chapter 9 Selamanya Tidak Bisa Hidup Damai

by Owen 16:34,Nov 28,2023
Andrew menghadap ke meja operasi dan menancapkan setiap jarum perak dengan gesit dan tepat.

Dia sangat cekatan dan pekerjaannya sangat rapi, dia seperti seorang ahli.

Para polisi lainnya terdiam, takut mengganggu Andrew.

"Andrew, hentikan! Bibi sudah meninggal, kamu masih mau menyiksa jasadnya?"

Hani terlihat gusar dan ingin secepatnya menyudahi tindakan Andrew.

Namun, dokter tua tadi langsung membentak Hani, "Jangan ganggu dia."

Hani tersentak, dia balik badan dan mendapati orang yang memberinya perintah adalah Hayden Qin, dokter dewa terkenal di seluruh Kota Yamo.

Hayden mengibaskan tangannya dan berteriak, "Semuanya, keluar! Cepat keluar!"

"Dokter Hayden, ini ..."

"Ada apa ini?"

"Keluar!"

Hayden sangat serius dan tegas meski sebenarnya dia tidak marah, tetapi dia tidak punya waktu untuk menjelaskan.

Mereka semua yang ada di UGD hanya bisa menuruti perintahnya.

Tanpa ragu sedikit pun, Hayden langsung menutup pintu UGD, bahkan Dokter Wino dan petugas medis lainnya tidak bisa masuk.

Semua orang hanya bisa saling pandang dalam keheranan.

Di dalam UGD.

Hayden berdiri gemetaran di samping meja operasi, matanya terbelalak lebar dan tidak berani berkedip sedetik pun saat menyaksikan kejadian di hadapannya.

"Jarum Ilahi Pengembali Nyawa! Ini pasti teknik Jarum Ilahi Pengembali Nyawa!"

"Tidak kusangka aku berumur panjang untuk bisa melihat teknik dewa ini. Aku tertolong!"

Sekujur badan Hayden gemetar karena rasa haru dan sukacita.

"Selesai!"

Setelah selesai mengobati ibu Hugo, Andrew merapikan kembali jarum-jarum itu dan menarik napas lega.

Dia melihat ke sekeliling tetapi tidak melihat ada seorang pun di ruangan itu, selain seorang pria tua berjas putih.

"Eh? Di mana yang lain?“ tanya Andrew dengan heran.

"Pak, aku yang menyuruh mereka keluar supaya tidak mengganggumu,“ jelas Hayden dengan penuh senyum, lalu dia membungkuk pada Andrew. “Pak, keterampilan medismu sungguh luar biasa, kamu bahkan mengerti teknik Jarum Ilahi Pengembali Nyawa yang tiada tandingnya. Kamu dewa dunia pengobatan, terimalah hormatku ini."

"Ah, jangan begitu Pak."

Andrew langsung memapah Hayden untuk berdiri tegak. "Aku bukan siapa-siapa, jangan sungkan begitu."

"Pak, kenapa merendah begitu? Kalau kamu yang sehebat itu saja merendah, apalah arti kami yang tidak sehebat kamu?"

Hayden tersenyum pahit, bukankah perkataannya barusan juga ditujukan untuk dirinya sendiri?

Andrew hanya bisa tersenyum canggung dan berujar, "Pak, dia sudah selamat, aku harus pergi."

"Pak, tunggu!"

Hayden langsung mencegat Andrew.

"Apa ada hal lain yang bisa kubantu?" tanya Andrew bingung.

Hayden ragu sesaat, lalu membungkuk dalam-dalam pada Andrew dan berkata dengan memelas, "Pak, tolonglah aku!"

"Menolongmu?"

Andrew terdiam keheranan, "Pak, kulihat kamu baik-baik saja?"

“Yang sakit bukan aku, ada pasien lain." Hayden menarik napas dan menceritakan kesulitannya.

Ternyata Hayden baru saja mendapat seorang pasien yang punya penyakit langka dan sudah parah. Akibat pengobatan yang kurang pas, keadaan pasien semakin memburuk dan nyawanya terancam.

Karena pasien dari kalangan orang berada, mereka mengancam Hayden akan menguburkan Hayden dengan pasien kalau sampai pasien itu mati.

Hubungan dokter dan pasien memang tidak kenal kata damai.

Hayden tidak pernah bermimpi selama berkecimpung di dunia kedokteran, dia akan terancam seperti ini saat sudah lanjut usia.

"Siapa yang berani main hakim sendiri begitu?" tanya Andrew menahan marah.

"Pak, apa kamu mengenal Keluarga Song di Kota Yamo?"

“Keluarga Song yang tinggal di bagian utara?"

Andrew cukup kaget.

Meski baru datang ke Kota Yamo, dia sudah sering mendengar kemasyuran Keluarga Song yang tinggal di bagian utara Kota Yamo.

Katanya, dulu leluhur Keluarga Song pernah bekerja di ibukota dan baru pensiun beberapa tahun yang lalu. Setelah itu mereka sekeluarga pindah ke Kota Yamo.

Meski Keluarga Song sudah tidak sejaya dulu, tetapi mereka masih punya jaringan yang luas dan punya kekuasaan di sebagian besar kota, untuk kasus Kota Yamo bisa dibilang ada dalam genggaman mereka. Bahkan Keluarga Leng penguasa bisnis di kota ini tidak berani cari gara-gara dengan mereka.

“Pasien yang aku ceritakan tadi adalah Tuan Besar Keluarga Song. Mereka sudah meminta berbagai macam dokter untuk mengobatinya, tapi gagal. Awalnya aku juga hanya mau coba-coba mengobati saja, siapa tahu sembuh. Tidak kusangka malah akan mencelakai diri sendiri dan membuatku tertekan. Hahh ..."

Hayden terlihat sangat tertekan.

Andrew sedang memikirkan sesuatu, sebuah sinar aneh berkilat di matanya.

Hayden tentu tidak tahu kalau Andrew memang sedang mengintai Keluarga Song.

Bahkan tanpa cerita Hayden, Andrew memang ingin mendatangi Keluarga Song. Kasus Hayden membuka jalan untuknyanya, ini kesempatan bagus.

"Pak Hayden sudah berusaha menolong untuk menyembuhkan begitu banyak orang, tidak seharusnya tertekan begini. Ayo, aku akan menemanimu ke Keluarga Song," jawab Andrew penuh senyum.

Hayden sangat senang sampai berkaca-kaca. Dia kembali bersujud dan berkata, "Dengan Jarum Ilahi Pengembali Nyawa, Tuan Besar Song pasti selamat, aku juga akan selamat. Oh penolongku, terimalah hormatku ini."

“Tidak perlu Tuan Tua.“

Pintu ruang gawat darurat terbuka.

Orang-orang yang menunggu dengan cemas di luar segera menghampiri pintu.

Hani dengan marah mendorong kerumunan itu agar menjauh, menyeret Andrew keluar, dan memborgolnya.

“Nona Hani, apa yang kamu lakukan?“ tanya Andrew heran.

"Apa yang kamu lakukan? Kamu menodai tubuh bibiku dan kamu berani bertanya apa yang aku lakukan? Ikut aku ke kantor polisi!"

"Jangan sungkan begitu."

Mereka berdua pun membuka pintu UGD.

Hugo dan yang lain yang sedang menunggu dengan cemas di luar langsung mengerumuni Andrew.

Hani yang marah langsung menerobos kerumunan itu, menyeret Andrew keluar, lalu memborgolnya.

“Nona Hani, ada apa ini?“ tanya Andrew heran.

"Masih tanya? Kamu sudah melukai jasad bibi! Cepat ikut aku ke kantor polisi!"

Hani membentak Andrew dan langsung menyeretnya.

Para polisi di sekitarnya juga marah pada Andrew.

Tiba-tiba, terdengar teriakan gembira.

"Ibu!"

Hugo berlari menghampiri meja operasi untuk menjumpai ibunya.

Ibu Hugo yang awalnya dinyatakan sudah meninggal, pelan-pelan menggerakkan matanya.

"Apa?"

Semuanya terhenyak.

Hani mematung.

"Mustahil!"

Dokter Wino yang berdiri di sebelahnya juga tertegun seakan bertemu hantu.

