Bab 6: Jarang Bersama Pria Akan Membuatmu Sakit!

by Marco Lowenson 13:57,Feb 13,2025
"Aku tidak pernah mengatakan ingin menjadi menantu Keluarga Windsor!"

"Aku hanya tahu satu hal. Tidak ada yang bisa merebut liontin nagaku!"

Xavier menundukkan kepala dan menulis sesuatu di atas kertas dengan pena. Setelah mendengar perkataan Bianca, dia perlahan mengangkat kepala dan berbicara dengan sikap yang sangat tegas.

Dia benar-benar tidak peduli dengan seorang wanita yang bahkan belum pernah ditemuinya.

Baginya, pertunangan yang disebut-sebut itu terlalu merepotkan untuk dipikirkan.

"Kamu cukup pintar untuk menyadarinya. Kartu ini berisi uang sejumlah empat ratus juta. Setelah kau menerimanya, ingat baik-baik, kamu tidak boleh muncul lagi di hadapan Claire."

"Kalau tidak, kau akan benar-benar menderita!"

Setelah berkata demikian, Bianca melemparkan sebuah kartu ke arahnya dengan nada yang sangat dingin.

"Mudah sekali menghasilkan uang. Terima kasih banyak. Kebetulan aku memang butuh uang, tapi aku tidak akan menerimanya tanpa imbalan. Aku akan mengabulkan satu permintaanmu!"

Xavier tidak menolak. Dia sendiri tidak membutuhkan uang, tetapi adiknya membutuhkannya!

Dan dia tidak pernah menerima uang orang lain secara cuma-cuma, terutama dari seorang wanita!

"Mengabulkan permintaanku? Hahaha, kau pikir dirimu jin dalam lampu ajaib? Lucu sekali!"

"Hiduplah dengan baik sebagai seorang tahanan!"

Bianca sudah mendorong pintu mobil terbuka dan berkata dengan nada penuh penghinaan.

Maksudnya jelas, Xavier harus segera turun dari mobil!

Xavier tersenyum tipis, sudut bibirnya melengkung samar. Dia melirik ke arah Bianca melalui kaca spion, lalu tiba-tiba berkata sebelum turun dari mobil. "Wajahmu pucat kekuningan. Ada pembuluh darah pecah di matamu, sudut matamu berair, tubuhmu mengalami kekurangan energi dan panas dalam. Kamu juga mengalami ketidakseimbangan hormon yang parah, menstruasimu pasti sering terlambat, perut kembung, dan sering merasakan rasa pahit di mulut."

"Ambil resep yang kutuliskan ini, racik sesuai petunjuk. Efeknya akan terasa dalam sehari dan akan membaik dalam tiga hari. Tapu, penyebab utama penyakitmu adalah karena terlalu lama tidak bersama pria, kekurangan kelembapan, kurangnya sekresi hormon, kau seharusnya …"

Xavier mengingatkannya dengan serius, tetapi belum sempat ia menyelesaikan kalimatnya …

"Keluar!"

Wajah Bianca langsung berubah drastis dan dia berteriak marah pada Xavier.

"Sama-sama ..." Xavier mengangkat bahunya, melemparkan kertas resep ke kursi, lalu berbalik dan berjalan ke dalam halaman.

"Bajingan sialan, mesum, sok jadi doter! Banyak omong besar. Kamu kira aku gadis polos dan mau mengambil keuntungan dariku?"

"Hah, aku kekurangan pria? Orang-orang yang mengejarku bisa antre dari Citadel sampai Prancis!"

Saat Xavier berjalan memasuki halaman rumah, dia masih bisa mendengar suara geram dari belakang, disusul dengan deru mesin mobil yang melaju dengan kasar!

"Wanita gila!" Xavier menggelengkan kepala dan melangkah masuk ke dalam rumah, tetapi tiba-tiba tubuhnya menegang.

Zoey memeluk dadanya dengan panik, wajahnya merona, dan menundukkan kepala …

Saat itu, dia sedang mengganti pakaian dalamnya. Karena merasa tidak nyaman, dia lupa mengunci pintu!

Saat ini, dia baru saja mengenakan pakaian dalamnya, tetapi sebagian besar kulit putihnya masih terlihat terbuka!

Rasa malu yang dia rasakan bukan hanya karena keadaan dirinya, tetapi juga karena sejak kecil dia tahu bahwa Xavier, kakaknya, sebenarnya tidak memiliki hubungan darah dengannya!

Xavier pun merasa sangat canggung. Dia buru-buru memalingkan wajahnya, wajahnya seketika memerah.

"Gan … ganti bajumu dulu, nanti aku akan mengajakmu makan!"

Xavier menurunkan suaranya dan berkata lembut.

Tak lama kemudian, dia mendengar suara kecil dari adiknya yang hampir seperti dengungan nyamuk.

"Kak, aku sudah selesai ganti baju … Atau, bagaimana kalau kita pergi ke pasar sayur saja? Kita tidak usah makan di luar. Itu boros dan tidak higienis. Aku masak saja untukmu."

Zoey tiba-tiba mengusulkan.

Xavier menoleh, lalu mengangkat adiknya dari tempat tidur dan mendudukkannya di kursi roda.

"Baik, kita lakukan sesuai keinginanmu. Kakak akan menuruti kemauanmu."

Xavier tersenyum penuh kasih sayang dan berkata dengan lembut.

Namun, tanpa sengaja, matanya tertuju pada pakaian adiknya yang penuh dengan tambalan. Dadanya terasa semakin sesak.

Sepertinya adiknya telah mengalami banyak penderitaan selama beberapa tahun dia pergi.

Selain itu, Xavier masih jelas mengingat bahwa sebelum dia masuk penjara, kaki adiknya masih baik-baik saja. Bahkan Zoey masih belajar menari.

Alasan mengapa ia tidak bertanya adalah karena ia takut pertanyaannya akan terlalu menyakitkan dan melukai harga diri adiknya.

Pasar Freshmart.

Pasar itu sangat ramai. Orang-orang yang datang kebanyakan adalah warga sekitar, mayoritas dari mereka adalah orang tua.

Kaum muda jarang terlihat di sana. Tekanan pekerjaan yang tinggi dan waktu yang terbatas membuat mereka lebih suka memesan makanan cepat saji daripada memasak sendiri.

Xavier mendorong kursi roda adiknya memasuki pasar yang cukup berantakan. Lantai basah dengan genangan air di sana-sini, bercampur dengan sisik ikan dan sisa-sisa sayuran.

Para pedagang berteriak lantang menawarkan dagangan mereka.

"Sawi segar, dua ribu per ikat!"

"Daun bawang, daun bawang!"

Suara para pedagang yang berteriak menjajakan dagangannya terus-menerus terdengar di pasar. Meskipun suasananya kacau, atmosfer pasar tradisional ini memberi kesan kehidupan yang nyata dan membumi.

"Kak, Kak, tolongdorong aku ke sana!"

Zoey yang duduk di kursi roda tiba-tiba menunjuk ke sebuah lapak di kejauhan dan berseru.

Xavier mengangguk lalu mendorong kursi rodanya ke sana. Seorang nenek berambut putih yang duduk di balik lapaknya menoleh dan tersenyum ramah.

"Oh, Zoey. Mau mengambil sayur, ya? Nenek sudah menyiapkannya sejak tadi."

Sambil berbicara, nenek itu mengambil sebuah kantong yang sudah dikemas sebelumnya dari bawah meja dan menyerahkannya kepada Zoey.

Xavier awalnya tersenyum, tetapi begitu melihat isi kantong itu, ekspresinya langsung berubah terkejut!

"Terima kasih, Nenek Betty. Ini uangnya ..."

Zoey membuka kantong itu dan melihat dedaunan segar di dalamnya. Senyum puas langsung terukir di wajahnya.

Kemudian, Zoey mengeluarkan uang dua ribuan dari kantong kecil di pinggangnya dan menyerahkannya kepada Nenek Betty.

"Kamu anak yang baik dan cantik. Tapi sayang, kaki dan tanganmu sakit. Setiap hari hanya makan sayur-sayur sisa, bahkan sepotong daging pun tidak mau beli," ujar Nenek Betty dengan nada prihatin.

"Aku masih punya ikan hasil tangkapan suamiku. Kepala ikannya akan Nenek simpan, tapi bagian dagingnya Nenek kasih buatmu, supaya bisa dimasak jadi sup untuk menambah gizi."

Nenek Betty menawarkan dengan suara lembut.

Sambil berbicara, Nenek Betty mengambil sebuah kantong lagi dari bawah meja. Kantong itu berisi dua ekor ikan. Dia lalu menyerahkannya kepada Zoey.

Zoey tersenyum cerah dan mengangguk sebagai tanda terima kasih.

Semua ini disaksikan oleh Xavier.

Saat itu, dia baru menyadari bahwa selama dirinya tidak ada, adiknya selalu datang ke pasar untuk mengambil sayur-sayur sisa dan menjadikannya makanan sehari-hari.

Kesadaran itu membuat dadanya terasa sesak. Hatinya terasa nyeri seperti diremas ...

Sepuluh menit kemudian, Xavier dan Zoey sudah tiba di rumah. Xavier duduk di atas kursi kayu sambil tenggelam dalam pikirannya.

Namun, Zoey tetap bersikeras memasak untuknya. Dari kursi rodanya, ia membungkuk dan menyalakan kayu bakar di tungku.

Tak lama kemudian, dua lauk, satu sup, dan sepiring ikan telah siap di meja. Zoey menyajikannya dengan penuh semangat.

"Kak, hari ini Kakak baru saja bebas. Aku masak ikan ini untuk menyambutmu pulang dan mengusir sial. Mulai sekarang, Kakak harus menjalani hidup yang baru."

Zoey berkata dengan senyum manis sambil menyendokkan sepotong daging ikan ke dalam mangkuk Xavier.

Namun, di saat yang sama, dia sendiri malah memakan bagian kepala ikan.

Pemandangan ini seketika membawa Xavier kembali ke masa lalu. Dulu, ibu tiri mereka juga melakukan hal yang sam. Beliau memberikan bagian daging ikan kepadanya, sementara dirinya sendiri hanya makan kepala ikan.

Xavier menatap hidangan di meja, lalu menundukkan kepala.

Dia mengambil mangkuk dan sumpit, kemudian mulai makan dengan lahap.

Beberapa butir air mata jatuh dari matanya, menetes di atas meja.

Untungnya, Zoey tidak melihatnya ...

Setelah makan malam, Xavier membersihkan meja dan mulai mencuci pakaian adiknya.

Awalnya, Zoey bersikeras ingin mengerjakan semuanya sendiri, tetapi Xavier langsung menggendongnya dan meletakkannya kembali di atas kasur.

Menghadapi sikap kakaknya yang begitu dominan, Zoey hanya bisa pasrah. Namun, dalam hatinya, ia merasa sangat bahagia.

Namun, saat sedang mencuci pakaian adiknya, Xavier menyadari sesuatu. Semua pakaian dalam Zoey sudah usang dan penuh jahitan tambalan.

Saat itu juga, tangannya mengepal erat.

"Zoey, aku tidak akan membiarkanmu menderita lagi."

"Selama aku masih hidup, aku tidak akan membiarkanmu menanggung semua ini sendirian."

"Ayah dan Ibu sudah tiada, tapi aku masih ada. Aku pasti akan membuatmu menjadi putri yang paling berharga di dunia ini!"

Setelah mengatakan itu, Xavier menarik napas dalam-dalam. Doa membuka pintu dan melihat adiknya yang sudah tertidur pulas di atas tempat tidur.

Dia pun mengenakan jaketnya dan keluar rumah dengan langkah hati-hati.

Setengah jam kemudian, dia menaiki taksi menuju pusat perbelanjaan di kota dan langsung memasuki sebuah butik pakaian dalam mewah.

Saat itu, seorang pramuniaga wanita berpakaian ketat menghampirinya dengan senyum ramah.

Namun, ketika matanya meneliti pakaian sederhana yang dikenakan Xavier, senyum di wajahnya langsung menghilang.

Dia mengerutkan kening, lalu bertanya dengan nada kurang sabar, "Maaf, Tuan, apakah Anda tidak salah tempat? Ini adalah butik pakaian dalam wanita kelas atas, semua produknya dibuat khusus. Kami tidak menjual pakaian pria."

Nada bicaranya terdengar angkuh, terutama saat menyebut kata "kelas atas".

Dia seolah sengaja menekankan bahwa tempat ini bukan untuk orang seperti Xavier.

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

334