chapter 1 Akan Ada Tragedi Berdarah Di Tempat Ini

by Owen 16:34,Nov 28,2023
"Akhirnya aku akan menikah!"

Andrew Jiang memakai tas ransel kain dan pakaian yang usang berdiri di sebuah jembatan sambil melayangkan pandangannya ke sekeliling dengan penuh semangat.

Tiga hari yang lalu, gurunya tiba-tiba pergi dari Gunung Piorna tanpa pamit dan hanya meninggalkan sebuah surat untuknya. Dalam surat itu, gurunya bilang dia harus pergi untuk menyelesaikan urusannya, dia juga memberi sebuah alamat dan meminta Andrew untuk pergi ke sana menemui calon istrinya.

"Kira-kira calon istriku cantik atau tidak ya? Sepertinya rumah Keluarga Liu ada di seberang jembatan, di Vila River View? Wah, mereka benar-benar orang kaya. Tidak kusangka orang biasa sepertiku bernasib sebaik ini, benar-benar rezeki nomplok," gumam Andrew sambil menatap alamat yang tertera dalam surat gurunya.

Ini adalah pertama kalinya Andrew datang ke kota setelah tinggal belasan tahun lamanya di Gunung Piorna.

Dia terpana kagum saat memandangi keindahan kota yang dipenuhi dengan kilauan lampu warna warni.

Tiba-tiba, pandangan Andrew jatuh pada tembok pembatas jembatan.

Seorang gadis duduk di tembok pembatas, rambut panjangnya terurai, pakaiannya melambai tertiup angin. Tiba-tiba, dia merentangkan tangannya dan terjun ke sungai.

"Nona, jangan!"

Andrew berlari sekuat tenaga dan untungnya masih sempat menangkap lengan gadis itu. Kemudian, Andrew buru-buru menariknya ke atas.

Tanpa perlawanan, tubuh gadis itu pun jatuh menimpa Andrew.

Wangi tubuhnya menyeruak dan menyejukkan hati Andrew sampai membuatnya terpaku sesaat.

"Kenapa kamu menyelamatkanku?"

Gadis itu pun bangun lalu duduk bersandar di tembok jembatan. Dia bertanya dengan tatapan sendu dan seolah tidak bernyawa, jejak air mata tergambar jelas di wajahnya.

Kecantikan gadis ini tiada duanya. Dia terlahir dengan kulit putih bersih, wajahnya merah merona dan sehalus kain sutera, tubuhnya tinggi semampai dan langsing, dia sangat sempurna.

Siapa yang memilikinya sungguh sangat beruntung.

Andrew tidak bisa memalingkan pandangannya dari gadis cantik ini, dia pun bertanya, "Nona, lihatlah betapa indahnya dunia ini, kenapa kamu malah mau bunuh diri?"

"Indah?" Mata cantik Sesilia Bai terlihat sedih dan marah. "Indah apanya? Aku mau dunia ini bisa lenyap secepatnya."

"Nona, masalah dalam pekerjaan dan rumah tangga itu hanya masalah kecil dalam hidup ini, bunuh diri tidak akan menyelesaikannya, kamu hanya lari dari masalah," kata Andrew.

Sesilia terkejut, "Bagaimana kamu bisa tahu, aku punya masalah dalam pekerjaan dan rumah tangga?"

"Ah, maaf aku sudah lancang. Aku bisa membaca orang dari wajahnya." Andrew mengamati wajah Sesilia sejenak. "Dan semua masalahmu itu adalah ulah seseorang yang sengaja mencelakaimu."



"Ada orang yang mau mencelakaiku?"

"Ya, apa belakangan ini kamu mendapat hadiah? Mungkin seperti gelang, cincin, kalung atau sejenisnya?"

Sesilia termenung dan mencoba mengingat. Lalu dia buru-buru memperlihatkan gelang giok yang melingkar di tangannya.

"Sahabatku membelikanku ini dari Thailand, katanya gelang ini pembawa keberuntungan."

Andrew menatap gelang itu. Dari luar memang terlihat bening dan berkilau, namun di dalamnya tersimpan kekuatan jahat.

"Nona, temanmu itu benar-benar baik hati."

"Apa maksudmu?" tanya Sesilia bingung.

"Gelang ini berasal dari sebuah pedalaman dan menyimpan darah sembilan generasi orang jahat. Siapa pun yang memakai gelang ini akan tertimpa kemalangan, bukan hanya kehilangan harta benda, hidupnya pun akan terancam." Andrew menjelaskan.

"Apa?"

Sesilia Bai sangat kaget mendengarnya.

Terlintas dalam benaknya beberapa peristiwa akhir-akhir ini.

Sejak memakai gelang giok ini, ada saja masalah yang terjadi. Pertama, sepatu hak tingginya patah saat sedang berjalan di jalan raya, lalu keran kamar mandi tiba-tiba pecah, bahkan rambut halusnya pun bisa tersangkut di sisir.

Puncak semua masalah adalah masalah di kantor muncul tiada henti.

Bisa-bisanya proyek besar yang sudah disepakati tiba-tiba batal.

Bahkan, kemarin terungkap adanya penggelapan dana sebesar 30 juta, kantor jadi kacau balau.

Dana tersebut tidak bisa ditarik lagi. Sekarang perusahaan kekurangan dana dan tidak bisa melanjutkan banyak proyek besar, Sesilia yang terlilit masalah hukum pun dibawa ke pengadilan.

Sesilia bukan hanya bangkrut, tetapi juga menanggung hutang yang sangat besar.

Dengan adanya kasus hukum, teman-temannya pun enggan membantu.

Hanya Dio Zheng, putra sulung dari Perusahaan Zalo yang bersedia memberi pinjaman dengan syarat Sesilia mau menikah dengannya.

Sesilia lebih baik mati daripada menikah dengan pria berengsek seperti Dio.

Namun, keluarganya memaksanya menikah dengan Dio untuk menyelamatkan perusahaan.

Di saat krisis seperti ini, keluarganya rela mengorbankan Sesilia. Bagaimana dia bisa bertahan?

Di bawah banyaknya tekanan, Sesilia pun gelap mata. Itu sebabnya dia naik ke jembatan dan berencana bunuh diri dengan melompat ke sungai.

"Lalu ... apa yang harus kulakukan supaya bisa memutar nasib?" Setelah kembali dari lamunannya, Sesilia pun bertanya dengan ragu-ragu.

"Gampang."

Andrew menyeringai dan mencubit jarinya, lalu muncullah Diagram Pa Kua.

"Menyeimbangkan unsur langit, tanah, guntur, air, air buatan dan angin."

"Keberuntungan dan kesialan tergantung diri sendiri."

"Memutuskan rantai kejahatan."

Setelah menggumamkan beberapa mantra, Andrew menggigit jarinya lalu meneteskan darahnya ke gelang giok itu.

Krak!

Tetesan darah Andrew melubangi permukaan gelang, lalu keluarlah sebuah asap tipis. Setelah itu gelang pun pecah berkeping-keping dan terlepas dari pergelangan tangan Sesilia.

Mata indah Sesilia terbelalak, dia tercengang.

Setelah itu, Andrew mengeluarkan seutas tali merah tipis dari ranselnya, memilin tali itu menjadi bentuk kupu-kupu yang cantik, lalu mengikatnya di pergelangan tangan Sesilia.

Andrew menghela napas lega. "Nah, kamu akan baik-baik saja mulai sekarang. Pulang, mandi dan tidurlah yang nyenyak. Seminggu lagi, lepas dan bakar tali merah ini, setelah itu keberuntungan akan kembali datang padamu."

"Benarkah? Terima kasih banyak!" Sesilia sangat bersyukur.

"Jangan sungkan begitu. Ingat, jangan bunuh diri ya."

"Tidak akan, aku janji mulai sekarang akan berjuang keras dan hidup dengan baik."

Sesilia menyeka air matanya.

Sebenarnya tadi dia kalap, sekarang kalau dipikir-pikir dia sangat takut mati.

Bisa-bisanya dia punya pikiran semenakutkan itu.

Sesilia menepuk pelan dadanya untuk menghilangkan rasa takut yang tersisa. Setelah itu dia menghela napas dan berkata, "Ah ya, kenalkan namaku Sesilia, kamu?"

"Aku Andrew."

"Ah Pak Andrew, terima kasih sudah menyelamatkanku. Sebagai imbalannya, bagaimana kalau kutraktir makan?"

"Tidak perlu, aku masih ada urusan. Oh ya, apa kamu tahu bagaimana aku pergi ke alamat ini?"

Andrew tiba-tiba terpikir meminta bantuan Sesilia untuk menemukan alamat yang dia tuju. Dia pun memperlihatkan surat dari gurunya.

"Eh? Ini 'kan rumah Jessica?"

Sesilia terbelalak kaget saat melihat alamat yang tertulis.

"Kamu kenal calon istriku?"

"Hah? Sejak kapan Jessica jadi tunanganmu?"

Sesilia terhenyak.

"Coba baca suratnya."

Andrew menunjuk ke isi surat.

Sesilia langsung tertawa begitu selesai membaca isi surat itu. "Ini zaman apa? Memangnya masih ada perjodohan seperti ini?"

"Yah, itulah keputusannya."

Andrew menggaruk kepala.

"Pak Andrew, dari pakaianmu ini sepertinya kamu berbeda kasta dengannya. Apa kamu tahu siapa dia? Jessica Liu adalah ratu di dunia bisnis, perusahaan yang dia pimpin bernilai triliunan, dia adalah salah satu dari sepuluh anak muda berprestasi di kota ini. Kusebutkan salah satunya ya, dia punya gelar master ganda dari ETH Zurich. Dia sangat berbakat dan hebat, aku saja iri padanya. Orang sepertimu ... Maaf, tapi sepertinya kamu tidak pantas bersanding dengannya."

Sesilia mengatakan faktanya.

"Hebat juga dia. Bagaimanapun, itu keputusan guruku dan Keluarga Liu, aku tetap harus datang."

Andrew tersenyum santai.

"Baiklah, kalau begitu kuantar saja. Ayo, naik ke mobil."

Sesilia menghampiri sebuah mobil BMW berwarna merah yang terparkir di pinggir jalan, lalu membuka pintu.

Andrew yang tidak sungkan pun langsung naik mobil dan duduk.

Rumah Jessica cukup dekat dari posisi mereka, ditambah lagi Sesilia cukup hafal daerah itu sehingga tidak berapa lama mereka pun sampai di depan sebuah vila besar nan mewah di tepi sungai.

"Ini tempatnya, ayo kutemani masuk, takutnya Keluarga Liu akan macam-macam padamu kalau tahu tujuan kedatanganmu. Meski aku punya banyak kegagalan, setidaknya mereka masih menghargaiku."

"Terima kasih banyak." Andrew sangat berterima kasih dengan etiket baik Sesilia.

Mereka berdua pun melangkah menuju pintu.

Tiba-tiba, raut wajah Andrew berubah drastis dan langsung berseru, "Tunggu!"

"Ada apa?" Sesilia menatapnya dengan bingung,

Andrew mengamati pintu masuk itu dengan seksama, kemudian berujar dengan nada dingin, "Rumah ini sangat berbahaya! Ada roh ketidakadilan dan roh pencabut nyawa yang gentayangan, aura negatifnya sangat kuat!"

"Maksudmu ada hantu di rumah ini?" Sesilia tercekat.

"Sekarang memang belum, tapi nanti."

"Kenapa begitu?"

"Karena malam ini, akan ada tragedi berdarah di tempat ini!" Andrew berujar dengan serius.

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

200