Bab 1 Aku Sudah Tidak Ingin Menjadi Pecundang
by Alexander Tian
18:12,Apr 30,2021
Bab 1 Aku Sudah Tidak Ingin Menjadi Pecundang
"Bu, waktu tiga tahun ini sudah tiba, di dalam tiga tahun ini, aku sudah mengikuti apa yang anda mau. Saat ini seluruh keluarga Dormantis bahkan setengah dari kota Izuno, tidak ada yang tidak tahu bahwa pemuda yang dibuang oleh keluarga Bermoth itu adalah seorang pecundang!"
“Bu, aku tahu, alasan ibu ingin aku bertahan selama tiga tahun adalah karena anda khawatir aku akan dianiaya oleh anggota keluarga. Anda pernah berkata, aku memiliki bakat yang luar biasa dan bisa menjadikanku seekor burung phoenix di masa depan, namun karena latar belakang yang buruk, tidak memiliki hak dan kekuasaan, sehingga tidak bisa menandingi orang-orang itu dan jika aku memperlihatkan bakatku, pasti akan menarik banyak orang yang berusaha untuk membunuh, sehingga anda memaksaku untuk menjadi seorang pecundang. "
“Tapi… Bu, anda sama sekali tidak tahu, anda salah, sangat salah, di dalam pandangan Vincent Bermoth, keluarga Bermoth hanyalah hal yang tidak berguna, apakah aku Vincent harus takut pada sekelompok orang yang tidak berguna itu?”
" keluarga Bermoth sudah membuangku, aku juga tidak berharap untuk kembali ke dalam keluarga Bermoth. Aku sudah tidak memiliki hubungan dengan keluarga Bermoth. Hari ini aku datang mengunjungi karena ingin memberitahu, waktu tiga tahun ini sudah selesai, aku... Vincent ! sudah tidak ingin menjadi seorang pecundang lagi! "
Di sebuah makam pinggiran di daerah selatan kota Azuka itu, Vincent berlutut di depan batu nisan tidak bernama, meletakkan uang kertas ke dalam tungku pembakaran dengan ekspresi yang dingin.
"Jika saja tiga tahun lalu, aku sudah memiliki teknik medis seperti sekarang..." Vincent mengepalkan tinjunya dalam diam, pandangannya dipenuhi keengganan.
Ctctctc!
Tiba-tiba, terdengar suara ranting pohon yang patah terinjak dari dalam pemakaman tidak bernama itu.
Vincent mengalihkan pandangan ke arah sumber suara, di dalam kegelapan malam ini muncul dua buah bayangan yang berlari mendekat.
Seorang yang tua dan satu orang yang muda, pria tua ini mengenakan pakaian tradisional, dengan kulit keriput dan rambut yang beruban, namun ada darah di pinggang dan perutnya, terlihat jelas baru terluka. Sementara gadis muda di sebelahnya, baru berusia dua puluh tahun, mengenakan gaun bermotif bunga, memiliki sosok ramping, kulit putih bersih dan terlihat sangat imut.
Pada saat ini, gadis muda ini sedang menopang lelaki tua itu berlari ke depan dengan menyedihkan, wajahnya bercucuran air mata dan terlihat ketakutan.
Dua orang yang terlihat menyedihkan itu langsung menjadi gembira ketika melihat Vincent di samping cahaya api.
"Kakak, tolong bantu selamatkan kakekku!" Kata gadis itu dengan wajah yang berlinang air mata.
“Maaf, aku hanya datang untuk membersihkan makam, sama sekali tidak bisa membantumu!” Vincent berkata dengan ringan, menyalakan tiga batang dupa dan menyembah ke arah batu nisan.
“Kak, aku memohon kepadamu!” Gadis itu terlihat panik.
“ Rere … Berhentilah, cepat lepaskan aku, target mereka adalah aku, kamu pergilah dahulu… Kakek akan menahan mereka!” lelaki tua itu berkata dengan bibir yang pucat dan lemah.
Karena kehilangan terlalu banyak darah, dia pun berkata dengan terengah-engah.
“Tidak boleh, kakek, aku tidak akan pernah meninggalkanmu!” Gadis itu menggertakkan giginya dan berkata dengan tegas.
"Anak bodoh!" Pria tua itu menghela nafas panjang, "Dengan cara seperti ini kita tidak ada yang bisa melarikan diri."
Apakah gadis ini tidak tahu?
Dia meremas tangan kecilnya, kemudian kembali memandang Vincent yang sedang berlutut di depan batu nisan dan berkata dengan serius: "Kakak, jika kamu bersedia membawa kakekku keluar dari sini, keluarga Lanister kami pasti akan sangat berterima kasih padamu, apapun yang kamu inginkan bisa kami berikan! "
Gadis muda ini memandang Vincent dengan penuh harap, berharap pria ini pernah mendengar tentang keluarga Lanister.
Namun Vincent tidak menanggapi sama sekali.
Apakah belum pernah mendengarnya?
Gadis itu terlihat kecewa, namun dia masih belum menyerah!
"Dua miliar!"
Dia langsung menawarkan harga!
"Bawa kakekku pergi, aku akan menghadang mereka di belakang, kamu akan aman, asalkan kamu melakukan apa yang aku katakan, keluarga Lanister ku akan memberimu dua miliar!"
“ Rere !Cepatlah pergi! Biar kakek yang berjuang melawan mereka dengan tubuh dan tulang yang tua ini!" Orang tua itu berkata dengan penuh emosi, namun setelah mengatakan ini, darah mulai mengalir di daerah luka perutnya itu dan dia tidak bisa menahan diri dan batuk tidak berhenti.
Gadis muda itu dengan wajah yang digenangi air mata, tidak mempedulikan orang tua dan terus menatap Vincent dengan pandangan membara.
Namun... Vincent masih tetap tidak bergeming.
"Empat miliar!" gadis itu kembali berteriak.
Kondisi yang terjadi setelah itu masih membuat putus asa!
Gadis itu bernafas dengan cepat dan berteriak dengan panik.
"Enam miliar!"
"Delapan miliar!"
"Sepuluh miliar!"
...
Namun tidak peduli betapapun menariknya nilai yang dikatakan, masih tidak menggerakkan Vincent.
Dia sudah seperti bongkahan kayu.
Apakah masih ada orang yang tidak tertarik kepada uang?
Gadis itu merasa suaranya pun sudah mulai bergetar.
"Tidak usah berteriak lagi!"
Akhirnya Vincent berbicara.
Napas gadis itu tersendat.
Melihat Vincent yang meletakkan dupa di depan nisan, menatap nisan tidak bernama itu dan berkata dengan ringan: "Ini adalah pertama kalinya aku membersihkan makam ibuku, tolong pergi dari sini, jangan mengganggu pembicaraanku dengan ibu, oke? "
"Tapi..." gadis itu masih ingin mengatakan sesuatu.
Ohk ohk...
Pada saat ini, terdengar suara langkah kaki yang intens.
Dan dari luar pintu pemakaman muncul lebih dari 30 pria.
Semua pria ini terlihat galak dan ganas, dengan pisau di tangannya dan langsung mengepung kakek tua dan gadis muda itu.
Jika dilihat dari cara mereka berdiri, terlihat jelas mereka bukan tukang pukul biasa, ada kemungkinan merupakan sekelompok tentara bayaran internasional.
“ Si Tua Lanister, jangan lari lagi, lebih baik kamu bekerja sama sedikit dan aku akan merenggut nyawamu dengan cepat.” Pria berkepala botak di depan itu berkata dengan dingin sambil mengayunkan pisau yang berkilau.
"Apakah kalian orang yang dikirim oleh keluarga Bolton ?" Pandangan kakek tua ini dipenuhi dominasi dan rasa amarah: " keluarga Bolton benar-benar kejam! Jika aku bisa lolos dari ini, pasti sudah membuat keluarga Bolton musnah di kota Azuka !"
"Serang!"
Pria berkepala botak itu sudah malas berbasa -basi dan langsung berteriak sambil mengayunkan pisaunya.
Anggota yang lain pun langsung menaikkan pisaunya.
Puluhan pisau berkilau itu langsung mengarah ke arah gadis muda dan lelaki tua itu.
Melakukannya tanpa belas kasihan.
Melakukannya tanpa keraguan sama sekali.
Gadis muda dan lelaki tua itu sudah tidak memiliki kekuatan sama sekali, mana mungkin bisa menghadapi serangan ini?
Gadis muda itu ketakutan hingga wajahnya pucat, walaupun kakek tua sudah terluka parah, namun masih menarik gadis muda itu ke belakang tubuhnya, dengan pandangan yang tegas, terlihat bersiap untuk melawan mereka sekuat tenaga.
Namun apa yang bisa dilakukan dengan dia yang berusaha sekuat tenaga itu? Sekelompok tentara bayaran ini masih memegang pistol di pinggang mereka, belum mengeluarkan pistol di pinggangnya sudah merupakan hal yang baik.
Ini adalah sebuah pembantaian tanpa perlawanan!
"Berhenti!"
Pada masa singkat itu, terdengar suara dingin.
Pria berkepala botak itu melihat ke arah Vincent, sambil berteriak dengan suara rendah: "Sekaligus habisi orang itu, supaya tidak ada masalah di kemudian hari!"
"Baik, Kapten!"
Orang di sebelahnya menganggukkan kepala, kemudian mengalihkan pandangan dan berjalan ke arah Vincent.
Namun ketika dia akan mendekat, sebuah jarum baja terbang dan dengan tepat menusuk leher pria itu.
Dalam sekejap, pria itu membeku di tempat, tidak bisa bergerak seperti patung.
"Apa?"
" Efron ! Ada apa denganmu?"
"Kapten, hal ini dilakukan olehnya! Kelihatannya orang ini adalah seorang ahli bela diri!"
Rona wajah orang di sekitarnya pun berubah.
"Kita menemukan masalah! Kalian berhati-hatilah, singkirkan orang ini terlebih dahulu!"
Rona wajah pria berkepala botak itu terlihat serius dan menaikkan pisau dan bergerak menyerang Vincent.
Namun ketika mereka baru bergerak, Vincent yang masih berlutut di depan batu nisan itu kembali menggerakkan tangannya.
Tangannya bergerak seperti aliran air sungai, sinar cahaya tipis terus terbang dari tangannya, melewati langit malam dan langsung menusuk tubuh orang-orang itu.
" jarum baja ?"
Kakek tua itu melihat dengan pandangannya yang buram.
Ketika kembali melihat ke arah kerumunan pria berkepala botak itu, semua sudah berubah seperti patung dan tidak bisa bergerak sama sekali.
Setiap leher orang-orang itu sudah tertusuk sebuah jarum setipis rambut!
Lelaki tua dan gadis muda itu pun terpana.
“Bu, anakmu ini tidak berbakti, sudah mengganggu anda…” Vincent tanpa menatap ke belakang dan terus menatap batu nisan sambil bergumam.
Kakek tua dan gadis muda itu sudah terkejut sepenuhnya.
“Kakek, apa... sebenarnya yang terjadi dengan mereka?” Gadis muda itu berkata sambil menelan ludah.
“Apakah ini yang disebut Segel Jarum Baja?”Kakek tua itu berkata dengan terkejut: “Aku pernah mendengar kakek Ledors menyebut hal ini, namun aku belum pernah melihatnya…”
" kakek Ledors ? Apakah maksudnya Presiden Asosiasi Medis, Dokter Dewa Bared Ledors ?"
"Ya..." kakek tua berkata dengan lemah: " kakek Ledors kamu pernah berkata, orang yang bisa menggunakan Segel Jarum Baja adalah seorang ahli pengobatan tradisional, jika anak muda ini benar-benar memiliki kemampuan ini, dia... benar-benar orang yang luar biasa!"
Orang tua itu berkata dengan bersemangat, namun ketika berbicara dia menjadi tidak stabil.
"Kakek, apakah kamu baik-baik saja?"
“Tidak apa-apa… Aku masih bisa bertahan.” Orang tua itu memaksakan diri dengan tersenyum.
