Bab 3: Habisi Mereka!

by Marco Lowenson 13:57,Feb 13,2025
"Aku sudah selesai, giliran kalian!"

Caleb menjilat bibirnya, wajahnya memerah karena kegirangan. Mendengar perintah itu, dua pria berbadan kekar pun ikut menjilat bibir, tampak tak sabar untuk bertindak.

Saat Caleb mengulurkan tangannya dan hendak menyentuh dada Zoey ...

Brak!

Pintu ruangan VIP itu hancur!

Semua orang tersentak kaget.

Di ambang pintu, berdiri sosok berbalut bayangan hitam, bagaikan iblis yang baru merangkak keluar dari dasar neraka. Siluetnya memancarkan hawa dingin yang mencekam.

Refleks, semua orang menoleh.

"Sialan! Siapa bajingan yang berani mengganggu kesenanganku?" Caleb mengumpat.

Lina, yang tengah duduk di sofa, seketika memucat ketakutan saat melihat sosok yang baru saja melangkah masuk. Wajah itu sangat familiar!

"Xavier!"

Dia menjerit kaget.

Caleb pun langsung menghentikan gerakannya. Dia berbalik dengan cepat dan mendapati Xavier berjalan masuk dengan ekspresi dingin yang menusuk.

"Hei, si tahanan akhirnya keluar! Pria bodoh ini akhirnya bebas!"

"Hahaha, dasar pecundang! Kau pasti sudah mendengar segalanya dari dalam, bukan? Wanita yang kau sayangi naik ke ranjangku hanya tiga hari setelah kau dijebloskan ke dalam penjara!"

"Aku tidak menyangka, seorang pecundang sepertimu bisa keluar lebih cepat dari yang kuduga!"

Caleb menyilangkan tangan di dada, matanya penuh ejekan.

Xavier tidak berkata apa pun. Tatapannya langsung jatuh pada sosok Zoey yang terbaring di lantai.

Saat itu juga ...

Amarah Xavier meledak. Matanya memerah, dipenuhi amarah yang menggelegak.

Dia nyaris tidak bisa mengendalikan dirinya sendiri.

"Kakak ... apa itu kamu? Kakak, tolong aku ... tolong aku ..."

Mendengar nama Xavier disebut, Zoey yang tadinya hampir putus asa pun tersadar. Dengan susah payah, dia membuka matanya.

Saat melihat Xavier berdiri di hadapannya, senyum tipis pun terukir di wajahnya.

Senyuman yang begitu memilukan!

"Hahaha! Xavier, kamu bisu, ya?"

"Kenapa diam saja? Lihat adik perempuanmu baik-baik. Dia terlihat menyedihkan, 'kan? Tapi tenang saja, aku akan memuaskannya dengan baik ... di depan matamu!"

"Kawan-kawan, tahan dia! Paksa dia menonton! Acara ini terlalu sayang untuk dilewatkan oleh seorang kakak!"

Sebuah rencana keji pun melintas dalam pikiran Caleb.

Dia tertawa seperti orang gila.

Begitu kata-kata itu keluar, empat atau lima pria bertubuh kekar langsung menggulung lengan baju mereka dan berjalan mendekati Xavier dengan niat jahat.

"Heh!" Xavier menyeringai dingin, napasnya mengembuskan udara es yang menusuk.

Hawa kematian tampak nyata di udara!

Dia tampak seperti Dewa Kematian dari Neraka!

Saat dia mendongak, tatapan dinginnya langsung membuat para pria kekar itu gemetar dan enggan melangkah maju.

Namun ...

Xavier bergerak secepat kilat, bagaikan petir yang meledak!

"Mati kalian semua!"

Suaranya yang keras mengguncang ruangan.

Seperti harimau yang baru keluar dari sangkar, Xavier melayangkan pukulan telak! Dua pria yang berdiri di depannya terhempas jauh!

"Buk, buk, buk!"

"Krak, krak, krak!"

Tulang-tulang remuk seketika!

Darah memercik ke udara!

Dua pria lain yang tersisa berdiri terpaku, tubuh mereka sudah gemetar ketakutan.

Dalam hitungan detik …

Xavier melayangkan tendangan memutar. Hidung dua pria itu patah seketika. Tubuh mereka berputar dua kali di udara sebelum akhirnya jatuh tersungkur di lantai, tak diketahui apakah mereka masih hidup atau tidak.

Semua terjadi begitu cepat!

Seolah hanya sepersekian detik.

Lima pria tangguh, empat telah tumbang, dan satu-satunya yang tersisa langsung berlutut, tubuhnya gemetar hebat!

Xavier lalu berbalik, melangkah secepat bayangan, dan tiba-tiba sudah berada di hadapan Caleb yang belum sempat bereaksi!

Caleb terkejut dan mundur ketakutan. Akan tetapi, Xavier langsung membungkuk, hingga wajah mereka nyaris bersentuhan.

Dingin dari napas Xavier menyapu wajahnya.

"Kalau kamu berani menyentuh adikku, aku akan membantai seluruh keluargamu!"

"Dan sekarang, aku akan membuatmu menyesal pernah lahir ke dunia ini!"

Kata-kata Xavier terdengar bak vonis kematian yang telah ditentukan.

Caleb tak sanggup menahan tekanan yang begitu luar biasa. Tubuhnya jatuh terduduk, keringat dingin membanjiri seluruh tubuhnya.

Krak!

Xavier menginjakkan kakinya dengan keras ke kaki Caleb, menghancurkan tulangnya.

"Aaaahhh!"

Caleb menjerit seperti hewan yang disembelih, tubuhnya meringkuk kesakitan.

Namun, sebelum dia sempat mengeluarkan kata-kata lain, kaki Xavier kembali menghantam wajahnya.

Satu kali. Dua kali. Tiga kali.

Caleb akhirnya terkapar. Darah bercucuran, tubuhnya hancur berantakan.

Bahkan setelah dia mati, Xavier terus menghancurkan setiap tulang di tubuh Caleb.

"Ah!"

"Ada pembunuhan, ada pembunuhan!"

Saat itu, Lina yang masih di sofa baru sadar dan berusaha melarikan diri.

Namun, mata Xavier berkilat. Dia meraih meja kopi dan melemparkannya!

"Brak!"

"Krak!"

"Pyar!"

Kaca pecah, meja hancur, dan Lina terjatuh. Darah mengalir dari mulutnya, tubuhnya bergetar ketakutan.

Xavier melangkah mendekat, menarik rambutnya dengan kasar.

"Xavier ... Aku salah, aku masih mencintaimu! Caleb yang mengancamku! Aku tidak berani melawan!"

"Tolong ... jangan bunuh aku! Aku mohon!"

"Zoey, bagaimanapun, aku sempat menjadi kakak ipar ..."

Namun, tanpa memberi kesempatan, Xavier menghantamkan kepala Lina ke lantai.

Dalam sekejap ...

Nyawa Lina pun melayang.

Hanya tersisa satu pria yang masih hidup. Ia sudah kehilangan akal sehatnya, berteriak seperti orang gila!

Xavier mengabaikannya. Dia mendekati Zoey, melepas jasnya, lalu menyelimutinya. Dengan lembut, dia mengangkat tubuh Zoey ke dalam pelukan.

"Jangan takut, Zoey. Kakak ... akan membawamu pulang!" Saat itu, air mata Xavier jatuh.

Zoey sudah menangis tersedu-sedu.

"Kakak, dasar bodoh! Kenapa kamu baru datang sekarang?!"

"Ayah, Ibu ... huhuhu!" Zoey memukul lemah dada Xavier.

Xavier menarik napas panjang, mengangkat kepalanya, dan berjalan keluar dengan adiknya dalam pelukan.

...

Malam itu …

Di hadapan sebuah nisan baru di pemakaman pinggiran Kota Citadel.

Xavier berlutut dan meletakkan seikat bunga segar.

Nama ayah dan ibu angkatnya terukir di sana.

Dia tak pernah menyangka bahwa saat dia bebas dari penjara, orang tuanya justru telah tiada ...

"Ayah, Ibu ... meskipun kita tidak memiliki hubungan darah …"

"Tapi kalian telah membesarkanku, dan kasih sayang yang kalian berikan lebih kuat daripada ikatan darah. Zoey memiliki aku untuk menjaganya, jadi kalian berdua dapat tenang di alam sana …"

Xavier bersimpuh di depan nisan dan menaburkan bunga segar.

Setiap kali dahinya menyentuh tanah, dia seakan bisa mendengar suara lembut ibu angkatnya yang penuh kasih sayang, serta nada tegas ayah angkatnya.

Mereka benar-benar menganggapnya sebagai anak sendiri ...

Namun, kematian mereka tidak sesederhana itu!

Mereka dijatuhkan dari atap proyek konstruksi!

Meskipun pihak berwenang telah menutup kasus ini, menurut keterangan Zoey, semua ini terjadi karena sengketa penggusuran rumah lama mereka!

Ada sekelompok orang yang mengincar rumah itu.

Mereka ingin merebutnya secara paksa. Kedua orang tuanya sebenarnya tidak terlalu peduli dengan rumah itu, tapi mereka khawatir jika rumah lama itu hilang, Xavier tidak akan bisa menemukan tempat untuk pulang ...

Pada saat itu, Xavier mengangkat kepalanya, tatapan matanya dipenuhi kemarahan yang membara.

Telinganya menangkap suara langkah kaki di belakangnya.

"Kak Leo, itu dia! Bajingan itu sudah kembali!"

Terdengar teriakan penuh kebencian.

Xavier segera berbalik dan mendapati sekelompok preman berjalan mendekatinya dengan golok di tangan!

Pemimpin mereka adalah pria bertubuh kekar dengan tato ombak berdarah di dadanya. Aura yang dia pancarkan jelas menunjukkan bahwa dia berasal dari dunia bawah.

Orang biasa pasti akan gemetar ketakutan melihatnya!

"Jadi kamu yang namanya Xavier? Anak pungut dari dua orang tua sialan itu, ya?"

"Mereka sudah mati, dan sekarang giliranmu. Kudengar kamu baru keluar dari penjara. Apa kabar? Ada yang melindungimu di dalam, ya?"

Pria bernama Leo itu berbicara sambil mengorek hidung dengan ekspresi meremehkan.

Di belakangnya, lebih dari tiga puluh preman bertato berdiri dengan tatapan garang, mengeluarkan aura yang menakutkan!

Salah satu dari mereka bahkan berdiri di depan makam, membuka celananya seolah hendak buang air kecil, sambil bersiul dengan sikap kurang ajar!

Melihat itu, raut wajah Xavier berubah muram. Tatapan dinginnya menusuk seperti belati, membuat udara di sekitarnya terasa membeku!

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

334