Bab 1: Naga Hebat yang Terpenjara
by Marco Lowenson
13:57,Feb 13,2025
Kota Citadel.
Penjara No. 9, Departemen Reserse.
Suara langkah sepatu hak tinggi yang menggema di lantai terdengar jelas di lorong yang remang-remang.
Xavier Donovan duduk di kursi ruang interogasi, perlahan membuka matanya.
Dengan santai, dia memutar-mutar liontin berbentuk naga yang tergantung di lehernya.
Pandangannya beralih ke arah pintu.
Tak lama kemudian ...
Dari sel-sel yang ada di kedua sisi, terdengar suara teriakan dan kegaduhan. Teriakan para tahanan dipenuhi dengan kata-kata yang tidak senonoh.
“Sial! Ada seorang wanita!”
“Demi Tuhan, dia cantik sekali.”
“Gadis ini luar biasa. Dia punya pinggang yang ramping, dada besar, dan kaki jenjang!”
“Dia pakai sepatu hak tinggi, pasti merek Valentino. Kalau pakai rok Balenciaga, dia pasti sempurna. Hahaha, sayang, ayo main sama Kakak!”
“Harum sekali ... pasti parfum Chanel ...”
“Dia sangat cantik. Aku rela mati bahagia di sampingnya.”
Berbagai ucapan menggoda terus bergema di udara. Xavier merasa semakin penasaran. Apakah wanita yang baru datang itu benar-benar seelok yang digambarkan oleh para pria tersebut?
Beberapa saat kemudian, seorang wanita tinggi dan seksi masuk ke ruangan. Dia mengenakan rok pendek dan stoking hitam yang membalut rapat kakinya.
Di belakangnya, dua pengawal yang mengenakan jas hitam berdiri tegak di kedua sisi.
Wanita itu mengambil sebuah dokumen dari tasnya, meletakkannya di atas meja, lalu duduk.
Dia menyilangkan kakinya dengan anggun dan menyalakan sebatang rokok tipis, menghisapnya dengan santai.
Wanita itu memiliki bibir merah menyala, wajah cantik dengan fitur yang halus, serta rambut panjang berwarna emas yang berkilau, memancarkan pesona yang menggoda.
“Aku adalah asisten Nona Claire Windsor. Aku datang kemari untuk membahas masalah pembatalan pertunangan.”
Nada suara wanita itu terdengar malas, seolah-olah dia adalah bangsawan yang terbiasa dengan kehidupan mewah dan nyaman. Dia memandang Xavier dengan ekspresi penuh rasa ingin tahu.
“Apa kamu sudah selesai berbicara?”
Xavier sudah menunggu selama tiga tahun, tetapi dia hanya bertemu dengan seorang wanita asing yang berbicara omong kosong!
Pembatalan pertunangan?
Xavier tak ingat gurunya pernah menyebutkan hal ini!
Dia hanya tahu bahwa seseorang akan datang mencarinya.
Reaksi Xavier yang tenang membuat wanita itu sedikit terkejut.
“Kalau kamu menyerahkan liontin naga itu, mungkin aku bisa membantumu mengajukan permohonan pembebasan bersyarat!”
Wanita itu tersenyum sinis, mematikan rokoknya, dan sedikit membungkuk ke depan. Wajahnya bahkan hampir menyentuh wajah Xavier.
Sambil berbicara, wanita itu mendorong dadanya ke depan dengan percaya diri, memperlihatkan belahan dada yang dalam dan menggoda.
Auranya yang penuh pesona begitu kuat dan sulit untuk diabaikan.
Kemudian, saat duduk, wanita itu melepas sepatu hak tingginya dan dengan sengaja menyentuh kaki Xavier. Dia mengabaikan dua pengawal di belakangnya yang tampak terkejut.
Mendengar hal itu, Xavier menundukkan kepalanya. Di lehernya tergantung liontin giok berbentuk naga. Suaranya terdengar tegas dan penuh keyakinan, “Tidak akan!”
Liontin ini adalah satu-satunya peninggalan yang diberikan gurunya dan memiliki makna yang sangat dalam!
Dulu, gurunya hanya mengatakan bahwa seseorang akan datang mencarinya. Namun, beliau tidak pernah menyuruh Xavier untuk menyerahkan liontin itu!
Liontin ini adalah kunci untuk melanjutkan Teknik Naga Surgawi yang diajarkan oleh gurunya!
Tidak ada alasan baginya untuk menyerahkan liontin tersebut ke wanita ini!
Senyum menggoda wanita langsung sirna. Matanya yang tadinya penuh daya pikat kini berubah dingin. Dengan sigap dia memakai kembali sepatu hak tingginya dan menampilkan sikap angkuh. Kemudian, dia memperingatkan dengan tegas, "Xavier, ingat siapa kamu. Kamu hanyalah seorang narapidana. Biar aku tegaskan, kamu tidak punya hak untuk menyimpan liontin itu!"
"Hah, kamu mau mengambil liontin naga ini? Bahkan melihatnya saja sudah merupakan suatu kehormatan bagimu. Mau mengambilnya? Jangan mimpi!"
“Cukup, aku tidak ingin bicara lagi!” Xavier mendengus dingin, lalu berbalik dan mulai melangkah pergi.
“Xavier, jangan jadi orang yang tidak tahu terima kasih! Seorang pria yang mengejar harta hanya akan membawa kehancuran bagi dirinya. Kamu harus paham prinsip ini!”
“Jika bukan karena liontin itu, kamu tidak akan pernah bisa keluar dari tempat ini seumur hidupmu!”
Melihat Xavier hendak pergi, wanita itu kehilangan kesabaran dan berteriak mengancam dari belakang.
Xavier berhenti sejenak saat mendengar ancaman itu. Dia menoleh sedikit, kemudian melirik wanita itu melalui jeruji besi dengan tatapan tajam.
“Jangan berbicara sembarangan. Sumpah serapahmu akan berbalik menimpa dirimu.”
“Berani bertaruh?”
Xavier berkata dengan tenang.
"Heh, apa kamu pikir kamu layak untuk bertaruh denganku?"
"Aku jadi penasaran. Dengan sikap angkuh yang kamu tunjukkan, apa yang membuatmu begitu percaya diri. Perlu diingat, kamu hanyalah seorang narapidana. Lalu, kemampuan apa yang kamu miliki?"
Wanita itu mengejek dengan sinis.
"Ayo bertaruh, hari ini aku akan keluar dari penjara ini lebih dulu dibandingkan kamu!"
"Jika aku menang, kamu harus bersiap dan menungguku di hotel."
Sebuah senyuman dingin muncul di bibir Xavier.
"Lalu, bagaimana kalau kamu kalah?" Wanita itu menggertakkan giginya, tampak sangat marah. Tak ada yang pernah berani menghina dirinya seperti ini sebelumnya.
Sialan!
Namun, dia semakin penasaran dengan sumber rasa percaya diri pria ini.
Jika wanita itu memenangkan taruhan ini, dia tidak hanya akan mendapatkan liontin itu, tetapi juga dapat menyewa seseorang untuk memberi pelajaran kepada Xavier di penjara. Kalau perlu, dia bahkan bisa membuat Xavier cacat.
"Aku tidak akan kalah ..."
Setelah mengucapkan kata-kata itu, Xavier menegakkan kepala dan melangkah pergi, menghilang dari pandangan wanita tersebut.
"Dasar berengsek! Aku ingin melihat bagaimana kamu bisa keluar dari sini hari ini!"
Dengan penuh amarah, Bianca Arden mengentakkan kakinya, lalu berbalik dan berjalan cepat menuju pintu keluar. Dia hampir saja merusak sepatu hak tingginya.
...
Xavier kembali ke selnya, berganti pakaian, kemudian keluar.
Tiga tahun telah berlalu. Sudah saatnya untuk pergi!
Perintah dari gurunya sangat jelas. Ketika seseorang datang mencarinya, itu akan menjadi hari di mana dia meninggalkan tempat ini.
Saat berjalan, para penjaga berpura-pura tidak melihatnya, membiarkannya pergi tanpa gangguan.
Ketika sampai di ujung lorong, dia tiba-tiba berhenti.
"Heh, bocah! Tua bangka itu sudah menetapkan aturan. Hanya satu dari kita yang bisa keluar lebih dulu. Aku telah berlatih denganmu selama tiga tahun. Kali ini, aku yang akan mengalahkanmu!"
Tepat pada saat itu ...
Sesosok pria bertubuh besar muncul dam mendekat ke jeruji sel.
Wajahnya yang gelap terlihat mengerikan.
Tubuhnya tegap seperti menara besi, dengan tinggi sekitar 190 cm.
Otot-ototnya tampak padat dan kokoh.
Dua rantai besi tebal membelenggu lengannya, dengan ujung rantai yang terhubung ke dinding.
Setiap gerakannya menyebabkan dinding berderak dan hampir runtuh.
Dia terlihat seperti binatang buas yang terperangkap di kandang.
Para tahanan lain, bahkan para penjaga yang lewat, merasa ketakutan oleh kehadirannya yang mengintimidasi.
Pada saat itu, Xavier berbalik sedikit dan bertatap muka dengan pria kekar tersebut.
"Tigris!"
"Apakah kamu tahu kenapa aku menunggumu sampai akhir?"
Xavier bertanya dengan tenang.
"Karena aku yang terkuat. Mereka hanya batu loncatan untukku!"
Tigris menjawab sambil memukul jeruji dengan satu tangan. Jeruji besi yang setebal ibu jari itu langsung bengkok akibat pukulan keras Tigris!
Pembuluh darah di wajahnya tampak menonjol.
Ekspresinya tampak sangat marah.
Sungguh mengerikan!
"Tidak, tidak ..."
"Karena aku menyimpanmu untuk yang terakhir. Dengan begitu, aku bisa mendapatkan sedikit hadiah sebelum pergi!"
Sembari berbicara ...
Xavier mundur sedikit, mengulurkan tangannya, dan mengepalkan jarinya.
Dia jelas-jelas memprovokasi lawannya!
"Hahaha!"
"Tua bangka itu hanya mengajarkanmu beberapa teknik pemulihan dan keterampilan bertarung dasar. Paling-paling, teknik itu hanya untuk meregangkan sendi orang tua saja."
"Ketika berbicara tentang teknik membunuh yang sebenarnya, semua jurusmu itu tidak ada artinya!"
Suara Tigris menggema bagaikan petir.
Suaranya bahkan bergema keras di sepanjang lorong.
Dia mengulurkan kedua tangannya, menggenggam jeruji dengan kuat, lalu menariknya dengan sekuat tenaga!
"Krak!"
Jeruji itu terlepas!
Tubuh raksasa Tigris melesat keluar dari sel!
Dia tampak seperti harimau yang dibebaskan dari kandangnya!
Aura yang terpancar darinya begitu buas dan mengerikan!
Kekuatannya membuat siapa pun yang berada di dekatnya merasakan ketakutan yang mendalam!
Bahkan rantai besi yang mengikat pergelangan tangannya yang kekar tidak dapat menahannya. Dengan tenaga dalamnya, dia memelintir rantai itu menjadi simpul dan melilitkannya di sekitar lengannya!
Xavier tersenyum dingin dan tiba-tiba berbalik, bergerak dengan kecepatan yang hampir tidak terlihat!
"Bum!"
Seperti sebuah peluru, Xavier menghantam Tigris dan membuatnya terlempar kembali ke dalam sel!
Yang terdengar selanjutnya adalah teriakan-teriakan kesakitan dan permohonan ampun!
"Ah!"
"Krak!"
"Ah, berhenti, berhenti! Aku menyerah!"
"Tolong! Dia akan membunuhku ..."
Di balik dinginnya sel penjara, seorang pria dengan tubuh ramping melempar lawannya yang kekar ke dinding batu. Dia bahkan melakukannya berulang kali.
Suara tulang yang patah terus terdengar.
Darah telah menggenang dan menggumpal di lantai.
Sepuluh menit kemudian ...
Xavier mengusap tangannya dengan tenang, keluar dari sel, dan langsung menuju pintu keluar!
Penjara No. 9, Departemen Reserse.
Suara langkah sepatu hak tinggi yang menggema di lantai terdengar jelas di lorong yang remang-remang.
Xavier Donovan duduk di kursi ruang interogasi, perlahan membuka matanya.
Dengan santai, dia memutar-mutar liontin berbentuk naga yang tergantung di lehernya.
Pandangannya beralih ke arah pintu.
Tak lama kemudian ...
Dari sel-sel yang ada di kedua sisi, terdengar suara teriakan dan kegaduhan. Teriakan para tahanan dipenuhi dengan kata-kata yang tidak senonoh.
“Sial! Ada seorang wanita!”
“Demi Tuhan, dia cantik sekali.”
“Gadis ini luar biasa. Dia punya pinggang yang ramping, dada besar, dan kaki jenjang!”
“Dia pakai sepatu hak tinggi, pasti merek Valentino. Kalau pakai rok Balenciaga, dia pasti sempurna. Hahaha, sayang, ayo main sama Kakak!”
“Harum sekali ... pasti parfum Chanel ...”
“Dia sangat cantik. Aku rela mati bahagia di sampingnya.”
Berbagai ucapan menggoda terus bergema di udara. Xavier merasa semakin penasaran. Apakah wanita yang baru datang itu benar-benar seelok yang digambarkan oleh para pria tersebut?
Beberapa saat kemudian, seorang wanita tinggi dan seksi masuk ke ruangan. Dia mengenakan rok pendek dan stoking hitam yang membalut rapat kakinya.
Di belakangnya, dua pengawal yang mengenakan jas hitam berdiri tegak di kedua sisi.
Wanita itu mengambil sebuah dokumen dari tasnya, meletakkannya di atas meja, lalu duduk.
Dia menyilangkan kakinya dengan anggun dan menyalakan sebatang rokok tipis, menghisapnya dengan santai.
Wanita itu memiliki bibir merah menyala, wajah cantik dengan fitur yang halus, serta rambut panjang berwarna emas yang berkilau, memancarkan pesona yang menggoda.
“Aku adalah asisten Nona Claire Windsor. Aku datang kemari untuk membahas masalah pembatalan pertunangan.”
Nada suara wanita itu terdengar malas, seolah-olah dia adalah bangsawan yang terbiasa dengan kehidupan mewah dan nyaman. Dia memandang Xavier dengan ekspresi penuh rasa ingin tahu.
“Apa kamu sudah selesai berbicara?”
Xavier sudah menunggu selama tiga tahun, tetapi dia hanya bertemu dengan seorang wanita asing yang berbicara omong kosong!
Pembatalan pertunangan?
Xavier tak ingat gurunya pernah menyebutkan hal ini!
Dia hanya tahu bahwa seseorang akan datang mencarinya.
Reaksi Xavier yang tenang membuat wanita itu sedikit terkejut.
“Kalau kamu menyerahkan liontin naga itu, mungkin aku bisa membantumu mengajukan permohonan pembebasan bersyarat!”
Wanita itu tersenyum sinis, mematikan rokoknya, dan sedikit membungkuk ke depan. Wajahnya bahkan hampir menyentuh wajah Xavier.
Sambil berbicara, wanita itu mendorong dadanya ke depan dengan percaya diri, memperlihatkan belahan dada yang dalam dan menggoda.
Auranya yang penuh pesona begitu kuat dan sulit untuk diabaikan.
Kemudian, saat duduk, wanita itu melepas sepatu hak tingginya dan dengan sengaja menyentuh kaki Xavier. Dia mengabaikan dua pengawal di belakangnya yang tampak terkejut.
Mendengar hal itu, Xavier menundukkan kepalanya. Di lehernya tergantung liontin giok berbentuk naga. Suaranya terdengar tegas dan penuh keyakinan, “Tidak akan!”
Liontin ini adalah satu-satunya peninggalan yang diberikan gurunya dan memiliki makna yang sangat dalam!
Dulu, gurunya hanya mengatakan bahwa seseorang akan datang mencarinya. Namun, beliau tidak pernah menyuruh Xavier untuk menyerahkan liontin itu!
Liontin ini adalah kunci untuk melanjutkan Teknik Naga Surgawi yang diajarkan oleh gurunya!
Tidak ada alasan baginya untuk menyerahkan liontin tersebut ke wanita ini!
Senyum menggoda wanita langsung sirna. Matanya yang tadinya penuh daya pikat kini berubah dingin. Dengan sigap dia memakai kembali sepatu hak tingginya dan menampilkan sikap angkuh. Kemudian, dia memperingatkan dengan tegas, "Xavier, ingat siapa kamu. Kamu hanyalah seorang narapidana. Biar aku tegaskan, kamu tidak punya hak untuk menyimpan liontin itu!"
"Hah, kamu mau mengambil liontin naga ini? Bahkan melihatnya saja sudah merupakan suatu kehormatan bagimu. Mau mengambilnya? Jangan mimpi!"
“Cukup, aku tidak ingin bicara lagi!” Xavier mendengus dingin, lalu berbalik dan mulai melangkah pergi.
“Xavier, jangan jadi orang yang tidak tahu terima kasih! Seorang pria yang mengejar harta hanya akan membawa kehancuran bagi dirinya. Kamu harus paham prinsip ini!”
“Jika bukan karena liontin itu, kamu tidak akan pernah bisa keluar dari tempat ini seumur hidupmu!”
Melihat Xavier hendak pergi, wanita itu kehilangan kesabaran dan berteriak mengancam dari belakang.
Xavier berhenti sejenak saat mendengar ancaman itu. Dia menoleh sedikit, kemudian melirik wanita itu melalui jeruji besi dengan tatapan tajam.
“Jangan berbicara sembarangan. Sumpah serapahmu akan berbalik menimpa dirimu.”
“Berani bertaruh?”
Xavier berkata dengan tenang.
"Heh, apa kamu pikir kamu layak untuk bertaruh denganku?"
"Aku jadi penasaran. Dengan sikap angkuh yang kamu tunjukkan, apa yang membuatmu begitu percaya diri. Perlu diingat, kamu hanyalah seorang narapidana. Lalu, kemampuan apa yang kamu miliki?"
Wanita itu mengejek dengan sinis.
"Ayo bertaruh, hari ini aku akan keluar dari penjara ini lebih dulu dibandingkan kamu!"
"Jika aku menang, kamu harus bersiap dan menungguku di hotel."
Sebuah senyuman dingin muncul di bibir Xavier.
"Lalu, bagaimana kalau kamu kalah?" Wanita itu menggertakkan giginya, tampak sangat marah. Tak ada yang pernah berani menghina dirinya seperti ini sebelumnya.
Sialan!
Namun, dia semakin penasaran dengan sumber rasa percaya diri pria ini.
Jika wanita itu memenangkan taruhan ini, dia tidak hanya akan mendapatkan liontin itu, tetapi juga dapat menyewa seseorang untuk memberi pelajaran kepada Xavier di penjara. Kalau perlu, dia bahkan bisa membuat Xavier cacat.
"Aku tidak akan kalah ..."
Setelah mengucapkan kata-kata itu, Xavier menegakkan kepala dan melangkah pergi, menghilang dari pandangan wanita tersebut.
"Dasar berengsek! Aku ingin melihat bagaimana kamu bisa keluar dari sini hari ini!"
Dengan penuh amarah, Bianca Arden mengentakkan kakinya, lalu berbalik dan berjalan cepat menuju pintu keluar. Dia hampir saja merusak sepatu hak tingginya.
...
Xavier kembali ke selnya, berganti pakaian, kemudian keluar.
Tiga tahun telah berlalu. Sudah saatnya untuk pergi!
Perintah dari gurunya sangat jelas. Ketika seseorang datang mencarinya, itu akan menjadi hari di mana dia meninggalkan tempat ini.
Saat berjalan, para penjaga berpura-pura tidak melihatnya, membiarkannya pergi tanpa gangguan.
Ketika sampai di ujung lorong, dia tiba-tiba berhenti.
"Heh, bocah! Tua bangka itu sudah menetapkan aturan. Hanya satu dari kita yang bisa keluar lebih dulu. Aku telah berlatih denganmu selama tiga tahun. Kali ini, aku yang akan mengalahkanmu!"
Tepat pada saat itu ...
Sesosok pria bertubuh besar muncul dam mendekat ke jeruji sel.
Wajahnya yang gelap terlihat mengerikan.
Tubuhnya tegap seperti menara besi, dengan tinggi sekitar 190 cm.
Otot-ototnya tampak padat dan kokoh.
Dua rantai besi tebal membelenggu lengannya, dengan ujung rantai yang terhubung ke dinding.
Setiap gerakannya menyebabkan dinding berderak dan hampir runtuh.
Dia terlihat seperti binatang buas yang terperangkap di kandang.
Para tahanan lain, bahkan para penjaga yang lewat, merasa ketakutan oleh kehadirannya yang mengintimidasi.
Pada saat itu, Xavier berbalik sedikit dan bertatap muka dengan pria kekar tersebut.
"Tigris!"
"Apakah kamu tahu kenapa aku menunggumu sampai akhir?"
Xavier bertanya dengan tenang.
"Karena aku yang terkuat. Mereka hanya batu loncatan untukku!"
Tigris menjawab sambil memukul jeruji dengan satu tangan. Jeruji besi yang setebal ibu jari itu langsung bengkok akibat pukulan keras Tigris!
Pembuluh darah di wajahnya tampak menonjol.
Ekspresinya tampak sangat marah.
Sungguh mengerikan!
"Tidak, tidak ..."
"Karena aku menyimpanmu untuk yang terakhir. Dengan begitu, aku bisa mendapatkan sedikit hadiah sebelum pergi!"
Sembari berbicara ...
Xavier mundur sedikit, mengulurkan tangannya, dan mengepalkan jarinya.
Dia jelas-jelas memprovokasi lawannya!
"Hahaha!"
"Tua bangka itu hanya mengajarkanmu beberapa teknik pemulihan dan keterampilan bertarung dasar. Paling-paling, teknik itu hanya untuk meregangkan sendi orang tua saja."
"Ketika berbicara tentang teknik membunuh yang sebenarnya, semua jurusmu itu tidak ada artinya!"
Suara Tigris menggema bagaikan petir.
Suaranya bahkan bergema keras di sepanjang lorong.
Dia mengulurkan kedua tangannya, menggenggam jeruji dengan kuat, lalu menariknya dengan sekuat tenaga!
"Krak!"
Jeruji itu terlepas!
Tubuh raksasa Tigris melesat keluar dari sel!
Dia tampak seperti harimau yang dibebaskan dari kandangnya!
Aura yang terpancar darinya begitu buas dan mengerikan!
Kekuatannya membuat siapa pun yang berada di dekatnya merasakan ketakutan yang mendalam!
Bahkan rantai besi yang mengikat pergelangan tangannya yang kekar tidak dapat menahannya. Dengan tenaga dalamnya, dia memelintir rantai itu menjadi simpul dan melilitkannya di sekitar lengannya!
Xavier tersenyum dingin dan tiba-tiba berbalik, bergerak dengan kecepatan yang hampir tidak terlihat!
"Bum!"
Seperti sebuah peluru, Xavier menghantam Tigris dan membuatnya terlempar kembali ke dalam sel!
Yang terdengar selanjutnya adalah teriakan-teriakan kesakitan dan permohonan ampun!
"Ah!"
"Krak!"
"Ah, berhenti, berhenti! Aku menyerah!"
"Tolong! Dia akan membunuhku ..."
Di balik dinginnya sel penjara, seorang pria dengan tubuh ramping melempar lawannya yang kekar ke dinding batu. Dia bahkan melakukannya berulang kali.
Suara tulang yang patah terus terdengar.
Darah telah menggenang dan menggumpal di lantai.
Sepuluh menit kemudian ...
Xavier mengusap tangannya dengan tenang, keluar dari sel, dan langsung menuju pintu keluar!
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved