Bab 3 Maaf, Aku Tidak Mau Membantu
by Alexander Tian
18:14,Apr 30,2021
Bab 3 Maaf, Aku Tidak Mau Membantu
Semua orang langsung menatap Vincent dengan terkejut.
Perkataan ini membuat seluruh ruangan menjadi hening tidak bersuara.
Apakah dia sedang mengutuk nenek tua akan meninggal?
Apakah dia sudah gila?
“ Vincent ! Omong kosong apa yang kamu bicarakan di sini? Apakah kamu memiliki hak untuk berbicara?” Seorang pria paruh baya berkacamata emas langsung berkata terlebih dahulu.
Dia adalah putra ketiga dari nenek tua yang bernama Jonas Dormantis, salah satu wakil direktur Grup Noroyono milik keluarga Dormantis yang bertanggung jawab atas industri pakaian milik keluarga.
Meskipun industri keluarga Dormantis di kota Izuno tidak tergolong besar, namun ruang lingkupnya cukup luas, selain real estate, mereka juga mengoperasikan bisnis restoran dan pakaian.
Namun walaupun Jonas adalah seorang wakil direktur, dia hanya memiliki nama tanpa kekuasaan, karena kekuatan besar di keluarga Dormantis pada dasarnya masih berada di tangan nenek tua, sisa orang lain hanya memiliki nama posisi saja.
“ Vincent, apakah kamu sedang mengutuk nenek? Dasar sialan, apakah kamu sudah bosan hidup?" Seorang pemuda yang memiliki wajah mirip dengan Jonas memaki dengan menunjuk hidung Vincent.
Orang ini bernama John Dormantis, sementara wanita muda di sampingnya bernama Jeslyn Dormantis, mereka berdua adalah putra putri dari Jonas.
Ketika John baru mengatakan ini, Jeslyn juga terkekeh singkat dan berkata: " Vincent, aku tahu nenek tidak pernah menyukaimu, namun itu juga karena kamu yang bersalah kepada keluarga Dormantis kami, tidak peduli apapun yang terjadi, kamu tidak bisa mengutuk nenek untuk meninggal kan!"
"Betul!"
"Apakah kamu juga mengerti akupuntur ? Tidak usah berpura-pura lagi!"
" Vincent, kamu jahat sekali! Nenek juga sudah memperlakukanmu dengan cukup baik kan."
" Jane, bagaimana kamu mengontrol suamimu ini? Beraninya datang dan mengutuk nenek?"
"Apakah keluargamu ingin membangkang?"
Seluruh anggota keluarga Dormantis mulai menyalahkan, memaki Vincent atau menegur Jane.
“Maafkan aku, aku akan menyuruh Vincent pergi sekarang juga…” Jane buru-buru meminta maaf.
Nenek tua keluarga Dormantis juga terlihat tidak senang, wajahnya menjadi dingin dan senyuman di wajahnya pun sudah menghilang.
"Jane, nenek selalu menyukaimu, jika bukan karena kekeraskepalaan kakekmu, apakah pecundang ini bisa menikahimu?"
“Nenek, maafkan aku, semua ini kesalahanku, aku akan mengajari Vincent dengan baik, maafkan aku nenek…” Jane berkata sambil menundukkan kepalanya.
"Namun situasi saat ini, kondisi nenek sangat berbahaya, aku hanya..."
"Diam!!"
Vincent masih ingin mengatakan sesuatu dan Jane langsung berbalik dan berteriak kepadanya.
Vincent pun sedikit terkejut.
Melihat mata Jane yang berkaca-kaca, matanya merah dan menatap Vincent dengan marah.
Di dalam pandangan matanya, dipenuhi ketidakberdayaan dan rasa sakit...
"Keluar dari sini! Cepat keluar dari sini!"
Jane menunjuk ke arah pintu dan kemudian berteriak histeris.
Vincent menghela nafas, menggelengkan kepala kemudian berjalan keluar dari kamar pasien.
Sementara anggota keluarga keluarga Dormantis menatap dengan merendahkan dan mencibir, sama sekali tidak terkejut akan hasil yang terjadi ini.
“ Jane, kamu orang yang terlalu baik!” Nenek menggelengkan kepalanya, walaupun nada suaranya masih terdengar sedikit keras: “Sebenarnya dalam beberapa hari ini aku sudah memikirkan masalahmu, Nak, bukannya nenek memiliki masalah denganmu, namun kamu memiliki sifat yang mudah memikirkan orang lain, nenek sudah memikirkannya cukup lama dan merasa posisimu di bidang keuangan itu lebih baik diserahkan kepada orang lain saja, kamu pergi bertanggung jawab di bagian penjualan kita, tenang saja, gajimu tidak akan berkurang, masih tetap mendapat apa yang kamu dapatkan sebelumnya. "
“Nenek, aku…” Jane terlihat sangat terkejut dan sudah ingin berbicara.
Namun sebelum dia selesai mengatakannya, nenek kembali memotong.
" Jane, aku tahu apa yang akan kamu katakan, aku juga tahu kamu pasti tidak gembira, namun masalah ini sudah aku pertimbangkan cukup lama, masalah keuangan bukanlah pekerjaan yang kecil, kamu masih muda, masih belum berpengalaman, sehingga nenek berencana menyerahkan pekerjaan ini kepada paman ketiga, kamu juga sudah melihat sendiri, bahkan pecundang itu pun tidak bisa kamu kendalikan dengan baik, bagaimana dengan hal lain? Beberapa saat terakhir keluarga Dormantis kita sedang berusaha mendapatkan sebuah proyek besar, masalah keuangan harus dilakukan dengan seksama, jika pada saat itu mengalami kesalahan karena Vincent, hal ini akan mempengaruhi seluruh keluarga Dormantis kita, jadi Jane, kamu lepaskanlah terlebih dahulu, setelah proyek ini selesai, nenek akan kembali membiarkanmu mengurus departemen keuangan! Dengarkan aku ya! "
Nenek berkata dengan tenang, tidak ada ekspresi apapun di wajahnya.
Jane terkejut, setelah beberapa saat hanya menghela nafas panjang dan berkata dengan suara rendah: "Baiklah, nenek..."
Dia kali ini baru mengerti Vincent hanyalah sebuah alasan.
Tujuan utama nenek adalah supaya dia menyerahkan semua pekerjaaan keuangan ini.
Jane bisa menebak hal ini pasti terjadi karena perkataaan Jonas yang memanasi nenek.
Walaupun Jane sangat berbakat, pekerjaan keuangan keluarga Dormantis beberapa tahun terakhir tidak pernah mengalami kesalahan, namun nenek suka menggunakan anggota keluarga dibanding orang berbakat, dalam pandangan nenek, Jane adalah cucu yang sudah menikah keluar, mana mungkin bisa dibandingkan dengan anak kandungnya sendiri?
"Masalah serah terima kalian kerjakan besok saja, Jane, kamu pulanglah dahulu, beberapa saat terakhir ada beberapa proyek baru di bagian penjualan, cepatlah beradaptasi, Jonas !"
“Bu, aku di sini.” Jonas buru-buru melangkah maju ke depan.
“kamu wakil direktur dan kamu juga akan mengontrol keuangan, apakah sanggup melakukannya?” Nenek bertanya dengan ramah.
“Jangan khawatir, Bu, bahkan jika terlalu sibuk pun masih ada John, John adalah lulusan S2 bidang ekonomi manajemen. anda tenang saja dengan dia membantuku!” Jonas berkata sambil tersenyum.
“Ya, nenek, tenang saja, masalah perusahaan akan aku laporkan kepada anda setiap minggu.” John juga melangkah maju untuk menambahkan.
"Baiklah, dengan adanya kalian, nenek bisa menjadi tenang." Nenek keluarga Dormantis berkata dengan tersenyum lebar.
