Bab 5: Garis Keturunan yang Kuat
by Leon Graves
20:39,Mar 07,2025
Namun, makhluk aneh itu sama sekali tidak berniat untuk menanggapi Ferdinan. Wajahnya yang rata mengeluarkan tawa dingin yang menyeramkan, sementara suaranya yang serak dan menusuk terdengar seperti dipaksa keluar dari tenggorokannya.
"Darah ... aku ingin ... darahmu!"
Ferdinan tertegun saat mendengarnya.
Sejak pertama kali makhluk ini berbicara, dia terus-menerus mengulang kalimat yang sama.
Mengapa makhluk ini menginginkan darahnya?
Apakah ini pertanda bahwa darahnya memiliki sesuatu yang istimewa?
Namun, Ferdinan tidak berpikir seperti itu.
Dia tahu dirinya hanyalah orang biasa yang jika berada di tengah keramaian akan sulit untuk dikenali lagi.
Jika darah dan garis keturunannya memang luar biasa, bagaimana mungkin dia terjebak di Tahap Pembukaan Meridian tingkat keempat dan tidak bisa menembus batas?
Bagaimana mungkin dia bisa dihina oleh bajingan seperti Gavin?
Namun, saat ini Ferdinan tidak punya waktu untuk memikirkan hal itu. Yang dia inginkan hanyalah segera mengakhiri semua ini.
Meskipun harus mati, dia merasa hal itu jauh lebih baik daripada harus disiksa setiap hari oleh makhluk mengerikan ini!
"Kalau mau darahku, ambillah! Jangan hanya berani bersembunyi dalam mimpi buruk seperti anak kecil penakut!"
"Kalau berani, hadapi aku secara langsung di dunia nyata ... "
Namun, sebelum Ferdinan bisa menyelesaikan kata-katanya, sosok itu sudah bergerak dengan kecepatan luar biasa. Dalam sekejap mata, dia pun sudah berada tepat di depan Ferdinan.
Sebuah sensasi dingin tiba-tiba menjalar dari dada Ferdinan.
Dia terdiam sesaat, lalu menundukkan kepala. Seketika itu juga, dia melihat cakar tajam makhluk itu telah menembus dada kirinya.
Saat itulah, dia akhirnya bisa melihat dengan jelas rupa makhluk itu.
Wajahnya sangat mengerikan!
Fitur wajahnya terpelintir dengan cara yang sangat aneh dan dipenuhi bekas luka yang menjijikkan, sementara kulitnya sudah membusuk dan memborok.
Tubuhnya juga penuh dengan bekas luka dan nyaris tidak ada satu bagian pun yang masih utuh.
Tidak berlebihan rasanya jika dia mengatakan bahwa penampilan makhluk tersebut jauh lebih mengerikan dibandingkan hantu atau iblis di film horor mana pun.
Namun, begitu Ferdinan melihat wajah asli makhluk itu, ada sesuatu yang aneh melanda hatinya.
Dia merasa dirinya tidak lagi setakut dulu terhadap makhluk aneh ini.
Ketakutan terhadap sesuatu yang tidak diketahui adalah ketakutan yang paling ekstrem karena imajinasi bisa menciptakan skenario yang lebih menakutkan dari kenyataan.
Namun, bagi Ferdinan, setiap malam dalam mimpinya dia sudah terbiasa menghadapi berbagai jenis monster.
Meskipun makhluk ini jauh lebih mengerikan dari semua monster yang pernah dia temui, semua malam penuh teror itu telah melatihnya untuk terbiasa dengan ketakutan semacam ini.
Oleh karena itu, saat melihat wujud asli makhluk itu, rasa takutnya terhadap hal yang tidak diketahui pun sirna.
Saat ini, yang tersisa hanyalah rasa jijik melihat wajah makhluk itu.
Meskipun begitu, saat ini kondisi Ferdinan sudah terluka parah.
Setelah melihat cakar makhluk tersebut menembus dadanya, dia mulai merasakan sakit luar biasa yang datang secara tiba-tiba, seolah-olah otaknya mengalami keterlambatan dalam memproses rasa sakit.
Untungnya, rasa sakit itu tidak berlangsung lama sebelum kesadarannya mulai memudar.
Inilah mekanisme perlindungan alami tubuh. Ketika otak menyadari bahwa tubuh telah mengalami cedera parah yang tidak bisa diperbaiki, dia akan secara otomatis memutuskan hubungannya dengan rasa sakit.
Setidaknya, hal ini bisa menghindarkan seseorang dari rasa sakit ekstrem yang tidak perlu saat menghadapi kematian.
Saat melihat tatapan Ferdinan perlahan mulai kehilangan fokus, raut wajah makhluk tersebut tidak terlihat bahagia. Sebaliknya, ekspresinya dipenuhi kebingungan, ketakutan, dan kepanikan.
"Kenapa dia ... masih belum keluar?"
Suara serak keluar dari mulutnya yang busuk dan mengerikan, sehingga membuat Ferdinan makin bingung.
Siapa "dia" yang dimaksud?
Tadi makhluk ini menginginkan darahnya dan sekarang dia menginginkan "seseorang" dalam dirinya untuk keluar.
Apa maksudnya?
Apa yang sebenarnya dia inginkan?
Namun, Ferdinan tidak lagi memiliki tenaga untuk berpikir lebih jauh.
Saat ini, wajahnya sudah sangat pucat pasi.
Sudut bibirnya sedikit berkedut, lalu dia merasakan sesuatu yang berat seperti batu besar menekan kelopak matanya. Begitu tertutup, dia tidak bisa lagi membukanya.
Energi kehidupannya menghilang dengan cepat, sementara ekspresi makhluk itu makin panik.
"Cepat ... keluar!"
"Kalau kamu tidak keluar sekarang, kamu akan mati bersama manusia ini!"
Dia berteriak dengan suara serak.
Meskipun di gang sempit itu hanya ada dirinya dan Ferdinan, jelas bahwa "kamu" yang dia maksud bukanlah Ferdinan, melainkan seseorang atau sesuatu yang lain.
"Tamat sudah riwayatku! Tuan pasti akan menyalahkanku ... "
Makhluk aneh itu bergumam panik dan terlihat seperti seorang bocah yang baru saja membuat kesalahan besar.
Jika Ferdinan melihatnya dalam keadaan sehat, dia pasti akan bertepuk tangan dengan penuh kepuasan.
Namun, jika makhluk menyeramkan seperti ini bisa sampai ketakutan, seberapa kuat sosok "Tuan" yang baru saja dia sebutkan?
"Apa mungkin aku sudah bertindak terlalu gegabah? Mungkinkah dia belum sempat bereaksi?"
Makhluk aneh menyesali tindakannya. Dia telah "mengawasi" Ferdinan selama delapan belas tahun dan merasa yakin bahwa dia sudah mengetahui semua rahasia pemuda itu.
Lagi pula, mimpi adalah cerminan paling jujur dari kehendak seseorang.
Ada banyak rahasia yang biasanya tersembunyi rapat akan muncul dalam mimpi.
Saat bermimpi, seseorang benar-benar tanpa pertahanan dan menjadikannya waktu paling rentan untuk disusupi.
Oleh karena itu, makhluk aneh itu sangat yakin bahwa dibandingkan dirinya, "makhluk" yang bersembunyi di dalam tubuh Ferdinan-lah yang merupakan monster sejati.
Selama belasan tahun ini, dia terus bersembunyi di dalam mimpi Ferdinan, mengikuti perintah Tuannya, dan menunggu waktu yang tepat untuk mencuri darah makhluk aneh di dalam tubuh pemuda itu.
Saat memikirkan hal ini, makhluk aneh itu segera menepis dugaan yang baru saja terlintas dalam benaknya.
Dengan darah sekuat itu, bahkan tanpa pelatihan apa pun, kekuatan alami anak ini jauh melampaui orang dengan darah biasa.
Barusan, dia hanya menggunakan kecepatan biasa untuk melukainya. Bagaimana mungkin anak itu jadi tidak bisa bereaksi?"
"A-apa mungkin informasi dari Tuan salah?"
Begitu pemikiran ini muncul di benaknya, tubuh makhluk aneh itu langsung gemetar tanpa bisa dikendalikan.
Bagaimana mungkin dia berani meragukan penilaian Tuannya?
Tuannya adalah sosok yang maha kuasa, maha tahu, dan tidak tertandingi. Tidak mungkin beliau melakukan kesalahan!
Jika Tuannya tahu tentang ketidaksopanannya ini, bahkan jika itu hanya sekilas muncul dalam pikirannya, dia pasti akan langsung hancur menjadi abu.
Makhluk aneh itu kebingungan dan menarik cakarnya dari dada Ferdinan.
Begitu cakar yang menyumbat luka itu dicabut, darah langsung menyembur keluar dari dada Ferdinan.
Tubuh Ferdinan pun jatuh lemas ke tanah dan tidak menunjukkan tanda-tanda kehidupan.
Kemudian, makhluk aneh itu membungkuk, mengusap darah segar di dada Ferdinan, lalu menjulurkan lidahnya yang busuk dan penuh luka untuk menjilatnya. Seketika itu juga, raut wajahnya langsung berubah menjadi sangat muram.
Darah ini sepertinya tidak ada bedanya dengan darah manusia biasa!
Tepat ketika makhluk aneh hampir tidak bisa menahan amarah yang membara di hatinya dan bersiap untuk mengamuk, dada Ferdinan tiba-tiba memancarkan cahaya biru langit.
Gang sempit yang tadinya gelap gulita langsung tampak seperti siang hari setelah diterangi oleh cahaya tersebut.
Seketika itu juga, mata makhluk aneh itu pun terasa perih karena paparan cahaya biru langit tersebut.
Saat merasakan aura yang terpancar dari cahaya itu, tanpa membuka matanya, ekspresinya langsung menunjukkan keterkejutan. "Bukankah ini aura dari Cermin Cakrawala?"
Makhluk aneh itu tampak sangat terkejut. Bagaimana mungkin bocah ini memiliki aura Cermin Cakrawala?
Cermin Cakrawala adalah harta karun umat manusia yang telah lama hilang!
Informasi ini tidak kalah mengejutkannya dengan fakta bahwa di dalam tubuh Ferdinan tersembunyi garis keturunan dari seorang kultivator yang kuat.
Makhluk aneh itu sadar bahwa dirinya harus segera melaporkan informasi ini kepada Tuannya.
Hanya dengan informasi ini saja, usaha kerasnya selama delapan belas tahun tidak akan sia-sia!
Namun, setelah terkejut sejenak, ekspresi wajahnya yang mengerikan menjadi makin tegang.
Pada saat cahaya biru langit meledak keluar dari dada Ferdinan, seluruh dunia mimpinya mulai goyah.
Baik itu bulan yang redup, langit yang gelap, gang kecil, maupun semua pemandangan di sekitarnya, semuanya mulai kabur seakan bisa hancur kapan saja.
Tempat ini bukan dunia nyata, melainkan "dunia mimpi" yang diciptakan oleh makhluk aneh itu menggunakan kekuatan spiritualnya.
Saat ini, makhluk aneh itu harus berkonsentrasi penuh agar dunia mimpi yang dia ciptakan tidak hancur akibat cahaya biru langit yang mengguncangnya.
Jika tidak, dia pasti akan mengalami serangan balik, terluka parah, bahkan mungkin tingkat kultivasinya akan mengalami penurunan yang drastis.
Namun, yang membuatnya merasa agak lega adalah cahaya biru langit itu tidak bertahan lama dan perlahan mulai meredup.
Dunia mimpi yang dia ciptakan pun perlahan kembali stabil.
Meskipun begitu, kini tatapan makhluk aneh itu terhadap Ferdinan menjadi lebih rumit dan penuh kewaspadaan.
Hanya dengan garis keturunan yang dimilikinya saja sudah cukup untuk membuat seluruh ras di dunia gemetar ketakutan, apalagi dengan tambahan Cermin Cakrawala ini!
Pada saat itu, tiba-tiba sebuah perubahan tak terduga kembali terjadi.
Setelah cahaya biru langit di dada Ferdinan menghilang, darah yang mengalir keluar dari tubuhnya tidak lagi berwarna merah seperti manusia biasa.
Namun, darahnya berubah menjadi warna emas!
Darah emas itu mengalir di seluruh tubuh Ferdinan dan membuat di sekitarny udara bergetar dan menguap.
Semua pakaian di tubuh Ferdinan langsung berubah menjadi abu seiring dengan mengalirnya darah emas itu ke seluruh tubuhnya. Tetesan demi tetesan darah pun jatuh ke tanah dan membuat permukaannya mulai berlubang.
Cairan emas yang mengalir itu seakan-akan bukanlah darah Ferdinan, melainkan magma panas yang mampu melahap dan menghancurkan semua benda yang berada di jalurnya.
Meskipun makhluk aneh itu bisa merasakan bahaya yang terkandung dalam darah emas Ferdinan, wajahnya yang buruk rupa tetap memperlihatkan ekspresi penuh kegembiraan.
Sambil tertawa lepas, dia berteriak kegirangan, "Apa yang Tuan bilang benar! Kamu memang keturunan orang itu!"
Dia pun berlari dengan cepat ke arah Ferdinan yang tergeletak di tanah dan dalam sekejap mata, sosoknya sudah berada di sampingnya.
Agar tidak tersentuh oleh darah emas yang membara itu, kabut merah darah kembali menyelimuti tubuh makhluk aneh itu dan melindunginya sepenuhnya.
Namun, tepat saat dia mencoba mengulurkan tangan untuk menyentuh darah emas yang mengalir dari dada Ferdinan, pemuda yang sebelumnya tampak tidak bernyawa itu tiba-tiba melesat bangkit dari tanah dengan sudut yang begitu aneh dan mengerikan.
Matanya yang tadi tertutup rapat tiba-tiba terbuka lebar. Lalu, cahaya merah keemasan langsung memenuhi seluruh bola matanya, seolah ada magma yang membara menggelora di kedalaman matanya.
Hal pertama yang dilakukan Ferdinan setelah sadar adalah mengulurkan tangannya dan mencengkeram leher makhluk aneh itu dengan kuat. Saat itu, sorot matanya tampak menyala dengan kilatan api yang mengerikan.
Dalam sekejap, gelombang tekanan tak kasatmata langsung menyebar ke sekitar.
"Siapa pun ... yang berani ... menentangku ... "
Tenggorokan Ferdinan bergetar dan suara yang keluar sangat serak seperti raungan binatang buas yang lirih.
Dengan sedikit tekanan dari jemarinya, leher makhluk aneh itu langsung hancur seketika!
Kepalanya yang tampak mengerikan pun terkulai ke samping tanpa daya, sementara mata yang sebelumnya dipenuhi kegilaan pun berubah kosong.
Dalam satu momen singkat, Ferdinan telah membunuhnya tanpa ampun!
"Darah ... aku ingin ... darahmu!"
Ferdinan tertegun saat mendengarnya.
Sejak pertama kali makhluk ini berbicara, dia terus-menerus mengulang kalimat yang sama.
Mengapa makhluk ini menginginkan darahnya?
Apakah ini pertanda bahwa darahnya memiliki sesuatu yang istimewa?
Namun, Ferdinan tidak berpikir seperti itu.
Dia tahu dirinya hanyalah orang biasa yang jika berada di tengah keramaian akan sulit untuk dikenali lagi.
Jika darah dan garis keturunannya memang luar biasa, bagaimana mungkin dia terjebak di Tahap Pembukaan Meridian tingkat keempat dan tidak bisa menembus batas?
Bagaimana mungkin dia bisa dihina oleh bajingan seperti Gavin?
Namun, saat ini Ferdinan tidak punya waktu untuk memikirkan hal itu. Yang dia inginkan hanyalah segera mengakhiri semua ini.
Meskipun harus mati, dia merasa hal itu jauh lebih baik daripada harus disiksa setiap hari oleh makhluk mengerikan ini!
"Kalau mau darahku, ambillah! Jangan hanya berani bersembunyi dalam mimpi buruk seperti anak kecil penakut!"
"Kalau berani, hadapi aku secara langsung di dunia nyata ... "
Namun, sebelum Ferdinan bisa menyelesaikan kata-katanya, sosok itu sudah bergerak dengan kecepatan luar biasa. Dalam sekejap mata, dia pun sudah berada tepat di depan Ferdinan.
Sebuah sensasi dingin tiba-tiba menjalar dari dada Ferdinan.
Dia terdiam sesaat, lalu menundukkan kepala. Seketika itu juga, dia melihat cakar tajam makhluk itu telah menembus dada kirinya.
Saat itulah, dia akhirnya bisa melihat dengan jelas rupa makhluk itu.
Wajahnya sangat mengerikan!
Fitur wajahnya terpelintir dengan cara yang sangat aneh dan dipenuhi bekas luka yang menjijikkan, sementara kulitnya sudah membusuk dan memborok.
Tubuhnya juga penuh dengan bekas luka dan nyaris tidak ada satu bagian pun yang masih utuh.
Tidak berlebihan rasanya jika dia mengatakan bahwa penampilan makhluk tersebut jauh lebih mengerikan dibandingkan hantu atau iblis di film horor mana pun.
Namun, begitu Ferdinan melihat wajah asli makhluk itu, ada sesuatu yang aneh melanda hatinya.
Dia merasa dirinya tidak lagi setakut dulu terhadap makhluk aneh ini.
Ketakutan terhadap sesuatu yang tidak diketahui adalah ketakutan yang paling ekstrem karena imajinasi bisa menciptakan skenario yang lebih menakutkan dari kenyataan.
Namun, bagi Ferdinan, setiap malam dalam mimpinya dia sudah terbiasa menghadapi berbagai jenis monster.
Meskipun makhluk ini jauh lebih mengerikan dari semua monster yang pernah dia temui, semua malam penuh teror itu telah melatihnya untuk terbiasa dengan ketakutan semacam ini.
Oleh karena itu, saat melihat wujud asli makhluk itu, rasa takutnya terhadap hal yang tidak diketahui pun sirna.
Saat ini, yang tersisa hanyalah rasa jijik melihat wajah makhluk itu.
Meskipun begitu, saat ini kondisi Ferdinan sudah terluka parah.
Setelah melihat cakar makhluk tersebut menembus dadanya, dia mulai merasakan sakit luar biasa yang datang secara tiba-tiba, seolah-olah otaknya mengalami keterlambatan dalam memproses rasa sakit.
Untungnya, rasa sakit itu tidak berlangsung lama sebelum kesadarannya mulai memudar.
Inilah mekanisme perlindungan alami tubuh. Ketika otak menyadari bahwa tubuh telah mengalami cedera parah yang tidak bisa diperbaiki, dia akan secara otomatis memutuskan hubungannya dengan rasa sakit.
Setidaknya, hal ini bisa menghindarkan seseorang dari rasa sakit ekstrem yang tidak perlu saat menghadapi kematian.
Saat melihat tatapan Ferdinan perlahan mulai kehilangan fokus, raut wajah makhluk tersebut tidak terlihat bahagia. Sebaliknya, ekspresinya dipenuhi kebingungan, ketakutan, dan kepanikan.
"Kenapa dia ... masih belum keluar?"
Suara serak keluar dari mulutnya yang busuk dan mengerikan, sehingga membuat Ferdinan makin bingung.
Siapa "dia" yang dimaksud?
Tadi makhluk ini menginginkan darahnya dan sekarang dia menginginkan "seseorang" dalam dirinya untuk keluar.
Apa maksudnya?
Apa yang sebenarnya dia inginkan?
Namun, Ferdinan tidak lagi memiliki tenaga untuk berpikir lebih jauh.
Saat ini, wajahnya sudah sangat pucat pasi.
Sudut bibirnya sedikit berkedut, lalu dia merasakan sesuatu yang berat seperti batu besar menekan kelopak matanya. Begitu tertutup, dia tidak bisa lagi membukanya.
Energi kehidupannya menghilang dengan cepat, sementara ekspresi makhluk itu makin panik.
"Cepat ... keluar!"
"Kalau kamu tidak keluar sekarang, kamu akan mati bersama manusia ini!"
Dia berteriak dengan suara serak.
Meskipun di gang sempit itu hanya ada dirinya dan Ferdinan, jelas bahwa "kamu" yang dia maksud bukanlah Ferdinan, melainkan seseorang atau sesuatu yang lain.
"Tamat sudah riwayatku! Tuan pasti akan menyalahkanku ... "
Makhluk aneh itu bergumam panik dan terlihat seperti seorang bocah yang baru saja membuat kesalahan besar.
Jika Ferdinan melihatnya dalam keadaan sehat, dia pasti akan bertepuk tangan dengan penuh kepuasan.
Namun, jika makhluk menyeramkan seperti ini bisa sampai ketakutan, seberapa kuat sosok "Tuan" yang baru saja dia sebutkan?
"Apa mungkin aku sudah bertindak terlalu gegabah? Mungkinkah dia belum sempat bereaksi?"
Makhluk aneh menyesali tindakannya. Dia telah "mengawasi" Ferdinan selama delapan belas tahun dan merasa yakin bahwa dia sudah mengetahui semua rahasia pemuda itu.
Lagi pula, mimpi adalah cerminan paling jujur dari kehendak seseorang.
Ada banyak rahasia yang biasanya tersembunyi rapat akan muncul dalam mimpi.
Saat bermimpi, seseorang benar-benar tanpa pertahanan dan menjadikannya waktu paling rentan untuk disusupi.
Oleh karena itu, makhluk aneh itu sangat yakin bahwa dibandingkan dirinya, "makhluk" yang bersembunyi di dalam tubuh Ferdinan-lah yang merupakan monster sejati.
Selama belasan tahun ini, dia terus bersembunyi di dalam mimpi Ferdinan, mengikuti perintah Tuannya, dan menunggu waktu yang tepat untuk mencuri darah makhluk aneh di dalam tubuh pemuda itu.
Saat memikirkan hal ini, makhluk aneh itu segera menepis dugaan yang baru saja terlintas dalam benaknya.
Dengan darah sekuat itu, bahkan tanpa pelatihan apa pun, kekuatan alami anak ini jauh melampaui orang dengan darah biasa.
Barusan, dia hanya menggunakan kecepatan biasa untuk melukainya. Bagaimana mungkin anak itu jadi tidak bisa bereaksi?"
"A-apa mungkin informasi dari Tuan salah?"
Begitu pemikiran ini muncul di benaknya, tubuh makhluk aneh itu langsung gemetar tanpa bisa dikendalikan.
Bagaimana mungkin dia berani meragukan penilaian Tuannya?
Tuannya adalah sosok yang maha kuasa, maha tahu, dan tidak tertandingi. Tidak mungkin beliau melakukan kesalahan!
Jika Tuannya tahu tentang ketidaksopanannya ini, bahkan jika itu hanya sekilas muncul dalam pikirannya, dia pasti akan langsung hancur menjadi abu.
Makhluk aneh itu kebingungan dan menarik cakarnya dari dada Ferdinan.
Begitu cakar yang menyumbat luka itu dicabut, darah langsung menyembur keluar dari dada Ferdinan.
Tubuh Ferdinan pun jatuh lemas ke tanah dan tidak menunjukkan tanda-tanda kehidupan.
Kemudian, makhluk aneh itu membungkuk, mengusap darah segar di dada Ferdinan, lalu menjulurkan lidahnya yang busuk dan penuh luka untuk menjilatnya. Seketika itu juga, raut wajahnya langsung berubah menjadi sangat muram.
Darah ini sepertinya tidak ada bedanya dengan darah manusia biasa!
Tepat ketika makhluk aneh hampir tidak bisa menahan amarah yang membara di hatinya dan bersiap untuk mengamuk, dada Ferdinan tiba-tiba memancarkan cahaya biru langit.
Gang sempit yang tadinya gelap gulita langsung tampak seperti siang hari setelah diterangi oleh cahaya tersebut.
Seketika itu juga, mata makhluk aneh itu pun terasa perih karena paparan cahaya biru langit tersebut.
Saat merasakan aura yang terpancar dari cahaya itu, tanpa membuka matanya, ekspresinya langsung menunjukkan keterkejutan. "Bukankah ini aura dari Cermin Cakrawala?"
Makhluk aneh itu tampak sangat terkejut. Bagaimana mungkin bocah ini memiliki aura Cermin Cakrawala?
Cermin Cakrawala adalah harta karun umat manusia yang telah lama hilang!
Informasi ini tidak kalah mengejutkannya dengan fakta bahwa di dalam tubuh Ferdinan tersembunyi garis keturunan dari seorang kultivator yang kuat.
Makhluk aneh itu sadar bahwa dirinya harus segera melaporkan informasi ini kepada Tuannya.
Hanya dengan informasi ini saja, usaha kerasnya selama delapan belas tahun tidak akan sia-sia!
Namun, setelah terkejut sejenak, ekspresi wajahnya yang mengerikan menjadi makin tegang.
Pada saat cahaya biru langit meledak keluar dari dada Ferdinan, seluruh dunia mimpinya mulai goyah.
Baik itu bulan yang redup, langit yang gelap, gang kecil, maupun semua pemandangan di sekitarnya, semuanya mulai kabur seakan bisa hancur kapan saja.
Tempat ini bukan dunia nyata, melainkan "dunia mimpi" yang diciptakan oleh makhluk aneh itu menggunakan kekuatan spiritualnya.
Saat ini, makhluk aneh itu harus berkonsentrasi penuh agar dunia mimpi yang dia ciptakan tidak hancur akibat cahaya biru langit yang mengguncangnya.
Jika tidak, dia pasti akan mengalami serangan balik, terluka parah, bahkan mungkin tingkat kultivasinya akan mengalami penurunan yang drastis.
Namun, yang membuatnya merasa agak lega adalah cahaya biru langit itu tidak bertahan lama dan perlahan mulai meredup.
Dunia mimpi yang dia ciptakan pun perlahan kembali stabil.
Meskipun begitu, kini tatapan makhluk aneh itu terhadap Ferdinan menjadi lebih rumit dan penuh kewaspadaan.
Hanya dengan garis keturunan yang dimilikinya saja sudah cukup untuk membuat seluruh ras di dunia gemetar ketakutan, apalagi dengan tambahan Cermin Cakrawala ini!
Pada saat itu, tiba-tiba sebuah perubahan tak terduga kembali terjadi.
Setelah cahaya biru langit di dada Ferdinan menghilang, darah yang mengalir keluar dari tubuhnya tidak lagi berwarna merah seperti manusia biasa.
Namun, darahnya berubah menjadi warna emas!
Darah emas itu mengalir di seluruh tubuh Ferdinan dan membuat di sekitarny udara bergetar dan menguap.
Semua pakaian di tubuh Ferdinan langsung berubah menjadi abu seiring dengan mengalirnya darah emas itu ke seluruh tubuhnya. Tetesan demi tetesan darah pun jatuh ke tanah dan membuat permukaannya mulai berlubang.
Cairan emas yang mengalir itu seakan-akan bukanlah darah Ferdinan, melainkan magma panas yang mampu melahap dan menghancurkan semua benda yang berada di jalurnya.
Meskipun makhluk aneh itu bisa merasakan bahaya yang terkandung dalam darah emas Ferdinan, wajahnya yang buruk rupa tetap memperlihatkan ekspresi penuh kegembiraan.
Sambil tertawa lepas, dia berteriak kegirangan, "Apa yang Tuan bilang benar! Kamu memang keturunan orang itu!"
Dia pun berlari dengan cepat ke arah Ferdinan yang tergeletak di tanah dan dalam sekejap mata, sosoknya sudah berada di sampingnya.
Agar tidak tersentuh oleh darah emas yang membara itu, kabut merah darah kembali menyelimuti tubuh makhluk aneh itu dan melindunginya sepenuhnya.
Namun, tepat saat dia mencoba mengulurkan tangan untuk menyentuh darah emas yang mengalir dari dada Ferdinan, pemuda yang sebelumnya tampak tidak bernyawa itu tiba-tiba melesat bangkit dari tanah dengan sudut yang begitu aneh dan mengerikan.
Matanya yang tadi tertutup rapat tiba-tiba terbuka lebar. Lalu, cahaya merah keemasan langsung memenuhi seluruh bola matanya, seolah ada magma yang membara menggelora di kedalaman matanya.
Hal pertama yang dilakukan Ferdinan setelah sadar adalah mengulurkan tangannya dan mencengkeram leher makhluk aneh itu dengan kuat. Saat itu, sorot matanya tampak menyala dengan kilatan api yang mengerikan.
Dalam sekejap, gelombang tekanan tak kasatmata langsung menyebar ke sekitar.
"Siapa pun ... yang berani ... menentangku ... "
Tenggorokan Ferdinan bergetar dan suara yang keluar sangat serak seperti raungan binatang buas yang lirih.
Dengan sedikit tekanan dari jemarinya, leher makhluk aneh itu langsung hancur seketika!
Kepalanya yang tampak mengerikan pun terkulai ke samping tanpa daya, sementara mata yang sebelumnya dipenuhi kegilaan pun berubah kosong.
Dalam satu momen singkat, Ferdinan telah membunuhnya tanpa ampun!
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved