chapter 8 Ya, Aku Adalah Keturunan Orang Kaya
by Mike
02:04,Dec 25,2023
Di sepanjang jalan, hingga ketika mereka sampai di rumah, Calista masih meragukan apa yang baru saja ia alami. Kejadian barusan benar-benar mengguncang pikirannya, dan perasaannya tak bisa menerima perubahan sebesar itu dalam semalam.
Mungkinkah Mark benar-benar memberikan hadiah pertunangan ini kepadanya?
Apakah pria di depannya benar-benar memberinya mobil sport bernilai jutaan dolar dan perhiasan mahal?
Namun, Mark tidak memiliki uang. Dari mana ia mendapatkan uang untuk membelinya?
Apakah itu berarti Mark selama ini berpura-pura menjadi orang miskin? Apakah ia sebenarnya generasi penerus dari keluarga kaya?
Calista yang penuh dengan keraguan telah bertekad pada dirinya sendiri untuk bertanya lebih jauh kepada Mark.
"Calista, kamu sudah pulang, ayo makan."
Ketika pintu terbuka dan dia melihat Calista , Hannie menyambutnya dengan hangat.
Meskipun Hannie juga merasa malu hari ini, namun ia juga adalah seorang ibu yang cukup mengenal anaknya. Dia tahu betul bahwa Calista jauh lebih menderita, dan tak ingin memperburuk hati anaknya lagi.
"Hei!"
"Hei pecundang, siapa yang menyuruhmu pulang?! "
"Karena takut dipermalukan, kamu meninggalkan pesta pertunangan keluargaku, dan meninggalkan istrimu sendiri. Apakah ini yang disebut dengan sifat seorang pria?"
"Calista benar-benar sial bisa berakhir dengan pria sepertimu!"
"Pergi!"
Melihat Mark yang berjalan di belakang Calista, emosi Hannie kembali meluap. Semua keluhannya atas kejadian hari ini pecah ketika ia melihat pria bodoh itu.
Tapi Mark sudah terbiasa. Ia sudah melewati hal yang sama selama tiga tahun. Semenjak ia bergabung dengan Keluarga Qiu, dia sadar bahwa hidupnya akan dipenuhi dengan hinaan dan penindasan.
"Bu, bisakah ibu berhenti memarahi Mark? Tak peduli seburuk apa pun dia, ia masih menantumu dan juga suamiku. Setidaknya tolong hormati aku sedikit saja!
Calista sudah bosan mendengar keluhan tanpa akhir ibunya tentang Mark. Ia akhirnya meminta ibunya untuk berhenti, sambil berjalan mendekati Mark: "Masuk ke kamarku."
Mark mematung sejenak. Selama tiga tahun, Calista tidak pernah membiarkan Mark memasuki kamarnya, tapi hari ini gadis itulah yang memanggilnya!
"Ayo masuk ke kamarku, apakah ada yang kurang jelas? Apakah kamu tidak mau masuk?" Calista mengulanginya perintahnya.
Lamunan Mark pecah dan ia membalas penuh semangat: "Aku mengerti, aku mengerti."
"Sekalian ambil selimutmu. Jangan tidur di ruang kerja lagi..." Perintah lanjutan Calista membuat Mark semakin bersemangat.
Apakah waktunya akan tiba?
Mark dengan cepat berlari kembali ke ruang kerja tempatnya beristirahat, mengambil selimut terburu-buru berjalan memeasuki kamar tidur Calista.
"Calista, apa yang kamu lakukan? Apakah kamu gila? Jangan bilang pecundang ini akan tidur di kamarmu?"
"Kamu gila?"
"Apakah kamu tak ingin mencari jodoh yang lebih baik?"
Ketika Hannie melihat kedua anak muda ini, dia menjadi cemas tak karuan.
Tiga tahun terakhir, Hannie selalu ingin menceraikan pasangan ini, agar anaknya dapat menemukan pasangan yang lebih baik. Lagi pula, anaknya sangat cantik, dan juga perawan. Tetapi sekarang sang putri cantik mengajak Mark untuk tidur bersama? Ini sama dengan menghancurkan masa depannya sendiri!
Bila mereka tak juga mengubah nasib mereka, Keluarga Qiu akan menindas mereka selamanya!
Oleh karena itu, Hannie menolak keras ide Calista barusan.
"Bu, izinkan aku mengatakannya lagi, tak peduli betapa buruknya Mark, dia masih suamiku. Tidur bersama merupakan kegiatan dasar suami dan istri."
Tanpa menunggu jawaban, Calista segera menutup pintu dan mengunci ibunya di luar.
"Gila, anakku sudah gila! Aku juga jadi gila"
"Tuan ketiga Qiu, lihatlah puntri cantikmu yang kini senang membangkang! "
"Semoga suatu hari ia tidak menangis menyesal!"
Teriakan marah Hannie terdengar sampai dalam kamar.
Di kamar tidur, Mark memandangi istri cantiknya, dan jantungnya kemudian berdebar tak karuan
Benar-benar tak ada yang bisa Mark keluhkan dari istrinya.
Gadis ini sempurna luar dan dalam.
Dulu, reputasi putri dari tuan ketiga Keluarga Qiu diketahui oleh seluruh warga Kota Yunzhou. Terkenal penuh dengan pesona, banyak orang kaya yang datang untuk melamarnya, beberapa di antaranya bahkan dari kota tetangga. Andai saja keluarga inti mereka tidak melakukan kesalahan besar, pria pengecut seperti Mark tak mungkin sanggup menikahinya.
Tercium samar aroma bunga mawar di kamar ini.
Calista hanya memandangnya kembali dengan raut tenang, sebelum mendekatkan wajahnya dan menatap Mark: "Katakan sejujurnya bagaimana kamu membuat mobil itu merekam sidik jarimu?"
"Bukan hanya milikku, sidik jarimu juga terekam di sana. Lagi pula, bukankah aku sudah bilang bahwa hadiah ini benar-benar untukmu? Jadi tentu saja aku membuat sidik jari kita terekam di sana." Mark bertanya kembali sambil tersenyum. Sekarang, ia siap untuk memperkenalkan dirinya yang sesungguhnya. Menjelaskan bahwa ia adalah generasi kedua salah satu keluarga terpenting di negara ini yang diusir, dan hadiah barusan adalah pemberian ayah mertua yang merasa bersalah.
Namun, belum sempat Mark berbicara lagi, Calista sudah menjawab: "Apakah kamu sebenarnya adalah penerus keluarga kaya namun harus hidup miskin karena satu dan dua hal? Lalu sekarang kamu telah bertemu dengan ayahmu lagi, dan ia mengajakmu pulang sambil memberikan hadiah ini?"
"Sialan, bagaimana kamu bisa mengetahuinya? Apakah ayahku menemuimu? Aku sebenarnya tidak berniat menceritakannya, tetapi-" Mark merasa sedikit canggung.
"Mark, berhentilah! Apakah kamu terlalu banyak membaca novel online? Membuat cerita karangan di depan wajahku, apakah aku terlihat seperti balita naif? "
"Kalau kamu ingin membahagiakan istrimu, carilah pekerjaan yang baik dan bangunlah prestasimu sedikit demi sedikit. Berhenti melamun dan membohongiku!"
Raut Calista penuh kekesalan, ia tak habis pikir apa yang direncanakan pria ini.
Dia tidak pernah membenci latar belakang Mark yang miskin. Namun ia tidak bisa menerima fakta bahwa alih-alih sadar akan kenyataan dan mencari kerja, pria itu malah membuat banyak kebohongan.
Meskipun Calista melihat mobil terbuka untuk Mark dengan mata kepalanya sendiri, namun Calista tahu pasti pria di depannya sekarang tak mampu membeli mobil ini. Selain itu... pria ini baru saja berusaha membuatnya percaya bahwa ia sebenarnya anak dari keluarga kaya, yang sangat mustahil. Gadis yang dituntut menjadi realistis ini tak percaya alasan tak masuk akal tersebut.
Mark terdiam beberapa saat, sebelum akhirnya menatapnya dalam-dalam: "Calista, ingat janjiku. Aku akan membuatmu menjadi wanita paling bahagia, yang tak dapat dipermalukan oleh siapapun."
Dia berbalik, mengambil kembali selimutnya dan bersiap meninggalkan kamar tidur.
Mendengar janji tulus dari Mark, Calista tiba-tiba merasa tertekan dan juga terharu. Apakah ia sudah melukai perasaan Mark?
Merasa bersalah, Calista tanpa sadar berseru pelan: "Mark..."
"Silahkan tidur di sini malam ini."
Calista awalnya mengira Mark akan dengan tegas menolak, karena egonya baru saja dihancurkan. Tapi alih-alih menolak, Mark langsung memperbaiki postur lesu dan muka datarnya, memasang senyum jahil dan berjalan kegirangan ke arah tempat tidur Calista.
"Sayang, aku tahu kamu pasti ingin tidur denganku!"
"Dasar! " Calista kembali dibuat kesal dengan tingkah pria itu. Ia mengira Mark akan menolak dan meninggalkannya sendiri dalam rasa bersalah, seperti pria pada umumnya.
Tapi pria yang satu ini benar-benar berbeda.
"Pria bejat, jangan sentuh aku~"
"Pergi!"
"Tidurlah di lantai! "
Geraman malu dan kesal Calista memenuhi seisi ruangan.
Impian Mark untuk tidur di ranjang yang sama pada malam pertama mereka hancur lebur.
Namun, setidaknya Mark bisa tidur di kamar yang sama dengan Calista.
Ini adalah sebuah langkah besar dalam hubungan mereka.
"Setidaknya pintu kamarnya sudah terbuka untukku. Bukankah ini berarti kita akan bisa berbagi ranjang cepat atau lama?" Mark tersenyum sambil menutup mata, berusaha menghibur dirinya sendiri.
Malam berlalu dengan cepat.
Keesokan harinya, Calista langsung berangkat kerja setelah sarapan.
Saat Mark masih tidur, dering ponsel berbunyi.
"Panggilan yang kutunggu akhirnya datang. "Mark Mark tersenyum, lalu mengangkat telepon dan menekan tombol sambungkan.
Mungkinkah Mark benar-benar memberikan hadiah pertunangan ini kepadanya?
Apakah pria di depannya benar-benar memberinya mobil sport bernilai jutaan dolar dan perhiasan mahal?
Namun, Mark tidak memiliki uang. Dari mana ia mendapatkan uang untuk membelinya?
Apakah itu berarti Mark selama ini berpura-pura menjadi orang miskin? Apakah ia sebenarnya generasi penerus dari keluarga kaya?
Calista yang penuh dengan keraguan telah bertekad pada dirinya sendiri untuk bertanya lebih jauh kepada Mark.
"Calista, kamu sudah pulang, ayo makan."
Ketika pintu terbuka dan dia melihat Calista , Hannie menyambutnya dengan hangat.
Meskipun Hannie juga merasa malu hari ini, namun ia juga adalah seorang ibu yang cukup mengenal anaknya. Dia tahu betul bahwa Calista jauh lebih menderita, dan tak ingin memperburuk hati anaknya lagi.
"Hei!"
"Hei pecundang, siapa yang menyuruhmu pulang?! "
"Karena takut dipermalukan, kamu meninggalkan pesta pertunangan keluargaku, dan meninggalkan istrimu sendiri. Apakah ini yang disebut dengan sifat seorang pria?"
"Calista benar-benar sial bisa berakhir dengan pria sepertimu!"
"Pergi!"
Melihat Mark yang berjalan di belakang Calista, emosi Hannie kembali meluap. Semua keluhannya atas kejadian hari ini pecah ketika ia melihat pria bodoh itu.
Tapi Mark sudah terbiasa. Ia sudah melewati hal yang sama selama tiga tahun. Semenjak ia bergabung dengan Keluarga Qiu, dia sadar bahwa hidupnya akan dipenuhi dengan hinaan dan penindasan.
"Bu, bisakah ibu berhenti memarahi Mark? Tak peduli seburuk apa pun dia, ia masih menantumu dan juga suamiku. Setidaknya tolong hormati aku sedikit saja!
Calista sudah bosan mendengar keluhan tanpa akhir ibunya tentang Mark. Ia akhirnya meminta ibunya untuk berhenti, sambil berjalan mendekati Mark: "Masuk ke kamarku."
Mark mematung sejenak. Selama tiga tahun, Calista tidak pernah membiarkan Mark memasuki kamarnya, tapi hari ini gadis itulah yang memanggilnya!
"Ayo masuk ke kamarku, apakah ada yang kurang jelas? Apakah kamu tidak mau masuk?" Calista mengulanginya perintahnya.
Lamunan Mark pecah dan ia membalas penuh semangat: "Aku mengerti, aku mengerti."
"Sekalian ambil selimutmu. Jangan tidur di ruang kerja lagi..." Perintah lanjutan Calista membuat Mark semakin bersemangat.
Apakah waktunya akan tiba?
Mark dengan cepat berlari kembali ke ruang kerja tempatnya beristirahat, mengambil selimut terburu-buru berjalan memeasuki kamar tidur Calista.
"Calista, apa yang kamu lakukan? Apakah kamu gila? Jangan bilang pecundang ini akan tidur di kamarmu?"
"Kamu gila?"
"Apakah kamu tak ingin mencari jodoh yang lebih baik?"
Ketika Hannie melihat kedua anak muda ini, dia menjadi cemas tak karuan.
Tiga tahun terakhir, Hannie selalu ingin menceraikan pasangan ini, agar anaknya dapat menemukan pasangan yang lebih baik. Lagi pula, anaknya sangat cantik, dan juga perawan. Tetapi sekarang sang putri cantik mengajak Mark untuk tidur bersama? Ini sama dengan menghancurkan masa depannya sendiri!
Bila mereka tak juga mengubah nasib mereka, Keluarga Qiu akan menindas mereka selamanya!
Oleh karena itu, Hannie menolak keras ide Calista barusan.
"Bu, izinkan aku mengatakannya lagi, tak peduli betapa buruknya Mark, dia masih suamiku. Tidur bersama merupakan kegiatan dasar suami dan istri."
Tanpa menunggu jawaban, Calista segera menutup pintu dan mengunci ibunya di luar.
"Gila, anakku sudah gila! Aku juga jadi gila"
"Tuan ketiga Qiu, lihatlah puntri cantikmu yang kini senang membangkang! "
"Semoga suatu hari ia tidak menangis menyesal!"
Teriakan marah Hannie terdengar sampai dalam kamar.
Di kamar tidur, Mark memandangi istri cantiknya, dan jantungnya kemudian berdebar tak karuan
Benar-benar tak ada yang bisa Mark keluhkan dari istrinya.
Gadis ini sempurna luar dan dalam.
Dulu, reputasi putri dari tuan ketiga Keluarga Qiu diketahui oleh seluruh warga Kota Yunzhou. Terkenal penuh dengan pesona, banyak orang kaya yang datang untuk melamarnya, beberapa di antaranya bahkan dari kota tetangga. Andai saja keluarga inti mereka tidak melakukan kesalahan besar, pria pengecut seperti Mark tak mungkin sanggup menikahinya.
Tercium samar aroma bunga mawar di kamar ini.
Calista hanya memandangnya kembali dengan raut tenang, sebelum mendekatkan wajahnya dan menatap Mark: "Katakan sejujurnya bagaimana kamu membuat mobil itu merekam sidik jarimu?"
"Bukan hanya milikku, sidik jarimu juga terekam di sana. Lagi pula, bukankah aku sudah bilang bahwa hadiah ini benar-benar untukmu? Jadi tentu saja aku membuat sidik jari kita terekam di sana." Mark bertanya kembali sambil tersenyum. Sekarang, ia siap untuk memperkenalkan dirinya yang sesungguhnya. Menjelaskan bahwa ia adalah generasi kedua salah satu keluarga terpenting di negara ini yang diusir, dan hadiah barusan adalah pemberian ayah mertua yang merasa bersalah.
Namun, belum sempat Mark berbicara lagi, Calista sudah menjawab: "Apakah kamu sebenarnya adalah penerus keluarga kaya namun harus hidup miskin karena satu dan dua hal? Lalu sekarang kamu telah bertemu dengan ayahmu lagi, dan ia mengajakmu pulang sambil memberikan hadiah ini?"
"Sialan, bagaimana kamu bisa mengetahuinya? Apakah ayahku menemuimu? Aku sebenarnya tidak berniat menceritakannya, tetapi-" Mark merasa sedikit canggung.
"Mark, berhentilah! Apakah kamu terlalu banyak membaca novel online? Membuat cerita karangan di depan wajahku, apakah aku terlihat seperti balita naif? "
"Kalau kamu ingin membahagiakan istrimu, carilah pekerjaan yang baik dan bangunlah prestasimu sedikit demi sedikit. Berhenti melamun dan membohongiku!"
Raut Calista penuh kekesalan, ia tak habis pikir apa yang direncanakan pria ini.
Dia tidak pernah membenci latar belakang Mark yang miskin. Namun ia tidak bisa menerima fakta bahwa alih-alih sadar akan kenyataan dan mencari kerja, pria itu malah membuat banyak kebohongan.
Meskipun Calista melihat mobil terbuka untuk Mark dengan mata kepalanya sendiri, namun Calista tahu pasti pria di depannya sekarang tak mampu membeli mobil ini. Selain itu... pria ini baru saja berusaha membuatnya percaya bahwa ia sebenarnya anak dari keluarga kaya, yang sangat mustahil. Gadis yang dituntut menjadi realistis ini tak percaya alasan tak masuk akal tersebut.
Mark terdiam beberapa saat, sebelum akhirnya menatapnya dalam-dalam: "Calista, ingat janjiku. Aku akan membuatmu menjadi wanita paling bahagia, yang tak dapat dipermalukan oleh siapapun."
Dia berbalik, mengambil kembali selimutnya dan bersiap meninggalkan kamar tidur.
Mendengar janji tulus dari Mark, Calista tiba-tiba merasa tertekan dan juga terharu. Apakah ia sudah melukai perasaan Mark?
Merasa bersalah, Calista tanpa sadar berseru pelan: "Mark..."
"Silahkan tidur di sini malam ini."
Calista awalnya mengira Mark akan dengan tegas menolak, karena egonya baru saja dihancurkan. Tapi alih-alih menolak, Mark langsung memperbaiki postur lesu dan muka datarnya, memasang senyum jahil dan berjalan kegirangan ke arah tempat tidur Calista.
"Sayang, aku tahu kamu pasti ingin tidur denganku!"
"Dasar! " Calista kembali dibuat kesal dengan tingkah pria itu. Ia mengira Mark akan menolak dan meninggalkannya sendiri dalam rasa bersalah, seperti pria pada umumnya.
Tapi pria yang satu ini benar-benar berbeda.
"Pria bejat, jangan sentuh aku~"
"Pergi!"
"Tidurlah di lantai! "
Geraman malu dan kesal Calista memenuhi seisi ruangan.
Impian Mark untuk tidur di ranjang yang sama pada malam pertama mereka hancur lebur.
Namun, setidaknya Mark bisa tidur di kamar yang sama dengan Calista.
Ini adalah sebuah langkah besar dalam hubungan mereka.
"Setidaknya pintu kamarnya sudah terbuka untukku. Bukankah ini berarti kita akan bisa berbagi ranjang cepat atau lama?" Mark tersenyum sambil menutup mata, berusaha menghibur dirinya sendiri.
Malam berlalu dengan cepat.
Keesokan harinya, Calista langsung berangkat kerja setelah sarapan.
Saat Mark masih tidur, dering ponsel berbunyi.
"Panggilan yang kutunggu akhirnya datang. "Mark Mark tersenyum, lalu mengangkat telepon dan menekan tombol sambungkan.
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved