Bab 11: Perasaan Seorang Ibu

by Leon Graves 20:40,Mar 07,2025
Saat melihat Ferdinan akhirnya tenang, Sean melanjutkan, "Ini adalah hal yang sangat penting. Soal detail mengenai garis keturunanmu, untuk saat ini aku tidak akan memberitahumu."

"Mengetahui terlalu banyak informasi bukanlah hal yang baik. Ini semua demi kebaikanmu."

Saat mendengar kata-kata tersebut, Ferdinan kembali tertegun.

Dia merasa bahwa Sean memang menjawab pertanyaannya, tetapi di saat yang sama pria itu juga tidak mengatakan apa-apa.

Mendengarkan ucapannya terasa seperti mendengar wejangan panjang, tetapi tetap tidak mengerti apa pun!

Karena tidak bisa menahan rasa penasarannya, Ferdinan hendak bertanya lebih lanjut. Namun, tiba-tiba dia teringat sesuatu.

Sekarang, dia sadar bahwa mimpi buruk yang menghantuinya selama delapan belas tahun terakhir kemungkinan besar adalah ulah makhluk aneh itu. Atau lebih tepatnya, iblis mimpi buruk yang diam-diam beraksi.

Tujuan iblis mimpi buruk melakukan semua ini adalah karena garis keturunannya!

Meskipun Ferdinan tidak tahu alasan sebenarnya makhluk aneh itu ingin mencuri darahnya, dia paham satu hal bahwa hidupnya hampir saja berakhir karenanya!

Jika bukan karena Sean yang datang menyelamatkannya malam itu, kemungkinan besar dia sudah mati tanpa menyadarinya dan terjebak di dunia mimpi yang diciptakan oleh iblis mimpi buruk itu.

Saat memikirkan hal tersebut, tubuh Ferdinan langsung gemetar.

Sebuah ketakutan yang sulit diungkapkan muncul dalam dirinya dan untuk pertama kalinya, dia merasakan kematian begitu dekat.

Semua ini terjadi karena garis keturunannya!

Garis keturunan luar biasa yang selama ini dia dambakan!

Ucapan Sean benar. Mengetahui terlalu banyak informasi tidak selalu baik dan memiliki keistimewaan juga tidak selalu membawa keuntungan.

Keberuntungan dan malapetaka selalu berjalan berdampingan!

Ketika melihat Ferdinan tidak bertanya lebih jauh, sorot mata Sean menunjukkan secercah kepuasan.

"Ada satu hal yang harus kamu ingat," katanya. "Kalau suatu saat nanti kamu melihat energi spiritualmu berubah menjadi emas, walaupun hanya sedikit, kamu harus segera menekannya. Meskipun hanya berwarna emas pucat, tetap tidak boleh dibiarkan."

"Kalau kamu membiarkannya berubah, masalah besar akan muncul. Mengerti?"

Ferdinan mengangguk dengan bingung.

Saat ini, dia baru mencapai Tahap Pembukaan Meridian tingkat keempat, yang berarti dia belum bisa memanifestasikan energi spiritualnya.

Namun, melalui Lautan Kesadaran yang masih berkembang dalam dirinya, Ferdinan bisa merasakan bahwa energi spiritualnya seharusnya berwarna biru muda.

Setiap orang memiliki warna energi spiritual yang berbeda. Namun, sepanjang hidup mereka, warna itu tidak akan mengalami perubahan yang signifikan.

Meskipun malam itu Ferdinan hampir kehilangan ingatan karena mengamuk, dia masih mengingat beberapa potongan kejadian.

Dia merasa bahwa saat itu energi spiritualnya sempat berubah warna menjadi emas dan warnanya bukan hanya emas pucat.

Akan tetapi, emas yang menyala dengan terang!

Hal ini membuatnya makin bingung dan memunculkan dua pertanyaan besar di benaknya.

"Om Sean, aku baru mencapai Tahap Pembukaan Meridian tingkat keempat ... Kenapa aku bisa melepaskan energi spiritual?"

"Selain itu, kenapa aku bisa merasakan aliran energi spiritual di udara?"

Jangankan orang-orang yang berada di Tahap Pembukaan Meridian, bahkan orang yang ada di Tahap Pemurnian Tubuh saja tidak bisa melakukan hal itu.

Kemampuan seperti ini hanya dimiliki oleh mereka yang telah menembus Tahap Pemurnian Jiwa.

Tahap Pemurnian Tubuh hanya berfungsi untuk memperkuat fisik.

Hanya setelah mencapai Tahap Pemurnian Jiwa, seseorang bisa benar-benar mengendalikan energi spiritualnya dan mulai memasuki dunia pertempuran sesungguhnya.

Itulah sebabnya Tahap Pemurnian Jiwa disebut sebagai titik awal sejati bagi seorang kultivator.

Ketika Ferdinan menanyakan hal tersebut, baik nada maupun pemilihan kata-katanya jauh lebih hati-hati.

Dia takut membuat Om Sean marah lagi.

Setelah mengetahui betapa mengerikannya kekuatan sejati Om Sean, selain karena rasa kasih sayang antar keluarga, Ferdinan juga mulai merasakan rasa hormat yang mendalam terhadap Sean.

Meskipun Sean tidak marah, dia tetap terdiam sejenak.

Dia tidak menyangka anak ini bisa menyimpulkan begitu banyak hal!

Sebenarnya, jawaban atas pertanyaan Ferdinan terletak pada garis keturunannya.

James Lowen berasal dari ras luar biasa zaman kuno.

Di antara berbagai ras yang ada sejak zaman kuno, selain manusia, hanya ada beberapa ras saja yang perlu melewati Tahap Pembukaan Meridian atau bahkan Tahap Pemurnian Tubuh untuk bisa menyerap dan mengumpulkan energi spiritual.

Apalagi dengan garis keturunan James yang sangat kuat, sejak lahir dia sudah bisa merasakan aliran energi spiritual di dunia ini.

Bukan hanya bisa menyerap energi spiritual dengan sangat cepat, tetapi juga mampu menggunakannya dalam pertempuran.

Namun, Sean tidak bisa memberi tahu Ferdinan akan fakta tersebut. Sebagai gantinya, dia mengalihkan pembicaraan dan berkata, "Orang tuamu sebenarnya tidak pergi tanpa meninggalkan sesuatu untukmu. Sekarang, tenangkan pikiranmu, pejamkan mata, dan serap energi spiritual yang ada di sekitar. Rasakan bagaimana energi itu mengalir dalam tubuhmu."

Ferdinan yang masih remaja pun dengan mudah teralihkan perhatiannya dan menurut tanpa banyak bertanya.

Beberapa saat kemudian, Sean memecah keheningan dan berkata, "Apa kamu merasa kecepatan menyerap energi spiritualmu jauh lebih cepat dari sebelumnya?"

Ferdinan membuka matanya dan mengangguk dengan penuh semangat karena kecepatan penyerapan energi spiritual tersebut.

Peningkatan penyerapannya bisa berkali-kali lipat lebih cepat dari sebelumnya! Tidak, mungkin bahkan lebih dari sepuluh kali lipat!

"Jangan terlalu senang dulu," Sean memperingatkan. "Sekarang, masuklah ke dalam Lautan Kesadaranmu, jalankan energi spiritual it ke seluruh tubuh, lalu perhatikan apa ada sesuatu yang berbeda dari biasanya."

Ferdinan agak bingung dengan instruksi itu.

Dia baru mencapai Tahap Pembukaan Meridian tingkat keempat dan Laut Kesadarannya masih kacau.

Selain kegelapan dan sedikit energi spiritual yang mengalir secara acak, seharusnya tidak ada hal lain yang aneh.

Namun, dia tetap mengikuti instruksi Sean.

Begitu memasuki Laut Kesadarannya, Ferdinan langsung terkejut.

"Apa ... apa ini?"

Di dalam pikirannya, muncul sebuah lingkaran bercahaya berwarna biru laut.

Bentuknya seperti segel bundar, dihiasi dengan sembilan naga yang saling terjalin mengelilinginya dan terlihat sangat indah dan megah.

"Jangan buru-buru!" Sean mengingatkan dengan tenang. "Alirkan energimu ke seluruh tubuh dulu, setelah itu baru kita bahas."

Awalnya, Ferdinan tidak merasakan ada yang aneh.

Namun, saat energinya mengalir sampai ke dantiannya, tiba-tiba dia melihat titik cahaya biru yang muncul begitu saja.

Warnanya memang biru, tetapi lebih redup dibandingkan lingkaran biru laut tadi dan warnanya lebih mendekati biru muda.

Itulah warna energi spiritualnya sendiri.

Benda itu tampak seperti cermin. Namun, bukan cermin kaca modern, tetapi lebih mirip seperti cermin perunggu kuno.

Saat Ferdinan hendak mengamatinya lebih dekat, tiba-tiba cermin itu memancarkan cahaya biru yang menyelimutinya.

Dalam sekejap, tubuhnya terasa segar dan nyaman, seolah diterpa angin sepoi-sepoi di musim panas.

Kemudian, kehangatan yang tidak terlukiskan menyelimuti seluruh tubuh Ferdinan dan membuatnya merasa seolah-olah dia tengah berendam di dalam air jernih yang menenangkan.

"Ini ... apa?"

Ferdinan tertegun.

Rasanya seperti ada sepasang tangan yang halus dan penuh kelembutan sedang membelainya.

Meskipun dia belum pernah merasakan sentuhan seperti ini sebelumnya, perasaan itu sama sekali tidak asing.

Justru, terasa begitu akrab.

Di saat itu juga, Ferdinan akhirnya mengerti mengapa energi spiritualnya berwarna biru muda dan mengapa energi yang muncul dari cermin perunggu ini juga berwarna biru muda.

Meskipun ini adalah pertemuan pertama mereka, aura ini, perasaan ini, dan cermin ini ...

Semua ini adalah ibunya.

Sejak kecil, Ferdinan tidak pernah bertemu dengan orang tuanya. Selama delapan belas tahun ini, dia tidak pernah merasakan kasih sayang atau pelukan dari mereka.

Namun, ikatan darah dan kehangatan seorang ibu adalah sesuatu yang mustahil untuk tidak dikenali.

Tanpa perlu Sean mengucapkan sepatah kata pun, Ferdinan tahu bahwa cermin perunggu ini adalah peninggalan yang ditinggalkan ibunya untuknya.

Di saat itu juga, kebahagiaan dan kesedihan yang belum pernah dia rasakan selama delapan belas tahun terakhir membanjiri hatinya.

Ketika dia membuka matanya kembali, air mata telah mengalir deras di wajahnya.

"Ibu ... aku sangat merindukanmu ... "

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

50