"Ini tidak mungkin! Pasiennya sudah tidah bernapas, bagaimana dia bisa hidup kembali?" gumam Dokter Wino.

"Dokter Wino, kamu masih kurang pengalaman. Kondisi pasien masih sangat lemah, cepat bawa ke ruang rawat, kami serahkan pasien padamu," ucap Hayden sambil menepuk baju Dokter Wino.

"Ah, ya ... Hei, ayo cepat bawa pasien ke ruang perawatan!"

Dokter Wino yang tersadar langsung memberi perintah.

Hugo menemani ibu yang langsung dibawa ke kamar rawat.

Mereka semua yang ada di sana masih membincangkan peristiwa ini.

“Bibi … sudah sembuh?"

Hani menoleh dan menatap Andrew dengan tatapan kosong.

“Dokter Hayden yang menyelamatkannya, aku hanya membantu.“ Andrew menjawab santai.

Hayden hanya diam dan menatap ke arah Andrew yang mengedipkan mata. Dia langsung mengerti maksud Andrew dan tidak membantah.

Hani sebenarnya curiga karena dia menangkap kode mata keduanya, tetapi dia hanya mendengus kesal, melepas borgolnya dan berkata, "Tunggu di sini dulu. Aku mau lihat kondisi bibi, setelah itu aku akan mengantarmu menemui Sesilia.“

"Ah, tidak usah Nona Hani. Ada yang mau kubicarakan dengan Dokter Hayden. Aku bisa pulang sendiri, kamu bisa melanjutkan tugasmu," jawab Andrew.

“Mau diskusi apa kalian?" tanya Hani penasaran.

“Tentu saja tentang pengobatan!“ jawab Andrew.

Hani menatapnya dengan bingung, entah apa yang ada di benaknya. Setelah itu dia balik badan dan pergi meninggalkan Andrew.

“Pak Andrew, ayo kita langsung ke Keluarga Song, jangan buang waktu," desak Hayden.

Setelah mengabari Keluarga Song, keduanya pun pergi menuju kediaman Keluarga Song dengan naik taksi.

Kediaman Keluarga Song terletak di pulau buatan di tengah danau bagian utara Kota Yamo. Luas rumah Keluarga Song saja sebesar setengah pulau, rumah mereka terlihat sangat megah.

Taksi berhenti di depan gerbang bergaya klasik. Seorang kepala pelayan pria dengan tatapan dingin berjaga di depan gerbang sambil mengawasi taksi itu.

Hayden pun turun.

"Dokter Hayden, kami memberimu tiga hari untuk menyembuhkan Tuan Besar, kenapa sekarang sudah kembali? Apa sudah dapat caranya?" tanya kepala pelayan dengan serius.

Dengan kemampuan Hayden yang terbatas, jangankan tiga hari, tiga tahun saja belum tentu berhasil.

Dalam kondisinya seperti ini, dia menggantungkan nasibnya seutuhnya pada Andrew.

"Ya." Hayden langsung menyahut.

"Kalau begitu mari kuantar. Semoga kali ini kamu tidak membuat kami kecewa."

"Aku ... aku akan berusaha sebaik mungkin."

Hayden merasa sangat bersalah.

Dia sendiri tidak yakin dengan jawaban ini, dia hanya coba-coba saja.

Kepala pelayan pun membukakan pintu dan membawa mereka berdua masuk.

Kediaman Keluarga Song sangat mewah seperti istana bangsawan yang antik, tamannya sangat apik dan dihiasi banyak pohon pinus, membuat suasana terasa harmonis.

Tiba-tiba, tatapan Andrew tertuju pada sebuah batu di tengah taman, dia menatapnya cukup lama sampai akhirnya dia menjulurkan tangan untuk memegangnya, tetapi kepala pelayan melarangnya.

"Mau apa kamu?"

Kepala pelayan mendekat pada Andrew dan menegurnya, "Jangan sembarangan pegang benda di sini. Memang kamu tahu dari mana asal benda ini?"

Andrew melirik kepala pelayan lalu mendengus, "Aku tidak tahu dari mana asal benda ini, yang kutahu, selama benda ini ada di sini, selamanya Keluarga Song tidak akan hidup damai."

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

200