sudah keluar dari ruang belajar dan berbincang ria dengan Jaden Gao di sofa.

Bennett Chen pun berdiri di pojok ruangan dan diam-diam mendengarnya.

“Paman Jiang, dimanakah Arriana? Mengapa aku tidak menemukannya?” Jaden Gao melirik sekitarnya dan matanya pun tampak menjijikan.

Grant Jiang pun berteriak. “Arriana, ada tamu yang datang ke rumah.”

Pintu kamar pun terbuka. Saat Arriana Jiang yang baru saja menidurkan Camilla dan melihat Jaden Gao yang duduk di ruang tamu, raut wajahnya pun terdiam sesaat.

“Mengapa kamu datang kemari?” Nada bicara Arriana Jiang sangat cuek.

“Mengapa ia tidak boleh datang kemari? Memangnya aku mengizinkanmu untuk membawa si sampah itu pulang?”

Linda Yang pun berjalan keluar dari dapur, sambil membawa buah-buahan, sambil melototi Bennett Chen yang tengah merokok di pojok ruangan. Jelas sekali ia merasa sangat kesal. “Dilarang merokok di rumah ini. Kalau mau merokok, keluar saja.”

“Maaf.” Bennett Chen langsung mematikan rokok, lalu membuka jendela dan mengipasnya untuk membuang aroma rokok ini.

Arriana Jiang juga melototi Bennett Chen. Ia sangat ingin membawanya pergi dari sini, agar tidak mempermalukannya lagi.

“Jaden, buah-buahan ini baru saja dibeli Tante tadi pagi, sangatlah manis.”

Linda Yang pun mendorong buah-buahan itu ke hadapan Jaden Gao.

“Terima kasih, Tante.” balas Jaden Gao sopan.

Melihat adegan ini, hati Bennett Chen pun merasa sangat tidak enak.

Saat Camilla datang kemari, bahkan tidak ada buah-buahan sama sekali di sini.

Setidaknya ia itu cucu perempuan kalian. Tingkah lakumu ini benar-benar memuakkan.

“Oh iya, Paman Jiang. Untuk masalah pameran Paman itu, mereka sudah mulai menyiapkannya dan mulai mengirim undangan. Pameran pun dimulai tepat pada hari sabtu pukul sepuluh pagi.”

Saat mengatakan ini, Jaden Gao pun melirik puas ke arah Bennett Chen dengan maksud memamerkannya.

Jelas sekali bahwa kedudukannya di Keluarga Jiang jauh lebih tinggi dari dirinya yang sebagai menantu.

“Baik, sangat baik. Aku sungguh berterima kasih kepadamu, Jaden.”

Grant Jiang juga tampak sangat bahagia. Ia pun mulai membayangkan pamerannya yang mengejutkan satu kota ini.

Beberapa teman baiknya juga sudah mulai menyebarluaskan pamerannya ini.

Banyak tokoh-tokoh terkenal di Kota Shangjiang sudah mengetahui bahwa Grant Jiang selaku mantan Kepala Dinas Tata Ruang dan Pertanahan itu mendapatkan sebuah karya asli milik Tang Bohu!

Seketika namanya pun mengguncang satu Kota Shangjiang.

Tentu saja mereka juga tidak memberitahu karya Tang Bohu apa yang ia dapat.

Mereka pun menunggu untuk mengejutkan semuanya saat pameran dimulai.

“Paman Jiang tidak perlu sungkan, ini adalah yang seharusnya aku lakukan.”

Jaden Gao pun berkata dengan rendah hati. “Oh iya, untuk urusan Anda yang ingin bertemu dengan Tuan Chen, aku juga sudah mengatakannya kepada penanggung jawab mereka. Mereka bilang boleh bertemu, tapi mereka tidak dapat menentukan waktnya. Anda juga tahu bahwa orang seperti Tuan Chen itu sangatlah sibuk.”

Sialan!

Dasar tidak tahu malu.

Bennett Chen pun merasa jijik. Sejak kapan dirinya setuju untuk bertemu?

Jelas sekali ia sedang berbohong untuk mendapatkan kesan baik dari Grant Jiang, bahkan ia juga sangat pandai dalam merangkai kata-kata.

Bisa bertemu, tapi tidak dapat menentukan waktunya.

Jaden Gao benar-benar sangat hebat untuk membuat Grant Jiang bahagia. Hal tersebut pun membuat Grant Jiang merasa semakin senang, semakin menyukainya.

“Bennett ya, kamu lihatlah Jaden, kamu harus banyak-banyak belajar darinya, jangan setiap hari tidak melakukan apapun. Kalau benar-benar tidak mampu lagi, kamu boleh meminta Jaden untuk memberimu sebuah pekerjaan, setidaknya seperti itu lebih baik.”

Grant Jiang pun membuka mulut, sepertinya ini adalah pertama kali ia peduli kepada Bennett Chen.

Ini adalah sebuah permulaan yang baik.

Tapi Bennett Chen malah merasa sangat tidak nyaman mendengarnya.

Perusahaan Jaden Gao itu paling tidak hanya memiliki properti sebanyak sekian puluh juta saja, bahkan sama sekali tidak dapat mencukupi uang jajannya selama sebulan.

“Bennett, mengapa kamu yang berdiri diam di sana? Cepatlah bermohon kepada Jaden.” Linda Yang pun melototi Bennett Chen kesal.

Dasar orang bodoh. Mereka sudah membantunya hingga sini dan ia masih saja berdiri diam di sana. Benar-benar tidak berguna.

Sedangkan Jaden Gao malah duduk santai, sambil menyipitkan mata, menunggu Bennett Chen untuk bermohon kepada dirinya.

Ia tentu merasa puas!

Meski Arriana Jiang tidak menyukai Jaden Gao, tapi ia merasa sangat baik jika mendapatkan kesempatan baik ini.

Jadi ia melirik ke arah Bennett Chen dengan mulutnya yang bergerak pelan. Maksudnya pun sudah tampak jelas.

Akan tetapi.

“Tidak perlu, terima kasih. Perusahaannya terlalu besar, aku takut tidak terbiasa.”

Bennett Chen pun langsung menolaknya.

Seketika raut wajah Grant Jiang dan Linda Yang menjadi sangat buruk.

Grant Jiang mendengus ringan, sedangkan Linda Yang malah menegur kesal. “Bennett, mengapa kamu ini tidak pintar? Cepat pergi sana, rumahku tidak menyambut kedatanganmu.”

Mereka pun langsung mengusirnya.

Bennett Chen langsung didorong Linda Yang keluar dari rumah.

Duar!

Pintu tertutup. Bennett Chen menggeleng kepala tersenyum pahit dan langsung menghubungi Anna Chu. “Aku tidak begitu suka Jaden Gao.”

Anna Chu yang di seberang sana tengah mendekorasi ruang pameran. Ketika menerima panggilan ini, ia pun langsung membalas. “Aku mengerti, Tuan Chen.”

Selesai berkata, ia pun langsung menyuruh orang-orang untuk berhenti bekerja. Kemudian, ia pun menghubungi nomor Jaden Gao.

Saat ini, Jaden Gao tengah banyak membual di Kediaman Jiang. Tiba-tiba sebuah panggilan pun masuk, setelah melihat penanggung jawab Exhibition Hall yang menghubunginya, ia pun langsung memamerkannya kepada Grant Jiang. “Lihat, Paman Jiang, panggilan dari penanggung jawab ruang pameran.”

“Halo, Manajer Chu…. Apakah Tuan Chen sudah setuju untuk bertemu?” Jaden Gao tersenyum dengan sangat bahagia dan puas, bahkan suara bicaranya juga ikut meninggi.

“GM Gao, maaf sekali, kita harus memberitahu Anda, bahwa ruang pameran tidak dapat dipinjamkan kepada Anda untuk sementara.”

“Apa?”

“Ini adalah maksud dari Tuan Chen, karena ia merasa kurang senang, jadi ruang pameran pun tidak dipinjamkan ke orang luar untuk sementara waktu.” ujar Anna Chu dengan cuek, maksudnya pun sudah sangat jelas.

Prak!

Panggilan terputuskan, senyuman yang terukir pada wajah Jaden Gao pun membeku dan wajahnya menjadi sangat suram.

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

622