Semua anggota keluarga Dormantis pun tersenyum.
Hanya Jane yang terlihat lesu.
Dia sudah bekerja keras selama ini dan pekerjaannya langsung diambil alih oleh keluarga Jonas, siapapun orangnya tidak akan merasa nyaman.
Sialan!
Semua ini karena Vincent itu!
Jane meremas tangan kecilnya, menggertakkan gigi, sudah ingin pergi mencabik-cabik Vincent.
“Nenek, kalau begitu aku kembali dulu.” Jane menekan rasa amarah di dalam hati dan berkata dengan suara rendah.
“Pergilah.” Nenek melambaikan tangan dan berkata dengan acuh tak acuh, namun tangannya sedikit gemetar.
Jane tidak memperhatikan ini dan langsung berbalik untuk pergi.
Namun pada saat itu...
Bom!
Nenek tua keluarga Dormantis yang sebelumnya masih baik-baik saja, tiba-tiba lehernya terkulai, terjatuh dari tempat tidur dan langsung tidak sadarkan diri.
"Aaa?"
Semua anggota keluarga Dormantis terpaku.
Jane yang baru berjalan keluar dari pintu itu juga tercengang.
"Ibu!"
"Nenek!!"
"Nenek, ada apa denganmu?"
" kakak kedua ! Cepat, kakak kedua ! Cepat lihat apa sebenarnya yang terjadi dengan ibu!"
"Jangan panik! Cepat bantu ibu ke atas tempat tidur, dia pun segera memeriksa pernafasannya!"
Jay juga panik, berusaha keras berteriak dengan tenang dan kemudian memegang tangan nenek tua dan memeriksa denyut nadinya.
Namun setelah beberapa saat, rona wajah Jay menjadi semakin jelek.
“ kakak kedua, ada apa dengan ibu?” Tanya Jonas dengan panik.
“Denyut nadi ibu sangat lemah, ibu… sudah sekarat!” Jay berkata dengan bingung.
"Apa?"
Seluruh orang keluarga Dormantis pun terpaku.
“Ibu masih sangat sehat, rona wajahnya sangat bagus, bagaimana bisa dalam sekejap berubah menjadi seperti ini?” Melia berkata dengan gemetar.
"Nenek tidak bisa meninggalkan kita sekarang, perusahaan masih dikuasai olehnya, jika dia tiba-tiba meninggal, seluruh Grup Noroyono kita akan menjadi berantakan kan?" Istri Jonas, Saras akhirnya berkata.
Walaupun mengatakan seperti itu, namun setiap orang sudah berharap nenek tua meninggal dengan cepat, bagaimanapun dengan nenek tua meninggal, mereka pun bisa membagi aset perusaahan keluarga Dormantis.
Namun hal ini membuat Jay dan Jonas tidak senang. Jonas baru saja diberi tanggung jawab untuk memegang bagian keuangan, masa depannya sangat cerah, sementara Jay telah menghabiskan begitu banyak uang untuk membuat nenek senang. Bagaimana mungkin mereka menerima kejadian seperti ini?
Jay kembali mengambil jarum dan menusukkannya ke titik dahi 、 tengkuk nenek tua.
Namun hal ini masih tidak memberi pengaruh apapun.
“ kakak kedua, nafas ibu semakin lemah, apa sebenarnya yang terjadi?” Jonas menjadi semakin panik.
“Keadaan ibu sangat aneh, selain itu terjadi dengan sangat tiba-tiba, aku sama sekai tidak bisa mendiagnosanya… Cepat pergi panggil perawat di luar, datangkan Hendarto ke rumah sakit! Cepat!” Jay berkata dengan kepala yang berkeringat lebat.
Kondisi seperti ini sudah tidak bisa dikendalikan lagi.
Jesen pun langsung berlari keluar.
Namun beberapa saat kemudian, dia kembali dengan wajah sedih : "Ayah, paman kedua, perawat sudah menelepon,saat ini Hendarto tidak ada di rumah sakit! Dia sedang pergi mengobati orang di luar!"
“Apa?” Jay terbisu.
" paman kedua, bagaimana jika panggil dokter lain."
"Bahkan aku sendiripun tidak bisa mengerti kondisi ibu, apa gunanya dokter lain disini? Di seluruh rumah sakit ini, tidak ada yang bisa mengobati selain Hendarto !" Jay menundukkan kepala dan berkata dengan putus asa.
"Apakah nenek, dia akan..."
" kakak kedua, cepat pikirkan cara lain!"
"Cepat pindahkan ibu ke ruang UGD! Lakukan pertolongan terlebih dahulu! Aku akan memanggil otoritas rumah sakit! Pasti akan ada solusi, jangan panik!"
Jay berusaha berkata dengan tenang.
Semua orang menganggukan kepala dan langsung menjadi sibuk.
Karena tidak ada yang menyangka akan terjadi perubahan mendadak ini.
Semuanya terjadi dengan terlalu cepat!
Jane hanya bisa terpaku menatap anggota keluarga Dormantis yang panik, untuk sesaat juga tidak tahu apa yang harus dilakukan.
Tiba-tiba!
Dia memikirkan sesuatu dan dalam kepanikannya, mengeluarkan ponsel dari tas dan menekan sebuah nomor telepon.
“Ada apa?” Suara Vincent terdengar di ujung lain telepon.
“Nenek sedang sekarat!” Jane berkata dengan suara gemetar.
“Aku tahu.” Nada suara Vincent terdengar sangat tenang.
"Apakah kamu sudah menduga hal ini sejak awal? Apakah kamu memiliki cara lain?"
"Ada."
“Kalau begitu cepat datang dan bantu nenek?” Jane berteriak karena cemas.
Dan kemudian ada keheningan singkat selama dua hingga tiga detik di ujung telepon dan kemudian terdengar suara acuh tak acuh yang berkata.
"Maaf, aku tidak mau membantu!"
Semua orang langsung menatap Vincent dengan terkejut.
Perkataan ini membuat seluruh ruangan menjadi hening tidak bersuara.
Apakah dia sedang mengutuk nenek tua akan meninggal?
Apakah dia sudah gila?
“ Vincent ! Omong kosong apa yang kamu bicarakan di sini? Apakah kamu memiliki hak untuk berbicara?” Seorang pria paruh baya berkacamata emas langsung berkata terlebih dahulu.
Dia adalah putra ketiga dari nenek tua yang bernama Jonas Dormantis, salah satu wakil direktur Grup Noroyono milik keluarga Dormantis yang bertanggung jawab atas industri pakaian milik keluarga.
Meskipun industri keluarga Dormantis di kota Izuno tidak tergolong besar, namun ruang lingkupnya cukup luas, selain real estate, mereka juga mengoperasikan bisnis restoran dan pakaian.
Namun walaupun Jonas adalah seorang wakil direktur, dia hanya memiliki nama tanpa kekuasaan, karena kekuatan besar di keluarga Dormantis pada dasarnya masih berada di tangan nenek tua, sisa orang lain hanya memiliki nama posisi saja.
“ Vincent, apakah kamu sedang mengutuk nenek? Dasar sialan, apakah kamu sudah bosan hidup?" Seorang pemuda yang memiliki wajah mirip dengan Jonas memaki dengan menunjuk hidung Vincent.
Orang ini bernama John Dormantis, sementara wanita muda di sampingnya bernama Jeslyn Dormantis, mereka berdua adalah putra putri dari Jonas.
Ketika John baru mengatakan ini, Jeslyn juga terkekeh singkat dan berkata: " Vincent, aku tahu nenek tidak pernah menyukaimu, namun itu juga karena kamu yang bersalah kepada keluarga Dormantis kami, tidak peduli apapun yang terjadi, kamu tidak bisa mengutuk nenek untuk meninggal kan!"
"Betul!"
"Apakah kamu juga mengerti akupuntur ? Tidak usah berpura-pura lagi!"
" Vincent, kamu jahat sekali! Nenek juga sudah memperlakukanmu dengan cukup baik kan."
" Jane, bagaimana kamu mengontrol suamimu ini? Beraninya datang dan mengutuk nenek?"
"Apakah keluargamu ingin membangkang?"
Seluruh anggota keluarga Dormantis mulai menyalahkan, memaki Vincent atau menegur Jane.
“Maafkan aku, aku akan menyuruh Vincent pergi sekarang juga…” Jane buru-buru meminta maaf.
Nenek tua keluarga Dormantis juga terlihat tidak senang, wajahnya menjadi dingin dan senyuman di wajahnya pun sudah menghilang.
"Jane, nenek selalu menyukaimu, jika bukan karena kekeraskepalaan kakekmu, apakah pecundang ini bisa menikahimu?"
“Nenek, maafkan aku, semua ini kesalahanku, aku akan mengajari Vincent dengan baik, maafkan aku nenek…” Jane berkata sambil menundukkan kepalanya.
"Namun situasi saat ini, kondisi nenek sangat berbahaya, aku hanya..."
"Diam!!"
Vincent masih ingin mengatakan sesuatu dan Jane langsung berbalik dan berteriak kepadanya.
Vincent pun sedikit terkejut.
Melihat mata Jane yang berkaca-kaca, matanya merah dan menatap Vincent dengan marah.
Di dalam pandangan matanya, dipenuhi ketidakberdayaan dan rasa sakit...
"Keluar dari sini! Cepat keluar dari sini!"
Jane menunjuk ke arah pintu dan kemudian berteriak histeris.
Vincent menghela nafas, menggelengkan kepala kemudian berjalan keluar dari kamar pasien.
Sementara anggota keluarga keluarga Dormantis menatap dengan merendahkan dan mencibir, sama sekali tidak terkejut akan hasil yang terjadi ini.
“ Jane, kamu orang yang terlalu baik!” Nenek menggelengkan kepalanya, walaupun nada suaranya masih terdengar sedikit keras: “Sebenarnya dalam beberapa hari ini aku sudah memikirkan masalahmu, Nak, bukannya nenek memiliki masalah denganmu, namun kamu memiliki sifat yang mudah memikirkan orang lain, nenek sudah memikirkannya cukup lama dan merasa posisimu di bidang keuangan itu lebih baik diserahkan kepada orang lain saja, kamu pergi bertanggung jawab di bagian penjualan kita, tenang saja, gajimu tidak akan berkurang, masih tetap mendapat apa yang kamu dapatkan sebelumnya. "
“Nenek, aku…” Jane terlihat sangat terkejut dan sudah ingin berbicara.
Namun sebelum dia selesai mengatakannya, nenek kembali memotong.
" Jane, aku tahu apa yang akan kamu katakan, aku juga tahu kamu pasti tidak gembira, namun masalah ini sudah aku pertimbangkan cukup lama, masalah keuangan bukanlah pekerjaan yang kecil, kamu masih muda, masih belum berpengalaman, sehingga nenek berencana menyerahkan pekerjaan ini kepada paman ketiga, kamu juga sudah melihat sendiri, bahkan pecundang itu pun tidak bisa kamu kendalikan dengan baik, bagaimana dengan hal lain? Beberapa saat terakhir keluarga Dormantis kita sedang berusaha mendapatkan sebuah proyek besar, masalah keuangan harus dilakukan dengan seksama, jika pada saat itu mengalami kesalahan karena Vincent, hal ini akan mempengaruhi seluruh keluarga Dormantis kita, jadi Jane, kamu lepaskanlah terlebih dahulu, setelah proyek ini selesai, nenek akan kembali membiarkanmu mengurus departemen keuangan! Dengarkan aku ya! "
Nenek berkata dengan tenang, tidak ada ekspresi apapun di wajahnya.
Jane terkejut, setelah beberapa saat hanya menghela nafas panjang dan berkata dengan suara rendah: "Baiklah, nenek..."
Dia kali ini baru mengerti Vincent hanyalah sebuah alasan.
Tujuan utama nenek adalah supaya dia menyerahkan semua pekerjaaan keuangan ini.
Jane bisa menebak hal ini pasti terjadi karena perkataaan Jonas yang memanasi nenek.
Walaupun Jane sangat berbakat, pekerjaan keuangan keluarga Dormantis beberapa tahun terakhir tidak pernah mengalami kesalahan, namun nenek suka menggunakan anggota keluarga dibanding orang berbakat, dalam pandangan nenek, Jane adalah cucu yang sudah menikah keluar, mana mungkin bisa dibandingkan dengan anak kandungnya sendiri?
"Masalah serah terima kalian kerjakan besok saja, Jane, kamu pulanglah dahulu, beberapa saat terakhir ada beberapa proyek baru di bagian penjualan, cepatlah beradaptasi, Jonas !"
“Bu, aku di sini.” Jonas buru-buru melangkah maju ke depan.
“kamu wakil direktur dan kamu juga akan mengontrol keuangan, apakah sanggup melakukannya?” Nenek bertanya dengan ramah.
“Jangan khawatir, Bu, bahkan jika terlalu sibuk pun masih ada John, John adalah lulusan S2 bidang ekonomi manajemen. anda tenang saja dengan dia membantuku!” Jonas berkata sambil tersenyum.
“Ya, nenek, tenang saja, masalah perusahaan akan aku laporkan kepada anda setiap minggu.” John juga melangkah maju untuk menambahkan.
"Baiklah, dengan adanya kalian, nenek bisa menjadi tenang." Nenek keluarga Dormantis berkata dengan tersenyum lebar.
Semua anggota keluarga Dormantis pun tersenyum.
Hanya Jane yang terlihat lesu.
Dia sudah bekerja keras selama ini dan pekerjaannya langsung diambil alih oleh keluarga Jonas, siapapun orangnya tidak akan merasa nyaman.
Sialan!
Semua ini karena Vincent itu!
Jane meremas tangan kecilnya, menggertakkan gigi, sudah ingin pergi mencabik-cabik Vincent.
“Nenek, kalau begitu aku kembali dulu.” Jane menekan rasa amarah di dalam hati dan berkata dengan suara rendah.
“Pergilah.” Nenek melambaikan tangan dan berkata dengan acuh tak acuh, namun tangannya sedikit gemetar.
Jane tidak memperhatikan ini dan langsung berbalik untuk pergi.
Namun pada saat itu...
Bom!
Nenek tua keluarga Dormantis yang sebelumnya masih baik-baik saja, tiba-tiba lehernya terkulai, terjatuh dari tempat tidur dan langsung tidak sadarkan diri.
"Aaa?"
Semua anggota keluarga Dormantis terpaku.
Jane yang baru berjalan keluar dari pintu itu juga tercengang.
"Ibu!"
"Nenek!!"
"Nenek, ada apa denganmu?"
" kakak kedua ! Cepat, kakak kedua ! Cepat lihat apa sebenarnya yang terjadi dengan ibu!"
"Jangan panik! Cepat bantu ibu ke atas tempat tidur, dia pun segera memeriksa pernafasannya!"
Jay juga panik, berusaha keras berteriak dengan tenang dan kemudian memegang tangan nenek tua dan memeriksa denyut nadinya.
Namun setelah beberapa saat, rona wajah Jay menjadi semakin jelek.
“ kakak kedua, ada apa dengan ibu?” Tanya Jonas dengan panik.
“Denyut nadi ibu sangat lemah, ibu… sudah sekarat!” Jay berkata dengan bingung.
"Apa?"
Seluruh orang keluarga Dormantis pun terpaku.
“Ibu masih sangat sehat, rona wajahnya sangat bagus, bagaimana bisa dalam sekejap berubah menjadi seperti ini?” Melia berkata dengan gemetar.
"Nenek tidak bisa meninggalkan kita sekarang, perusahaan masih dikuasai olehnya, jika dia tiba-tiba meninggal, seluruh Grup Noroyono kita akan menjadi berantakan kan?" Istri Jonas, Saras akhirnya berkata.
Walaupun mengatakan seperti itu, namun setiap orang sudah berharap nenek tua meninggal dengan cepat, bagaimanapun dengan nenek tua meninggal, mereka pun bisa membagi aset perusaahan keluarga Dormantis.
Namun hal ini membuat Jay dan Jonas tidak senang. Jonas baru saja diberi tanggung jawab untuk memegang bagian keuangan, masa depannya sangat cerah, sementara Jay telah menghabiskan begitu banyak uang untuk membuat nenek senang. Bagaimana mungkin mereka menerima kejadian seperti ini?
Jay kembali mengambil jarum dan menusukkannya ke titik dahi 、 tengkuk nenek tua.
Namun hal ini masih tidak memberi pengaruh apapun.
“ kakak kedua, nafas ibu semakin lemah, apa sebenarnya yang terjadi?” Jonas menjadi semakin panik.
“Keadaan ibu sangat aneh, selain itu terjadi dengan sangat tiba-tiba, aku sama sekai tidak bisa mendiagnosanya… Cepat pergi panggil perawat di luar, datangkan Hendarto ke rumah sakit! Cepat!” Jay berkata dengan kepala yang berkeringat lebat.
Kondisi seperti ini sudah tidak bisa dikendalikan lagi.
Jesen pun langsung berlari keluar.
Namun beberapa saat kemudian, dia kembali dengan wajah sedih : "Ayah, paman kedua, perawat sudah menelepon,saat ini Hendarto tidak ada di rumah sakit! Dia sedang pergi mengobati orang di luar!"
“Apa?” Jay terbisu.
" paman kedua, bagaimana jika panggil dokter lain."
"Bahkan aku sendiripun tidak bisa mengerti kondisi ibu, apa gunanya dokter lain disini? Di seluruh rumah sakit ini, tidak ada yang bisa mengobati selain Hendarto !" Jay menundukkan kepala dan berkata dengan putus asa.
"Apakah nenek, dia akan..."
" kakak kedua, cepat pikirkan cara lain!"
"Cepat pindahkan ibu ke ruang UGD! Lakukan pertolongan terlebih dahulu! Aku akan memanggil otoritas rumah sakit! Pasti akan ada solusi, jangan panik!"
Jay berusaha berkata dengan tenang.
Semua orang menganggukan kepala dan langsung menjadi sibuk.
Karena tidak ada yang menyangka akan terjadi perubahan mendadak ini.
Semuanya terjadi dengan terlalu cepat!
Jane hanya bisa terpaku menatap anggota keluarga Dormantis yang panik, untuk sesaat juga tidak tahu apa yang harus dilakukan.
Tiba-tiba!
Dia memikirkan sesuatu dan dalam kepanikannya, mengeluarkan ponsel dari tas dan menekan sebuah nomor telepon.
“Ada apa?” Suara Vincent terdengar di ujung lain telepon.
“Nenek sedang sekarat!” Jane berkata dengan suara gemetar.
“Aku tahu.” Nada suara Vincent terdengar sangat tenang.
"Apakah kamu sudah menduga hal ini sejak awal? Apakah kamu memiliki cara lain?"
"Ada."
“Kalau begitu cepat datang dan bantu nenek?” Jane berteriak karena cemas.
Dan kemudian ada keheningan singkat selama dua hingga tiga detik di ujung telepon dan kemudian terdengar suara acuh tak acuh yang berkata.
"Maaf, aku tidak mau membantu!"
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved