Bab 4: Perubahan Mendadak

by Leon Graves 20:39,Mar 07,2025
Untungnya, meskipun bakat kultivasi Ferdinan tergolong biasa saja, prestasi akademiknya bisa dikatakan sangat unggul. Di SMA Yelwin, dia selalu berada di peringkat teratas.

"Kalau aku benar-benar tidak bisa masuk Akademi Militer, maka lebih baik aku fokus untuk masuk Institut Teknologi Quenndor terbaik dan mendukung garis depan dari belakang."

Ferdinan berkata sambil menghela napas dengan pasrah.

Meskipun dia sangat ingin menjadi seorang kultivator hebat, berjuang di medan perang demi kejayaan umat manusia, serta membalaskan dendam kedua orang tuanya, kenyataan yang ada di depan matanya sangatlah kejam.

Om Sean tidak salah. Menjadi seorang peneliti hebat dan mengembangkan teknologi canggih untuk memperkuat kekuatan tempur umat manusia juga merupakan sebuah kontribusi yang tidak kalah penting.

Berbeda dengan Akademi Militer yang menitikberatkan pada kekuatan bertarung, Institut Teknologi lebih mengutamakan pemikiran logis dan pencapaian ilmiah.

Ujian masuk perguruan tinggi ini mencakup berbagai macam bidang, seperti bahasa ras-ras lain, pengetahuan umum, serta literasi budaya dasar.

Makin banyak bahasa yang dikuasai dan makin luas wawasan yang dimiliki, maka makin tinggi pula nilai yang bisa diperoleh dalam ujian.

Setelah menyadari hal tersebut, Ferdinan pun berhenti membuang waktunya untuk mengejar impian menjadi seorang kultivator yang terasa begitu jauh. Sebagai gantinya, dia mulai fokus mempersiapkan diri untuk ujian masuk Institut Teknologi.

Namun, tepat ketika Ferdinan tengah tenggelam dalam buku-buku pelajarannya, tiba-tiba seluruh lampu di perpustakaan padam.

Ruangan yang luas itu langsung diselimuti kegelapan dan keheningan yang mencekam. Saat itulah Ferdinan baru menyadari bahwa hari sudah larut dan tidak ada seorang pun di sekitarnya.

Perpustakaan akan segera tutup.

Hal ini menimbulkan sedikit keraguan dalam benaknya.

Biasanya, sebelum tutup, petugas perpustakaan selalu memberikan pengumuman terlebih dahulu. Namun, kali ini mereka malah langsung mematikan lampu tanpa peringatan.

Meskipun begitu, Ferdinan tidak ingin terlalu memikirkannya. Namun, ketika dia tiba di pintu keluar, dia mendapati bahwa pintu utama sudah terkunci rapat.

Ferdinan terdiam dan merasa benar-benar tidak habis pikir.

Bahkan dirinya yang biasanya tidak pernah mengumpat, kali ini tidak bisa menahan diri untuk menggerutu, "Sialan! Kenapa hari ini aku apes sekali!"

Petugas perpustakaan biasanya cukup bertanggung jawab, tetapi entah mengapa hari ini mereka malah pulang lebih awal dan meninggalkannya terjebak di dalam.

Saat Ferdinan masih mencari cara untuk keluar dari situasi ini, tiba-tiba dia merasakan embusan napas berat dan kasar di belakang lehernya.

Seketika itu juga, tubuhnya langsung mematung di tempat.

Embusan napas itu terasa sangat dingin dan tidak ada sedikit pun kehangatan.

Dia yakin itu bukan embusan napas manusia. Atau lebih tepatnya, bukan embusan napas dari seseorang yang masih hidup.

Embusan itu lebih mirip dengan embusan angin dingin yang keluar dari gerbang neraka.

"Darah ... aku ingin ... darahmu ... "

Sebuah suara serak dan mengerikan yang terdengar seperti raungan binatang buas terdengar dari belakang lehernya bersamaan dengan embusan napas yang berat tadi.

Seketika itu juga, ketakutan langsung mencengkeram hati Ferdinan.

Dia ingin berlari, tetapi di bawah tekanan ketakutan yang begitu besar, tubuhnya tidak bisa melakukan apa pun selain gemetar hebat.

Detik berikutnya, sebuah cakar tajam yang diselimuti kabut merah darah melesat ke arah lehernya.

Ferdinan merasakan sensasi panas yang menyengat di kulitnya, diikuti dengan rasa pusing yang luar biasa.

Dia merasa seolah-olah seluruh dunia tiba-tiba terbalik dalam sekejap mata.

"Ferdi, bangun!"

Tiba-tiba, sebuah suara pria terdengar memanggilnya.

Ferdinan tersentak bangun dan menyadari bahwa wajah mengerikan yang dia bayangkan barusan tidak ada di hadapannya. Sebagai gantinya, dia melihat wajah tidak asing sang penjaga perpustakaan.

Perpustakaan tidak diselimuti kegelapan dan kesunyian seperti dalam mimpinya. Saat ini, ruangan itu tetap terang seperti biasa.

Meskipun begitu, Ferdinan masih harus menarik napas dalam-dalam beberapa kali sebelum akhirnya rasa takut yang menyelimuti dirinya perlahan mereda.

"Apa ... apa itu mimpi buruk?"

Dia bertanya dalam hati.

Keringat dingin telah membasahi seluruh tubuhnya dan membuatnya tampak seperti seseorang yang baru saja ditarik keluar dari sungai.

Selama hampir delapan belas tahun, Ferdinan selalu mengalami mimpi buruk setiap malam dan dihantui oleh makhluk-makhluk mengerikan yang tidak terbayangkan.

Makhluk yang baru saja muncul dalam mimpinya barusan adalah monster yang paling dia takuti.

Sosok monster berbentuk manusia itu seluruh tubuhnya diselimuti kabut merah darah. Jadi, dia tidak bisa mengenali wajah asli dari monster tersebut.

Ferdinan biasa memanggilnya makhluk aneh.

Mungkin karena dia tidak bisa melihat wajah makhluk itu, rasa takutnya justru menjadi lebih besar dibandingkan dengan semua monster lain yang pernah muncul dalam mimpinya.

Rasa takut yang memiliki wujud selalu ada batasnya. Namun, ancaman yang tidak terlihat mampu membangkitkan ketakutan terdalam pada diri manusia.

"Kamu sebentar lagi akan mengikuti ujian masuk perguruan tinggi, jadi tidak perlu memaksakan diri seperti ini."

"Bukan hanya akan memengaruhi hasil ujianmu, kalau sampai kesehatanmu terganggu, kamu akan rugi sendiri."

Penjaga perpustakaan berbicara dengan nada serius. Dia tahu bahwa Ferdinan adalah anak yang rajin belajar. Jika tidak, dia tidak akan repot-repot menasihatinya.

Begitu mendengar nasihat tersebut, Ferdinan hanya bisa mengusap keringat di dahinya dan mengangguk seadanya. Kemudian, dia menggendong tas ranselnya dan bersiap untuk pergi.

Namun, sebelum dia sempat melangkah, penjaga perpustakaan kembali memanggilnya.

"Ferdi, lehermu sepertinya berdarah."

Ekspresi penjaga perpustakaan itu berubah dan suaranya terdengar lebih khawatir dari sebelumnya.

Ferdinan terdiam dan refleks mengangkat tangannya untuk menyentuh lehernya. Seketika itu juga, ujung jarinya sudah basah oleh cairan hangat dan kental.

Dengan tangan gemetar, dia mengulurkan tangannya ke depan matanya dan melihat jari-jarinya sudah berlumuran darah segar.

Di saat yang sama, rasa sakit yang menyengat dan membakar menjalar dari lehernya.

Rasa sakit ini letaknya sama persis dengan luka yang diberikan oleh makhluk aneh dalam mimpinya.

Dalam sekejap, gelombang ketakutan yang dingin menyapu seluruh tubuh Ferdinan.

Sebuah pikiran mengerikan melintas di benaknya.

Apakah dunia mimpinya telah terhubung dengan dunia nyata?

"Ferdi, lukamu kelihatannya cukup parah. Bagaimana kalau kita pergi ke rumah sakit?"

Penjaga perpustakaan menatapnya dengan penuh kekhawatiran, tetapi Ferdinan tidak lagi memiliki waktu untuk menjawab.

Saat mengingat mimpi buruk barusan dan luka aneh di lehernya, dia tidak ingin berlama-lama tinggal di tempat tersebut. Dengan wajah pucat pasi, dia segera berlari keluar dari perpustakaan.

Selama delapan belas tahun ini, dia telah bermimpi tentang makhluk aneh itu berkali-kali. Namun, tidak pernah terjadi sesuatu seperti ini sebelumnya.

Malam ini, untuk pertama kalinya, makhluk aneh itu berbicara. Satu hal yang lebih mengerikan lagi adalah luka yang diterimanya dalam mimpi benar-benar muncul di dunia nyata tanpa perubahan sedikit pun!

Dari sudut pandang mana pun, situasi ini benar-benar sulit untuk dipercaya!

Setelah melarikan diri dari perpustakaan, Ferdinan tidak pulang ke rumah. Sebaliknya, dia langsung berlari menuju markas Pasukan Naga Perang.

Berbeda dengan Pasukan Macan Tutul yang merupakan pasukan pribadi sang Wali Kota, Pasukan Naga Perang merupakan pasukan yang berada langsung di bawah komando penguasa Zyvaria yang bernama Theodore Elvary.

Selain terlibat dalam peperangan, mereka juga bertanggung jawab atas keamanan di berbagai provinsi dan kota di seluruh negeri.

Meskipun kota Yelwin hanyalah sebuah kota kecil yang tidak menonjol, tetap saja kota ini berada di bawah kekuasaan Zyvaria.

Entah kekuatan seperti apa yang dimiliki makhluk aneh itu, tetapi dia sudah menghubungkan dunia nyata dan dunia mimpi!

Karena sosok tersebut mampu menghindari sistem pengintaian Pasukan Naga Perang, masuk ke dalam kota Yelwin dan melukai dirinya, maka jelas dia tidak boleh diremehkan.

Ferdinan sadar bahwa dengan kekuatan Om Sean yang hanya berada di Tahap Pemurnian Tubuh tingkat kedua, kemungkinan besar dia tidak akan mampu melindunginya.

Di saat seperti ini, mencari perlindungan dari Pasukan Naga Perang adalah pilihan yang paling masuk akal.

Meskipun Zyvaria memiliki banyak kekurangan, mereka tetap sangat memperhatikan keselamatan warganya.

Terlebih lagi, melakukan kejahatan di dalam kota Yelwin sama saja dengan menantang otoritas Zyvaria. Tidak mungkin Pasukan Naga Perang akan tinggal diam saja.

Dengan pikiran yang terus berputar, Ferdinan pun mempercepat langkahnya.

Namun, dia menyesal karena tadi tidak membawa ponsel. Jika saja dia membawanya, dia bisa langsung menelepon dan meminta Pasukan Naga Perang untuk datang melindunginya.

Dia sempat berpikir untuk meminta bantuan orang di jalan dan meminjam ponsel mereka.

Namun, anehnya sejak tadi dia tidak melihat satu orang pun di sepanjang perjalanan. Seketika itu juga, hatinya mulai dipenuhi rasa was-was.

Saat ini hari memang sudah larut malam, tetapi biasanya kota Yelwin tetap ramai.

Pada jam-jam seperti ini, seharusnya masih ada banyak orang yang duduk-duduk menikmati angin malam sambil mengobrol. Sementara para pemuda yang gemar berjalan-jalan di malam hari berkeliaran ke sana ke mari.

Yang membuat Ferdinan makin panik adalah kenyataan bahwa tidak peduli sejauh atau selama apa dia berjalan, pada akhirnya dia selalu kembali ke gang sempit dan terpencil yang sama.

Ketakutan yang menyelimutinya makin bertambah besar.

Akhirnya, setelah mendapati dirinya kembali berada di gang itu, dia tidak lagi sanggup menahan diri. Dia pun duduk di tanah dengan putus asa.

Selama delapan belas tahun terakhir, dia telah mengalami mimpi buruk yang tak ada ujungnya. Mimpi-mimpi tersebut bahkan menempa mentalnya hingga jauh lebih kuat dibandingkan orang biasa.

Namun, bahkan orang dewasa dengan ketahanan mental paling kuat pun pasti akan mengalami kelelahan jika harus menghadapi situasi seperti ini.

Apalagi, Ferdinan hanyalah seorang remaja yang baru saja mengalami kejadian yang menakutkan.

Pada saat itulah tiba-tiba segumpal kabut merah darah tiba-tiba melayang ke arahnya tanpa peringatan.

Tanpa perlu menoleh, Ferdinan sudah tahu bahwa "teman lamanya" datang lagi.

Makhluk aneh yang diselimuti kabut merah itu berdiri di ujung gang yang sepi!

Ketika melihatnya muncul kembali, Ferdinan menggigit bibirnya dan berusaha menekan ketakutan yang makin memuncak. Dengan sekuat tenaga, dia memaksakan dirinya untuk berdiri.

"Sebenarnya ... sebenarnya kamu ini siapa? Kenapa terus menghantuiku?"

Luka di lehernya masih terasa perih dan membakar, seolah mengingatkannya pada siksaan yang telah dia alami selama delapan belas tahun ini.

Hampir setiap malam, dia terbangun dari mimpi buruk yang pada akhirnya menggerogoti kesehatan mental dan kehidupannya sehari-hari.

Bahkan binatang pun pasti akan marah jika diperlakukan seperti ini selama delapan belas tahun.

Apalagi Ferdinan yang masih sangat mudah dan penuh semangat membara.

Sekarang, dia mulai menyadari bahwa mimpi buruk aneh dan mengerikan ini mungkin adalah kemampuan bawaan makhluk itu.

Jika bukan karena hal tersebut, tidak ada penjelasan yang masuk akal mengapa mimpi buruknya tidak pernah berhenti selama bertahun-tahun.

Yang lebih mengerikan lagi, luka yang dideritanya di dalam mimpi bisa terbawa ke dunia nyata tanpa perbedaan sedikit pun!

Namun, Ferdinan merasa bahwa dirinya cukup memahami berbagai ras yang ada di dunia ini.

Studi tentang ras-ras ini adalah salah satu mata pelajaran utama di Institut Teknologi dan dia sangat mahir dalam mata pelajaran tersebut.

Namun, dia belum pernah mendengar tentang ras seperti ini dalam daftar ras-ras zaman kuno.

Apa makhluk itu adalah iblis mimpi buruk?

Namun, bukankah makhluk mengerikan itu hanya ada di dalam film dan novel?

Jika ras seperti itu benar-benar ada di dunia nyata, mereka pasti sudah ditemukan sejak lama dan tidak mungkin tetap tersembunyi sampai sekarang.

Lagi pula, makhluk itu memiliki kemampuan untuk memasuki mimpi orang lain secara tidak terbatas dan memindahkan luka dari mimpi ke dunia nyata.

Dari sudut pandang mana pun, kemampuan ini sangat sulit untuk dipercaya dan terlalu mustahil untuk dimiliki.

Ras yang memiliki kemampuan bawaan seperti ini seharusnya bisa mengabaikan perbedaan kekuatan lawan dalam tingkat yang sangat besar dan bisa dengan mudah membunuh musuh yang jauh lebih kuat.

Setidaknya, mereka seharusnya sudah lama masuk dalam daftar seratus ras terkuat. Bagaimana mungkin mereka tetap tidak dikenal hingga sekarang?

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

50