Bab 3 Konflik

by Starry Nights 13:21,Jan 19,2024
Berdiri di depan pintu gerbang vila, Cynthia merasa gelisah.

Dirinya sudah datang ke sini beberapa kali, namun tak pernah melihat kakaknya.

Kalau bukan karena kakeknya yang sakit parah dan menelepon dirinya, dirinya tak akan datang ke sini. Ia ingin tanya pada kakaknya apakah ia akan pulang untuk merayakan tahun baru.

Sudah dua atau tiga tahun, ia hanya mengetahui bahwa kakaknya menikah ke Keluarga Goro, tetapi bahkan belum pernah bertemu langsung dengan kakaknya.

Dua satpam pun memandangi Cynthia dengan tatapan merendahkan.

"Kakak Ipar!" ketika Alice keluar dari pintu gerbang vila, Cynthia segera memanggilnya dengan bangga, sambil melemparkan pandangan puas pada satpam.

"Siapa yang kau sebut kakak ipar, jangan sembarangan memanggil, gadis kecil, ini bukan tempatmu, pulanglah ke mana kau berasal! Jangan mengganggu di sini." Alice mendekat dan berkata dengan nada merendahkan.

Cynthia terdiam, memandangi Alice Goro dengan tak percaya.

"Kakak Ipar, ada apa?"

"Plak!" Alice mendekat dan menampar wajah Cynthia, pipi Cynthia seketika memerah.

Ia tertatih beberapa langkah, memandangi Alice dengan tercengang.

Apa ini sungguh-sungguh Alice yang ia kenal?

Lembut dan baik hati.

Selalu elegan.

Setiap kali dia menghadapi kesulitan, asalkan dia mencari Alice, Alice selalu langsung membantunya.

Namun sekarang, dia malah menamparnya?

Ia bahkan membantah bahwa dirinya adalah kakak iparnya?

Apa yang sebenarnya terjadi, kenapa ini bisa terjadi?

"Cynthia, kuperingatkan kau sekali lagi, segera tinggalkan tempat ini. Tempat ini bukan untuk gadis desa seperti kau. Kakak ipar, haha, apa kau pikir kakakmu yang cacat memiliki hak untuk menikahiku? Aku hanya kasihan pada dia, sehingga dia menjadi menantu di Keluarga Goro kami. Oh ya, kau mungkin belum tahu bahwa kakakmu itu sekarang sudah cacat? Haha, sungguh-sungguh lucu..." Saat berkata demikian, Alice tertawa dengan riang, dengan tawa yang angkuh dan sombong.

Cynthia terdiam.

Apa yang didengarnya?

Ia bilang, kakaknya cacat?

Ba, bagaimana mungkin?

Bukankah kakaknya selalu sehat dan baik-baik saja?

"Tidak, tidak mungkin, kakakku baik-baik saja, bagaimana mungkin cacat, kau pasti berbohong kepadaku, ya kan?" Cynthia tak bisa percaya.

Alice memakinya sebagai bodoh.

Kemudian ia masuk ke dalam vila sambil berkata, "Kau ingin bertemu dengan kakakmu, kan? Pergilah! Di tepi sungai, ada tempat pembuangan sampah, kakakmu tinggal di bangunan di sebelah tempat sampah itu."

Cynthia gemetaran.

Kemudian, tanpa ragu, ia membalikkan badannya dan pergi.

Ia harus memastikannya.

Apa kakaknya sungguh-sungguh tinggal di samping tempat pembuangan sampah.

Dan, apakah yang diucapkan oleh Alice benar.

Apa kakaknya sungguh-sungguh menjadi cacat.

Kejadian Gilbert menolong Alice, jarang ada orang yang mengetahuinya, bahkan Cynthia pun tak ia beritahu.

...

Gilbert tak tahu apa yang terjadi di Keluarga Goro.

Saat ini, ia dengan senang hati berdiri di tepi tempat tidur.

Masuk ke tingkat Periode Pengumpulan Energi.

Akhirnya, dia bisa berdiri.

Mulai dari sekarang, dirinya bisa melepaskan sebutan cacat itu.

Nenek Bisu sangat senang untuknya, dan hendak memberitahu Alice tentang kemajuannya, tapi ia dilarang oleh Gilbert.

Besok, adalah ulang tahun Nyonya Besar Goro.

Juga hari kematian kakeknya.

Kalau dirinya tak salah ingat, saat ini Keluarga Goro seharusnya sudah mendapatkan resep rahasia itu, kan?

Di kehidupan sebelumnya, ia tak bisa berbuat banyak.

Namun di kehidupan kali ini.

Ia tak akan membiarkan tragedi terulang.

"Apa aku harus menyiapkan hadiah besar untuk Keluarga Goro?" pikir Gilbert.

Ia tahu banyak rahasia Keluarga Goro dari kehidupan sebelumnya.

Tetapi, semua rahasia itu, bahkan kalau ia mengungkapkannya, tak ada yang akan mempercayainya!

Dan yang terpenting, dirinya tak mempunyai bukti.

"Baiklah, tak masalah. Aku akan bersenang-senang bersama mereka!" pikir Gilbert, bersiap-siap untuk pergi keluar.

Akhirnya kakiku pulih, bagaimana mungkin aku tak berjalan-jalan keluar?

Berjalan-jalan dengan Nenek Bisu, Gilbert langsung melihat banyak botol kosong di tepi jalan.

Sehari-heri, Nenek Bisu hidup dari mengumpulkan benda-benda ini.

Seketika, mata Nenek Bisu berkilauan, dan dia bergegas mengumpulkan botol.

Gilbert tak mempunyai pilihan, ia pun ikut memunguti botol.

Walaupun ada banyak botol, beberapa di antaranya sulit dipegang karena dingin.

Tak jauh dari sana, seorang gadis sedang melihat pemandangan tersebut dengan heran.

Walaupun tak seperti yang diucapkan oleh Alice, kakaknya cacat.

Tapi, kakaknya memang sedang memunguti sampah.

Tidakkah kakaknya memberitahu dirinya bahwa ia hidup dengan baik?

Bahwa ia hidup bahagia dengan Kakak Ipar?

Tidakkah ia mengatakan bahwa dirinya tinggal di vila besar?

Makan hidangan lezat setiap hari?

Pergi dengan Maserati setiap kali ia pergi?

Sekarang, apa yang ia lakukan?

Sedang memungut botol.

Dia memunguti botol bersama seorang nenek tua.

Padahal, dia selalu mengeluh kepada kakaknya untuk memberinya uang sehari-hari.

Sekarang, setelah dipikir-pikir, dirinya benar-benar cukup sampah!

"Kak!"

Ia melangkah maju ke depan, sambil berseru.

Suaranya sedikit gemetaran.

Salju beterbangan.

Jatuh ke atas kepalanya dan pundaknya.

Sebeku itu, sedingin itu.

Awalnya ia mengira, bahwa semua yang ia ucapkan benar.

Tetapi sekarang baru ia mengetahuinya.

Vila, mobil balap...

Sepertinya semua itu palsu.

Dirinya selalu mengomel atas kekayaan kakaknya, tapi malah tidak mau memberinya uang jajan lebih.

Tetapi ia tidak tahu, bahwa uang itu sebenarnya dikumpulkan oleh Gilbert dengan mengumpulkan botol dan kertas karton satu per satu?

Untuk tak membuat keluarganya khawatir.

Ia membohongi mereka.

Mendengar suara itu.

Ekspresi wajah Gilbert membeku.

Dia menegakkan tubuhnya, kemudian membalikkan badannya dan melihat sosok yang berlari ke arahnya.

Cynthia.

Gadis ini, dua tahun tak bertemu, tampaknya telah tumbuh lebih tinggi.

Dan, lebih cantik sekarang.

Sudah menjadi gadis dewasa.

"Huhu, Kakak, dasar kau pembohong besar, bukankah kau bilang tinggal di vila, punya mobil mewah? Kau pembohong besar, pembohong besar..." Gilbert membuka kedua lengannya, membiarkan Cynthia menangis di pelukannya.

"Adik, maafkan aku, kakak minta maaf padamu!" Gilbert merasa sangat bersalah.

Ketika dia mengingat nasib Cynthia di kehidupan sebelumnya, ia merasa bersalah.

Setelah dirinya diusir dari Keluarga Goro, Cynthia merawat dirinya, bahkan meninggalkan sekolah, sampai tidak lulus kuliah.

Tidak sampai di situ.

Sampai akhirnya penyakitnya semakin parah, demi mengumpulkan uang untuk dirinya berobat, ia berubah menjadi seorang wanita pelacur.

Kemudian, dia menikahi pria yang dikenal sebagai orang jujur.

Tapi siapa sangka bahwa pria jujur itu ternyata adalah seorang sadis?

Dia menyiksanya setiap hari, mempermalukannya,

Tapi, ia tetap bertahan hanya demi kakaknya yang cacat dan sakit.

"Dalam kehidupan sebelumnya, aku telah mengecewakan orang tua, kakek, dan Nenek Bisu... Tapi, orang yang paling kukecewakan, adalah kau..." Gilbert berbisik, dua tetes air mata jatuh di wajahnya, dan ia tak sadar memeluk Cynthia dengan lebih erat.

Ia pikir dirinya tidak akan mendapat kesempatan untuk memperbaiki kesalahan ini lagi.

Tapi ia tidak berpikir bahwa ia bisa hidup kembali.

Kali ini, kalau seseorang berani menyakiti gadis di pelukannya, dia akan membuatnya membayar harga yang tidak bisa ditanggung.

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

200