Bab 6 Siapa Kau Memangnya
by Starry Nights
13:22,Jan 19,2024
Wanita tua ini.
Mana mungkin Gilbert bisa melupakan dirinya?
Di kehidupan sebelumnya, Nenek Bisu memintanya untuk menghadiri pesta ulang tahun Nyonya Besar Goro, tapi Nyonya Besar Goro merasa jijik padahnya, sehingga orang-orang mengusir Nenek Bisu, yang akhirnya patah kakinya.
Kemudian, Alice bahkan memerintahkan satpam untuk melempar Nenek Bisu ke dalam tong sampah.
Karena itu adalah musim dingin, tubuh Nenek Bisu sangat tidak sehat setelah terjatuh dan patah kakinya, dan pada malam itu, Nenek Bisu demam tinggi, lalu meninggal keesokan harinya.
Benar, mati karena peristiwa kecil itu.
Hanya karena, karena ia datang, dan Nyonya Besar merasa jijik.
Ironisnya, Keluarga Goro tidak merasa bersalah atau menyesal atas kematian Nenek Bisu, malah mereka merasa itu adalah keberuntungan.
Pada saat itu, Gilbert hanya bisa meratapi kematian Nenek Bisu.
Kalau bukan karena kemunculan Cynthia.
Nasibnya mungkin tidak akan jauh berbeda.
Memikirkan masa lalu, hati Gilbert tak bisa menahan rasa kesal.
Beruntungnya, ia hidup kembali.
Kejadian yang terjadi di kehidupan sebelumnya.
Ia tak akan pernah membiarkan itu terjadi lagi.
"Memangnya kenapa kalau aku?" Gilbert membuka suara, menatap Nyonya Besar Goro dengan penuh tantangan.
"Lancak, beraninya kau berbicara dengan seperti itu pada Nyonya Besar?"
"Anak tidak beradab, apa kau tahu arti menghormati orang tua?"
Segera, ada dua orang yang memarahinya.
Kedua orang itu, satu adalah ayah Alice, Tora Goro.
Yang lainnya adalah bibi Alice, Moon Yan.
"Siapa memangnya kalian?" Gilbert melihat kedua orang itu dengan dingin.
"Kau..."
Kedua orang itu begitu marah sehingga seluruh tubuh mereka gemetaran, menunjuk Gilbert tanpa dapat berkata-kata.
"Aku apa?" Gilbert melangkah maju, mendekati Moon, tanpa menunggu reaksinya, ia langsung menamparnya.
"Pfft.", beberapa gigi Moon terlepas, tulang pipinya hampir patah, wajahnya langsung membengkak, ada garis-garis darah yang keluar.
"Kalau kau berani berkata satu kata lagi, aku akan membunuhmu, percaya atau tidak?"
Gilbert memandangi Moon dengan mata dingin, mengeluarkan kata-kata berbau pembunuh.
Moon, setelah melihat tatapan Gilbert, langsung merinding, kata-kata yang ingin ia ucapkan kembali ditelannya.
"Dasar orang tua, kau pikir kau siapa, memangnya kenapa kalau aku memukuli orang-orang Keluarga Goro? Aku bahkan berani membunuhmu, kau percaya tidak?" Gilbert membalikkan badannya, menatap Nyonya Besar Goro.
Pada saat ini, wajah Nyonya Besar Goro sangat pucat, sekujur tubuhnya gemetar an.
"Tak tahu malu, tak tahu malu, benar-benar tak tahu malu, aku berdiri di sini, serang aku kalau berani." Nyonya Besar kesal sampai ke titik maksimal.
Dalam sejarah ini, belum ada yang berani berbicara seperti ini padanya, apalagi di hadapan banyak tamu?
"Brak!"
Gilbert tak akan bersikap sungkan, dengan satu tendangan ia menendang Nyonya Besar Goro, yang langsung terbang keluar.
Kali ini, Keluarga Goro semakin marah, walaupun mereka tahu bahwa mereka tak sebanding dengan Gilbert, tapi semangat kebanggaan mereka masih membuat mereka menyerang, ingin membalas dendam untuk Nyonya Besar Goro.
Tetapi, tanpa membutuhkan waktu lama, semua orang terbaring di tanah, menderita.
Melihat hal itu, para tamu di sekitarnya menarik nafas dingin.
Sombong sekali.
Gilbert sungguh sangat sombong.
Ia tidak benar-benar menganggap Keluarga Goro di matanya!
Nyonya Besar Goro, yang masih terbaring di tanah, merasa sangat marah dan sampai hampir pingsan.
Keluarga Goro yang masih berdiri, hanya tersisa Alice dan Lany.
Keuda orang itu pergi membopong Nyonya Besar.
"Segera lapor polisi, tangkap penjahat yang tak tahu malu ini!" teruak Nyonya Besar dengan keras.
Langsung ada orang yang tersarad, dan mengeluarkan handphone-nya untuk menelepon.
Gilbert tak menghentikannya.
"Orang itu terlalu berlebihan, ya?" Seseorang berbisik pelan.
"Benar, orang tua seumur itu bahkan berani ia pukuli, benar-benar kejam!"
"Keluarga Goro ini benar-benar memelihara anak yang lupa daratan!"
Banyak orang di sekitar.
Tentu saja, mereka tidak takut jika Gilbert mengancam mereka, tapi tindakan Gilbert terhadap Nyonya Besar Goro telah memicu kemarahan banyak orang.
Bagaimanapun, tak seharusnya ia menyerang seorang wanita tua berusia delapan puluh tahun.
Terhadap hal ini, Gilbert bahkan tak memberikan penjelasan.
"Serahkan resep itu!" Ia menyuarakan kekesalannya.
Kalau benar-benar ada orang berwenang datang.
Ini adalah masalah yang tak kecil baginya.
Kalau Keluarga Goro melibatkan diri, ia mungkin akan menerima perlakuan yang tidak adil.
Walaupun dirinya tidak takut.
Tapi kakeknya baru saja meninggal.
Kalau ia tak kembali untuk memberi penghormatan terakhir pada orang tua, ia mungkin akan merasa tidak nyaman seumur hidupnya.
"Resep rahasia apa, kami tidak tahu sama sekali, Gilbert, hatimu begitu kejam!" kata Alice, walaupun ia takut pada Gilbert, tidak berarti ia akan menyerah.
Pada saat ini, tatapannya pada Gilbert penuh dengan kebencian.
Keluarganya.
Telah diserang oleh Gilbert.
Bahkan neneknya juga dipukul.
Ini adalah aib besar bagi Keluarga Goro.
Terlebih lagi, kata-kata fitnah Gilbert sebelumnya membuatnya ingin memecah-mecahkan tubuhnya menjadi sejuta potongan.
Kejam?
Gilbert tiba-tiba tersenyum.
"Alice, aku tahu kau pasti sangat membenci diriku sekarang, tapi, memangnya kenapa? Kalau kau ingin resep rahasia itu, kau bisa meminta secara terhormat kepada kakekku, atau bahkan membelinya. Kenapa harus menjebakku? Membuat kakiku patah, menggunakan pernikahan kita untuk menipu kakekku?"
"Haha, dan sekarang resep rahasia itu sudah kau dapatkan!"
"Dan sekarang kau berencana untuk menendangku keluar, kan?"
"Aku tak ingin membuang-buang waktu berbicara dengan kalian, kalau kalian tidak menyerahkan resep rahasia itu, aku akan mematahkan kakimu dan membuatmu merasakan bagaimana rasanya hidup tidak sebanding dengan mati!" Mata Gilbert penuh dengan dinginnya sinar tajam.
Guru Pedang Tanpa Batas.
Selalu berbicara dan bertindak sesuai dengan kata-katanya.
Kalau Keluarga Alice tidak mau menyerahkan resep rahasianya.
Ia pasti akan mematahkan kedua kaki Alice.
Walaupun itu berarti dia akan ditangkap.
Itu tidak akan menghentikannya.
Entah mengapa.
Alice ketakutan.
Dia menatap mata Gilbert.
Dingin.
Keji.
Tak ada emosi.
Memandangi mereka, seperti memandangi semut di tanah.
Hanya saja, kalau ia menyerahkan resep rahasia itu, bukankah itu berarti ia mengakui bahwa semua yang dikatakan oleh Gilbert sebelumnya adalah benar?
Apakah Keluarga Goro bisa melanjutkan hidup mereka di Kota Wulan setelah itu terjadi?
Di saat itu, tak jauh dari sana, terdengar suara sirine.
Hal itu membuat Alice berbinar dan kembali merasa percaya diri, "Tidak ada resep rahasia, kalau ada, patahkan saja kakiku!"
Dahi Gilbert sedikit berkerut.
Kelihatannya, kali ini resep rahasia itu tak bisa minta kembali.
Sejujurnya, dia tak terlalu peduli tentang resep rahasia itu.
Hanya saja, itu milik kakeknya, dan ia tidak ingin memberi keuntungan pada Keluarga Goro.
Namun, sejak ada orang berwenang datang, jika dia terus tinggal, mungkin akan ada banyak masalah.
"Alice, Nyonya Besar Goro, Keluarga Goro, dengarkan baik-baik!" Gilbert membalikkan badannya dan berjalan ke arah yang jauh, suaranya seolah-olah datang dari langit kesembilan, "Ketidakadilan hari ini belum selesai, suatu hari, kalian akan membayar harga untuk perbuatan-perbuatan masa lalu!"
Ketika dia selesai berbicara, dia tiba-tiba mempercepat langkahnya dan menghilang di tikungan yang tidak jauh.
Nenek Bisu hanya mematung.
Kemudian ia juga pergi.
Keonaran itu akhirnya berakhir seiring dengan perginya Gilbert dari tempat itu.
Mana mungkin Gilbert bisa melupakan dirinya?
Di kehidupan sebelumnya, Nenek Bisu memintanya untuk menghadiri pesta ulang tahun Nyonya Besar Goro, tapi Nyonya Besar Goro merasa jijik padahnya, sehingga orang-orang mengusir Nenek Bisu, yang akhirnya patah kakinya.
Kemudian, Alice bahkan memerintahkan satpam untuk melempar Nenek Bisu ke dalam tong sampah.
Karena itu adalah musim dingin, tubuh Nenek Bisu sangat tidak sehat setelah terjatuh dan patah kakinya, dan pada malam itu, Nenek Bisu demam tinggi, lalu meninggal keesokan harinya.
Benar, mati karena peristiwa kecil itu.
Hanya karena, karena ia datang, dan Nyonya Besar merasa jijik.
Ironisnya, Keluarga Goro tidak merasa bersalah atau menyesal atas kematian Nenek Bisu, malah mereka merasa itu adalah keberuntungan.
Pada saat itu, Gilbert hanya bisa meratapi kematian Nenek Bisu.
Kalau bukan karena kemunculan Cynthia.
Nasibnya mungkin tidak akan jauh berbeda.
Memikirkan masa lalu, hati Gilbert tak bisa menahan rasa kesal.
Beruntungnya, ia hidup kembali.
Kejadian yang terjadi di kehidupan sebelumnya.
Ia tak akan pernah membiarkan itu terjadi lagi.
"Memangnya kenapa kalau aku?" Gilbert membuka suara, menatap Nyonya Besar Goro dengan penuh tantangan.
"Lancak, beraninya kau berbicara dengan seperti itu pada Nyonya Besar?"
"Anak tidak beradab, apa kau tahu arti menghormati orang tua?"
Segera, ada dua orang yang memarahinya.
Kedua orang itu, satu adalah ayah Alice, Tora Goro.
Yang lainnya adalah bibi Alice, Moon Yan.
"Siapa memangnya kalian?" Gilbert melihat kedua orang itu dengan dingin.
"Kau..."
Kedua orang itu begitu marah sehingga seluruh tubuh mereka gemetaran, menunjuk Gilbert tanpa dapat berkata-kata.
"Aku apa?" Gilbert melangkah maju, mendekati Moon, tanpa menunggu reaksinya, ia langsung menamparnya.
"Pfft.", beberapa gigi Moon terlepas, tulang pipinya hampir patah, wajahnya langsung membengkak, ada garis-garis darah yang keluar.
"Kalau kau berani berkata satu kata lagi, aku akan membunuhmu, percaya atau tidak?"
Gilbert memandangi Moon dengan mata dingin, mengeluarkan kata-kata berbau pembunuh.
Moon, setelah melihat tatapan Gilbert, langsung merinding, kata-kata yang ingin ia ucapkan kembali ditelannya.
"Dasar orang tua, kau pikir kau siapa, memangnya kenapa kalau aku memukuli orang-orang Keluarga Goro? Aku bahkan berani membunuhmu, kau percaya tidak?" Gilbert membalikkan badannya, menatap Nyonya Besar Goro.
Pada saat ini, wajah Nyonya Besar Goro sangat pucat, sekujur tubuhnya gemetar an.
"Tak tahu malu, tak tahu malu, benar-benar tak tahu malu, aku berdiri di sini, serang aku kalau berani." Nyonya Besar kesal sampai ke titik maksimal.
Dalam sejarah ini, belum ada yang berani berbicara seperti ini padanya, apalagi di hadapan banyak tamu?
"Brak!"
Gilbert tak akan bersikap sungkan, dengan satu tendangan ia menendang Nyonya Besar Goro, yang langsung terbang keluar.
Kali ini, Keluarga Goro semakin marah, walaupun mereka tahu bahwa mereka tak sebanding dengan Gilbert, tapi semangat kebanggaan mereka masih membuat mereka menyerang, ingin membalas dendam untuk Nyonya Besar Goro.
Tetapi, tanpa membutuhkan waktu lama, semua orang terbaring di tanah, menderita.
Melihat hal itu, para tamu di sekitarnya menarik nafas dingin.
Sombong sekali.
Gilbert sungguh sangat sombong.
Ia tidak benar-benar menganggap Keluarga Goro di matanya!
Nyonya Besar Goro, yang masih terbaring di tanah, merasa sangat marah dan sampai hampir pingsan.
Keluarga Goro yang masih berdiri, hanya tersisa Alice dan Lany.
Keuda orang itu pergi membopong Nyonya Besar.
"Segera lapor polisi, tangkap penjahat yang tak tahu malu ini!" teruak Nyonya Besar dengan keras.
Langsung ada orang yang tersarad, dan mengeluarkan handphone-nya untuk menelepon.
Gilbert tak menghentikannya.
"Orang itu terlalu berlebihan, ya?" Seseorang berbisik pelan.
"Benar, orang tua seumur itu bahkan berani ia pukuli, benar-benar kejam!"
"Keluarga Goro ini benar-benar memelihara anak yang lupa daratan!"
Banyak orang di sekitar.
Tentu saja, mereka tidak takut jika Gilbert mengancam mereka, tapi tindakan Gilbert terhadap Nyonya Besar Goro telah memicu kemarahan banyak orang.
Bagaimanapun, tak seharusnya ia menyerang seorang wanita tua berusia delapan puluh tahun.
Terhadap hal ini, Gilbert bahkan tak memberikan penjelasan.
"Serahkan resep itu!" Ia menyuarakan kekesalannya.
Kalau benar-benar ada orang berwenang datang.
Ini adalah masalah yang tak kecil baginya.
Kalau Keluarga Goro melibatkan diri, ia mungkin akan menerima perlakuan yang tidak adil.
Walaupun dirinya tidak takut.
Tapi kakeknya baru saja meninggal.
Kalau ia tak kembali untuk memberi penghormatan terakhir pada orang tua, ia mungkin akan merasa tidak nyaman seumur hidupnya.
"Resep rahasia apa, kami tidak tahu sama sekali, Gilbert, hatimu begitu kejam!" kata Alice, walaupun ia takut pada Gilbert, tidak berarti ia akan menyerah.
Pada saat ini, tatapannya pada Gilbert penuh dengan kebencian.
Keluarganya.
Telah diserang oleh Gilbert.
Bahkan neneknya juga dipukul.
Ini adalah aib besar bagi Keluarga Goro.
Terlebih lagi, kata-kata fitnah Gilbert sebelumnya membuatnya ingin memecah-mecahkan tubuhnya menjadi sejuta potongan.
Kejam?
Gilbert tiba-tiba tersenyum.
"Alice, aku tahu kau pasti sangat membenci diriku sekarang, tapi, memangnya kenapa? Kalau kau ingin resep rahasia itu, kau bisa meminta secara terhormat kepada kakekku, atau bahkan membelinya. Kenapa harus menjebakku? Membuat kakiku patah, menggunakan pernikahan kita untuk menipu kakekku?"
"Haha, dan sekarang resep rahasia itu sudah kau dapatkan!"
"Dan sekarang kau berencana untuk menendangku keluar, kan?"
"Aku tak ingin membuang-buang waktu berbicara dengan kalian, kalau kalian tidak menyerahkan resep rahasia itu, aku akan mematahkan kakimu dan membuatmu merasakan bagaimana rasanya hidup tidak sebanding dengan mati!" Mata Gilbert penuh dengan dinginnya sinar tajam.
Guru Pedang Tanpa Batas.
Selalu berbicara dan bertindak sesuai dengan kata-katanya.
Kalau Keluarga Alice tidak mau menyerahkan resep rahasianya.
Ia pasti akan mematahkan kedua kaki Alice.
Walaupun itu berarti dia akan ditangkap.
Itu tidak akan menghentikannya.
Entah mengapa.
Alice ketakutan.
Dia menatap mata Gilbert.
Dingin.
Keji.
Tak ada emosi.
Memandangi mereka, seperti memandangi semut di tanah.
Hanya saja, kalau ia menyerahkan resep rahasia itu, bukankah itu berarti ia mengakui bahwa semua yang dikatakan oleh Gilbert sebelumnya adalah benar?
Apakah Keluarga Goro bisa melanjutkan hidup mereka di Kota Wulan setelah itu terjadi?
Di saat itu, tak jauh dari sana, terdengar suara sirine.
Hal itu membuat Alice berbinar dan kembali merasa percaya diri, "Tidak ada resep rahasia, kalau ada, patahkan saja kakiku!"
Dahi Gilbert sedikit berkerut.
Kelihatannya, kali ini resep rahasia itu tak bisa minta kembali.
Sejujurnya, dia tak terlalu peduli tentang resep rahasia itu.
Hanya saja, itu milik kakeknya, dan ia tidak ingin memberi keuntungan pada Keluarga Goro.
Namun, sejak ada orang berwenang datang, jika dia terus tinggal, mungkin akan ada banyak masalah.
"Alice, Nyonya Besar Goro, Keluarga Goro, dengarkan baik-baik!" Gilbert membalikkan badannya dan berjalan ke arah yang jauh, suaranya seolah-olah datang dari langit kesembilan, "Ketidakadilan hari ini belum selesai, suatu hari, kalian akan membayar harga untuk perbuatan-perbuatan masa lalu!"
Ketika dia selesai berbicara, dia tiba-tiba mempercepat langkahnya dan menghilang di tikungan yang tidak jauh.
Nenek Bisu hanya mematung.
Kemudian ia juga pergi.
Keonaran itu akhirnya berakhir seiring dengan perginya Gilbert dari tempat itu.
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved