Bab 1 Prolog: Do You Remember Me?

by Veedrya 10:12,Apr 01,2021
Namanya Azra, Icha memanggilnya Jaja. Tapi itu dulu. sepuluh tahun yang lalu, saat mereka masih sekelas semasa SMP. Sekarang, bahkan namanya saja Icha tak berani melafalkannya. Ya, Azra adalah phobia dan obsesi bagi Icha. Ingin mendekat sekaligus menjauh.
Dan saat ini subjek yang sedang dijabarkan di atas, sedang berdiri di depannya, menerangkan sesuatu tentang laporan akhir tahun dan perkiraan budget yang harus dicapai tahun depan. Dua tahun bergabung di perusahaan multinasional sebagai marketing, baru hari ini dia tau kalau 'mantan' teman SMP nya adalah Country Sales Manager.
Tahun ini, Icha mendapatkan promosi sebagai Supervisor Marketing Inbound di kantor cabangnya di Jogja, dan sebagai tugas pertamanya menutup tahun ini, dia diundang untuk mengikuti pelatihan dan yearly meeting di Bangkok.
Dia harus menyampaikan apa yang dia dapatkan disini di yearly meeting regional di kantornya di Jogja saat dia kembali nanti. Seminggu di sini berlangsung baik. Sangat baik. Tapi di minggu kedua, hari ini, dunianya runtuh seperti tergulung tsunami. Ya, tsunami di hatinya.
"...Cha!"
Dia tersentak, menoleh ke Tya, Supervisor Outbound yang sekantor dengannya. "Ya?"
"Ish, gak dengerin lho kamu ini. Pak Azra sampe berbusa nerangin di depan kamu malah bengong." Icha meringis keki. "Ini kapan sih, selesainya ngomong-ngomong?"
"Katanya gak bakal bosen dengerin Pak Arza?" Goda Icha jahil.
"Tapi kalo soal target tahun depan gini ya mumet juga dengerinnya." Dia mencebik lucu. Masih mencoba memfokuskan visinya pada slide demi slide yang dijabarkan Azra.
Icha juga mumet, meski dengan alasan yang berbeda. Hampir Semua Sales Supervisor menginap di hotel yang sama, menggelar kegiatan yang sama, melakukan aktivitas bersama, dia bahkan sudah bertemu hampir semua sales country dari negara lain dan berkenalan, tapi kenapa dia baru tau keberadaan Azra pagi ini? Seandainya dia tau ada Azra disini....
Apa? Mau apa? Nggak jadi berangkat? Itu responsibility nya sebagai supervisor, dia tidak akan bisa menolak tugas ini. Sama seperti sebelum-sebelumnya. Tapi, tetap hatinya menyanggah dengan ndableg, seandainya dia tau kan dia bisa mempersiapkan dirinya? Ya, ya. Seakan persiapan menemui Azra tidak pernah disiapkan sebelumnya dan tidak pernah gagal sebelumnya. Dia ambyar saat mendengar namanya saja. Ah, dia sekarang terlihat seperti bucin alay.
"Okay, Great People! We're break for lunch, ya. Reunite here in 1 hour and 30 minutes."
Icha bangkit mengikuti Tya ke restoran untuk makan siang. Saat itu tatapannya terkunci dengan tatapan Azra.
Oh No!

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

42