Bagaimana mungkin gadis itu tidak bisa melihat, wajahnya dipenuhi rasa kasihan, menatap singkat Vincent dan kemudian berjalan maju ke depan.
“ Rere, apa yang ingin kamu lakukan?” Orang tua itu buru-buru meraihnya.
"Kakek, karena kamu sudah berkata orang itu memiliki kemampuan medis yang hebat, kalau begitu biarkan dia membantu, pasti bisa menyelamatkanmu."
"Gadis bodoh, orang itu sudah tidak berharap untuk diganggu, apakah kamu masih ingin mengganggunya!"
“Tapi kakek, jika terus seperti ini, kamu akan meninggal.” Gadis itu sudah panik hingga ingin menangis.
“Setiap orang memiliki nasib, kehidupan dan kematian ditentukan oleh Tuhan,” kata lelaki tua itu dengan lemah.
Tapi begitu dia berkata ini, kedua matanya menghitam dan dia langsung terjatuh ke atas tanah.
"Kakek, kakek!!"
Gadis itu berteriak kencang, terus menggoyangkan tubuh kakek tua yang sudah tidak sadarkan diri itu.
Gadis itu sudah putus asa.
Dia bergegas manghampiri, berlutut di atas tanah sambil menangis kepada Vincent dan berkata: "Tolong, tolong bantu kakekku."
"Kamu sudah membuat keributan di depan ibuku, kesabaranku ada batasnya!"
Vincent memiringkan kepala dan berkata dengan suara yang dingin.
"Tapi, kakekku sudah sekarat!" Gadis itu menangis kencang dan berkata: "Tolong bantu aku untuk menolongnya..."
Gadis itu terus memohon, suara tangisannya memenuhi pemakaman itu.
"Sepertinya kamu tidak mengerti perkataanku!"
"Kak, maaf, namun kakekku sudah sekarat, jika kamu bersedia membantu kakekku, keluarga Lanister kami bersedia merenovasi pemakaman, bersedia memperbaiki makam bibi. Bahkan aku Renata Lanister bersedia menjaga makam bibi selama tiga tahun! Bagaimana? ”Gadis itu berteriak dengan suara bergetar dengan wajah yang bercucuran air mata.
Kalimat ini sedikit menyentuh Vincent.
Dia kembali menatap gadis itu, setelah ragu-ragu sejenak, dia berkata dengan ringan, "Kamu tidak perlu menjaga makam ini, namun kamu bisa membantuku untuk memperbaiki kuburan ibuku. ini bisa dikatakan pengabdianku sebagai anak."
"Anda bersedia?"
Gadis itu terlihat sangat gembira.
Vincent menganggukkan kepala, berjalan ke samping lelaki tua itu, mengeluarkan jarum baja sepanjang setengah inci dari tas jarum yang tergantung di pinggangnya dan dengan hati-hati menusuk alis lelaki tua itu.
Setelah itu, kakek tua yang awalnya sudah jatuh pingsan itu bergerak, mulutnya membuka lebar dan menarik nafas dengan kencang.
“Kakek!” Gadis itu terlihat emosional.
"Apakah orang-orangmu bisa datang dalam waktu satu jam?"
"Aku sudah mengirimkan lokasi ini kepada mereka, setengah jam seharusnya sudah bisa datang."
"Sudah cukup. Jika bisa diantar ke rumah sakit dan mendapat transfusi darah dalam waktu satu jam, maka dia akan baik-baik saja, jika terlambat, langsung antarkan dia ke rumah duka untuk dikremasi saja."
Vincent mengambil tas ransel di tanah, membalikkan tubuh dan pergi.
“Kakak, siapa namamu?” Gadis itu berteriak dengan cemas.
Namun Vincent sudah menghilang di tengah kegelapan malam.
Gadis itu masih menatap ke arah bayangan Vincent dengan tatapan kosong, terlihat sedikit terpana.
Tiba-tiba, dari sudut matanya dia seperti melihat sesuatu, dia mengarahkan pandangan dan melihat sebuah tiket kereta api yang jatuh di sebelah batu nisan.
Dia pun bergegas mendekat dan mengambilnya.
"Bu, waktu tiga tahun ini sudah tiba, di dalam tiga tahun ini, aku sudah mengikuti apa yang anda mau. Saat ini seluruh keluarga Dormantis bahkan setengah dari kota Izuno, tidak ada yang tidak tahu bahwa pemuda yang dibuang oleh keluarga Bermoth itu adalah seorang pecundang!"
“Bu, aku tahu, alasan ibu ingin aku bertahan selama tiga tahun adalah karena anda khawatir aku akan dianiaya oleh anggota keluarga. Anda pernah berkata, aku memiliki bakat yang luar biasa dan bisa menjadikanku seekor burung phoenix di masa depan, namun karena latar belakang yang buruk, tidak memiliki hak dan kekuasaan, sehingga tidak bisa menandingi orang-orang itu dan jika aku memperlihatkan bakatku, pasti akan menarik banyak orang yang berusaha untuk membunuh, sehingga anda memaksaku untuk menjadi seorang pecundang. "
“Tapi… Bu, anda sama sekali tidak tahu, anda salah, sangat salah, di dalam pandangan Vincent Bermoth, keluarga Bermoth hanyalah hal yang tidak berguna, apakah aku Vincent harus takut pada sekelompok orang yang tidak berguna itu?”
" keluarga Bermoth sudah membuangku, aku juga tidak berharap untuk kembali ke dalam keluarga Bermoth. Aku sudah tidak memiliki hubungan dengan keluarga Bermoth. Hari ini aku datang mengunjungi karena ingin memberitahu, waktu tiga tahun ini sudah selesai, aku... Vincent ! sudah tidak ingin menjadi seorang pecundang lagi! "
Di sebuah makam pinggiran di daerah selatan kota Azuka itu, Vincent berlutut di depan batu nisan tidak bernama, meletakkan uang kertas ke dalam tungku pembakaran dengan ekspresi yang dingin.
"Jika saja tiga tahun lalu, aku sudah memiliki teknik medis seperti sekarang..." Vincent mengepalkan tinjunya dalam diam, pandangannya dipenuhi keengganan.
Ctctctc!
Tiba-tiba, terdengar suara ranting pohon yang patah terinjak dari dalam pemakaman tidak bernama itu.
Vincent mengalihkan pandangan ke arah sumber suara, di dalam kegelapan malam ini muncul dua buah bayangan yang berlari mendekat.
Seorang yang tua dan satu orang yang muda, pria tua ini mengenakan pakaian tradisional, dengan kulit keriput dan rambut yang beruban, namun ada darah di pinggang dan perutnya, terlihat jelas baru terluka. Sementara gadis muda di sebelahnya, baru berusia dua puluh tahun, mengenakan gaun bermotif bunga, memiliki sosok ramping, kulit putih bersih dan terlihat sangat imut.
Pada saat ini, gadis muda ini sedang menopang lelaki tua itu berlari ke depan dengan menyedihkan, wajahnya bercucuran air mata dan terlihat ketakutan.
Dua orang yang terlihat menyedihkan itu langsung menjadi gembira ketika melihat Vincent di samping cahaya api.
"Kakak, tolong bantu selamatkan kakekku!" Kata gadis itu dengan wajah yang berlinang air mata.
“Maaf, aku hanya datang untuk membersihkan makam, sama sekali tidak bisa membantumu!” Vincent berkata dengan ringan, menyalakan tiga batang dupa dan menyembah ke arah batu nisan.
“Kak, aku memohon kepadamu!” Gadis itu terlihat panik.
“ Rere … Berhentilah, cepat lepaskan aku, target mereka adalah aku, kamu pergilah dahulu… Kakek akan menahan mereka!” lelaki tua itu berkata dengan bibir yang pucat dan lemah.
Karena kehilangan terlalu banyak darah, dia pun berkata dengan terengah-engah.
“Tidak boleh, kakek, aku tidak akan pernah meninggalkanmu!” Gadis itu menggertakkan giginya dan berkata dengan tegas.
"Anak bodoh!" Pria tua itu menghela nafas panjang, "Dengan cara seperti ini kita tidak ada yang bisa melarikan diri."
Apakah gadis ini tidak tahu?
Dia meremas tangan kecilnya, kemudian kembali memandang Vincent yang sedang berlutut di depan batu nisan dan berkata dengan serius: "Kakak, jika kamu bersedia membawa kakekku keluar dari sini, keluarga Lanister kami pasti akan sangat berterima kasih padamu, apapun yang kamu inginkan bisa kami berikan! "
Gadis muda ini memandang Vincent dengan penuh harap, berharap pria ini pernah mendengar tentang keluarga Lanister.
Namun Vincent tidak menanggapi sama sekali.
Apakah belum pernah mendengarnya?
Gadis itu terlihat kecewa, namun dia masih belum menyerah!
"Dua miliar!"
Dia langsung menawarkan harga!
"Bawa kakekku pergi, aku akan menghadang mereka di belakang, kamu akan aman, asalkan kamu melakukan apa yang aku katakan, keluarga Lanister ku akan memberimu dua miliar!"
“ Rere !Cepatlah pergi! Biar kakek yang berjuang melawan mereka dengan tubuh dan tulang yang tua ini!" Orang tua itu berkata dengan penuh emosi, namun setelah mengatakan ini, darah mulai mengalir di daerah luka perutnya itu dan dia tidak bisa menahan diri dan batuk tidak berhenti.
Gadis muda itu dengan wajah yang digenangi air mata, tidak mempedulikan orang tua dan terus menatap Vincent dengan pandangan membara.
Namun... Vincent masih tetap tidak bergeming.
"Empat miliar!" gadis itu kembali berteriak.
Kondisi yang terjadi setelah itu masih membuat putus asa!
Gadis itu bernafas dengan cepat dan berteriak dengan panik.
"Enam miliar!"
"Delapan miliar!"
"Sepuluh miliar!"
...
Namun tidak peduli betapapun menariknya nilai yang dikatakan, masih tidak menggerakkan Vincent.
Dia sudah seperti bongkahan kayu.
Apakah masih ada orang yang tidak tertarik kepada uang?
Gadis itu merasa suaranya pun sudah mulai bergetar.
"Tidak usah berteriak lagi!"
Akhirnya Vincent berbicara.
Napas gadis itu tersendat.
Melihat Vincent yang meletakkan dupa di depan nisan, menatap nisan tidak bernama itu dan berkata dengan ringan: "Ini adalah pertama kalinya aku membersihkan makam ibuku, tolong pergi dari sini, jangan mengganggu pembicaraanku dengan ibu, oke? "
"Tapi..." gadis itu masih ingin mengatakan sesuatu.
Ohk ohk...
Pada saat ini, terdengar suara langkah kaki yang intens.
Dan dari luar pintu pemakaman muncul lebih dari 30 pria.
Semua pria ini terlihat galak dan ganas, dengan pisau di tangannya dan langsung mengepung kakek tua dan gadis muda itu.
Jika dilihat dari cara mereka berdiri, terlihat jelas mereka bukan tukang pukul biasa, ada kemungkinan merupakan sekelompok tentara bayaran internasional.
“ Si Tua Lanister, jangan lari lagi, lebih baik kamu bekerja sama sedikit dan aku akan merenggut nyawamu dengan cepat.” Pria berkepala botak di depan itu berkata dengan dingin sambil mengayunkan pisau yang berkilau.
"Apakah kalian orang yang dikirim oleh keluarga Bolton ?" Pandangan kakek tua ini dipenuhi dominasi dan rasa amarah: " keluarga Bolton benar-benar kejam! Jika aku bisa lolos dari ini, pasti sudah membuat keluarga Bolton musnah di kota Azuka !"
"Serang!"
Pria berkepala botak itu sudah malas berbasa -basi dan langsung berteriak sambil mengayunkan pisaunya.
Anggota yang lain pun langsung menaikkan pisaunya.
Puluhan pisau berkilau itu langsung mengarah ke arah gadis muda dan lelaki tua itu.
Melakukannya tanpa belas kasihan.
Melakukannya tanpa keraguan sama sekali.
Gadis muda dan lelaki tua itu sudah tidak memiliki kekuatan sama sekali, mana mungkin bisa menghadapi serangan ini?
Gadis muda itu ketakutan hingga wajahnya pucat, walaupun kakek tua sudah terluka parah, namun masih menarik gadis muda itu ke belakang tubuhnya, dengan pandangan yang tegas, terlihat bersiap untuk melawan mereka sekuat tenaga.
Namun apa yang bisa dilakukan dengan dia yang berusaha sekuat tenaga itu? Sekelompok tentara bayaran ini masih memegang pistol di pinggang mereka, belum mengeluarkan pistol di pinggangnya sudah merupakan hal yang baik.
Ini adalah sebuah pembantaian tanpa perlawanan!
"Berhenti!"
Pada masa singkat itu, terdengar suara dingin.
Pria berkepala botak itu melihat ke arah Vincent, sambil berteriak dengan suara rendah: "Sekaligus habisi orang itu, supaya tidak ada masalah di kemudian hari!"
"Baik, Kapten!"
Orang di sebelahnya menganggukkan kepala, kemudian mengalihkan pandangan dan berjalan ke arah Vincent.
Namun ketika dia akan mendekat, sebuah jarum baja terbang dan dengan tepat menusuk leher pria itu.
Dalam sekejap, pria itu membeku di tempat, tidak bisa bergerak seperti patung.
"Apa?"
" Efron ! Ada apa denganmu?"
"Kapten, hal ini dilakukan olehnya! Kelihatannya orang ini adalah seorang ahli bela diri!"
Rona wajah orang di sekitarnya pun berubah.
"Kita menemukan masalah! Kalian berhati-hatilah, singkirkan orang ini terlebih dahulu!"
Rona wajah pria berkepala botak itu terlihat serius dan menaikkan pisau dan bergerak menyerang Vincent.
Namun ketika mereka baru bergerak, Vincent yang masih berlutut di depan batu nisan itu kembali menggerakkan tangannya.
Tangannya bergerak seperti aliran air sungai, sinar cahaya tipis terus terbang dari tangannya, melewati langit malam dan langsung menusuk tubuh orang-orang itu.
" jarum baja ?"
Kakek tua itu melihat dengan pandangannya yang buram.
Ketika kembali melihat ke arah kerumunan pria berkepala botak itu, semua sudah berubah seperti patung dan tidak bisa bergerak sama sekali.
Setiap leher orang-orang itu sudah tertusuk sebuah jarum setipis rambut!
Lelaki tua dan gadis muda itu pun terpana.
“Bu, anakmu ini tidak berbakti, sudah mengganggu anda…” Vincent tanpa menatap ke belakang dan terus menatap batu nisan sambil bergumam.
Kakek tua dan gadis muda itu sudah terkejut sepenuhnya.
“Kakek, apa... sebenarnya yang terjadi dengan mereka?” Gadis muda itu berkata sambil menelan ludah.
“Apakah ini yang disebut Segel Jarum Baja?”Kakek tua itu berkata dengan terkejut: “Aku pernah mendengar kakek Ledors menyebut hal ini, namun aku belum pernah melihatnya…”
" kakek Ledors ? Apakah maksudnya Presiden Asosiasi Medis, Dokter Dewa Bared Ledors ?"
"Ya..." kakek tua berkata dengan lemah: " kakek Ledors kamu pernah berkata, orang yang bisa menggunakan Segel Jarum Baja adalah seorang ahli pengobatan tradisional, jika anak muda ini benar-benar memiliki kemampuan ini, dia... benar-benar orang yang luar biasa!"
Orang tua itu berkata dengan bersemangat, namun ketika berbicara dia menjadi tidak stabil.
"Kakek, apakah kamu baik-baik saja?"
“Tidak apa-apa… Aku masih bisa bertahan.” Orang tua itu memaksakan diri dengan tersenyum.
Bagaimana mungkin gadis itu tidak bisa melihat, wajahnya dipenuhi rasa kasihan, menatap singkat Vincent dan kemudian berjalan maju ke depan.
“ Rere, apa yang ingin kamu lakukan?” Orang tua itu buru-buru meraihnya.
"Kakek, karena kamu sudah berkata orang itu memiliki kemampuan medis yang hebat, kalau begitu biarkan dia membantu, pasti bisa menyelamatkanmu."
"Gadis bodoh, orang itu sudah tidak berharap untuk diganggu, apakah kamu masih ingin mengganggunya!"
“Tapi kakek, jika terus seperti ini, kamu akan meninggal.” Gadis itu sudah panik hingga ingin menangis.
“Setiap orang memiliki nasib, kehidupan dan kematian ditentukan oleh Tuhan,” kata lelaki tua itu dengan lemah.
Tapi begitu dia berkata ini, kedua matanya menghitam dan dia langsung terjatuh ke atas tanah.
"Kakek, kakek!!"
Gadis itu berteriak kencang, terus menggoyangkan tubuh kakek tua yang sudah tidak sadarkan diri itu.
Gadis itu sudah putus asa.
Dia bergegas manghampiri, berlutut di atas tanah sambil menangis kepada Vincent dan berkata: "Tolong, tolong bantu kakekku."
"Kamu sudah membuat keributan di depan ibuku, kesabaranku ada batasnya!"
Vincent memiringkan kepala dan berkata dengan suara yang dingin.
"Tapi, kakekku sudah sekarat!" Gadis itu menangis kencang dan berkata: "Tolong bantu aku untuk menolongnya..."
Gadis itu terus memohon, suara tangisannya memenuhi pemakaman itu.
"Sepertinya kamu tidak mengerti perkataanku!"
"Kak, maaf, namun kakekku sudah sekarat, jika kamu bersedia membantu kakekku, keluarga Lanister kami bersedia merenovasi pemakaman, bersedia memperbaiki makam bibi. Bahkan aku Renata Lanister bersedia menjaga makam bibi selama tiga tahun! Bagaimana? ”Gadis itu berteriak dengan suara bergetar dengan wajah yang bercucuran air mata.
Kalimat ini sedikit menyentuh Vincent.
Dia kembali menatap gadis itu, setelah ragu-ragu sejenak, dia berkata dengan ringan, "Kamu tidak perlu menjaga makam ini, namun kamu bisa membantuku untuk memperbaiki kuburan ibuku. ini bisa dikatakan pengabdianku sebagai anak."
"Anda bersedia?"
Gadis itu terlihat sangat gembira.
Vincent menganggukkan kepala, berjalan ke samping lelaki tua itu, mengeluarkan jarum baja sepanjang setengah inci dari tas jarum yang tergantung di pinggangnya dan dengan hati-hati menusuk alis lelaki tua itu.
Setelah itu, kakek tua yang awalnya sudah jatuh pingsan itu bergerak, mulutnya membuka lebar dan menarik nafas dengan kencang.
“Kakek!” Gadis itu terlihat emosional.
"Apakah orang-orangmu bisa datang dalam waktu satu jam?"
"Aku sudah mengirimkan lokasi ini kepada mereka, setengah jam seharusnya sudah bisa datang."
"Sudah cukup. Jika bisa diantar ke rumah sakit dan mendapat transfusi darah dalam waktu satu jam, maka dia akan baik-baik saja, jika terlambat, langsung antarkan dia ke rumah duka untuk dikremasi saja."
Vincent mengambil tas ransel di tanah, membalikkan tubuh dan pergi.
“Kakak, siapa namamu?” Gadis itu berteriak dengan cemas.
Namun Vincent sudah menghilang di tengah kegelapan malam.
Gadis itu masih menatap ke arah bayangan Vincent dengan tatapan kosong, terlihat sedikit terpana.
Tiba-tiba, dari sudut matanya dia seperti melihat sesuatu, dia mengarahkan pandangan dan melihat sebuah tiket kereta api yang jatuh di sebelah batu nisan.
Dia pun bergegas mendekat dan mengambilnya.
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved