Bab 8 Part 8
by Novita.Ramadhani
11:55,Nov 14,2023
Aku menunjuk ke arah celana dalamnya yang berwarna pink itu sambil berkata, “Yang berwarna pink itu menutupi yang ingin kulihat lebih jelas. “
“Aaaw !” Mbak Widi tersipu dan merapatkan sepasang pahanya, “Hihihiii … gak nyangka Big Boss ini suka berkelakar juga. “
“Nggak … aku serius, “ sahutku sambil berdiri dan melangkah ke arah sofa yang sedang didudukinya. Lalu duduk di sampingnya. “Bagaimana kalau kita refreshing sekarang ?”
“Siap Big Boss. Asal jangan di kantor ini aja. “
“O, tentu aja. Semuanya harus berjalan secara smooth and safety. Mbak Widi bawa mobil ?”
“Tidak Big Boss. Saya kan belum punya mobil. “
“Ya udah. Kalau gitu ikut aku aja ya. “
“Siap. “
“Bisa dibawa nginap ?”
“Bisa. Saya kan orang bebas. “
“Maksudnya ?”
“Saya tidak punya suami. “
“Owh … single parent ?”
“Belum jadi parent juga. “
“Wow … jadi Mbak Widi janda muda tanpa anak ?”
“Betul Big Boss. Sejak tiga tahun yang lalu saya hidup sendiri. “
“Baguslah kalau gitu. “
“Tapi maaf Big Boss … saya kan sudah berumur tigapuluhdua tahun. Sedangkan Big Boss masih sangat muda.”
“Kebetulan aku penggemar wanita yang usianya lebih tua dariku. Apalagi yang secantik dan seseksi Mbak Widi. “
Mbak Widi tersenyum ceria. Tentu dia senang, karena yang memujinya adalah orang nomor satu di perusahaan ini. Dan itu dinyatakannya secara lisan, “Nggak nyangka kalau saya bisa disukai oleh Big Boss yang begini gantengnya … masih sangat muda pula … “
Lalu ia menatapku dengan bola mata bergoyang perlahan, diiringi senyum yang sangat menggoda pula.
Dan aku tak kuasa menahan perasaan lagi. Kurengkuh lehernya ke dalam pelukanku, kupagut dan kulumat bibir yang seolah menantang itu.
Mbak Widi terpejam dan tampak terlena. Terlebih ketika lidahnya kusedot ke dalam mulutku, lalu lidahku mengelus – elus lidahnya. Sementara tanganku mulai merayap ke balik spanroknya yang sangat pendek, sehingga dalam tempo singkat tanganku sjudah berada di balik celana dalamnya … dan mulai menggerayangi memeknya yang bersih dari jembut.
Jemariku tak cuma mengusap – usap permukaan memeknya, melainkan menyeljundup ke dalam celah vaginanya yang sudah agak basah.
Terasa setiap bagian yang tersentuh olehku mulai menghangat. Pertanda Mbak Widi sudah mulai horny.
Memang prediksiku tidak meleset. Pada suatu saat Mbak Widi melepaskan celana dalamnya sambil berkata dengan suara serak – serak basah, “Kalau sudah dibeginiin, saya gak kuat menahan nafsu lagi … “
Aku pun melepaskan jas dan dasiku. Kemudian kupelorotkan celana panjang sekaligus celana dalamku, sehingga batang kemaluanku yang “bisa diandalkan” ini tak tertutup apa – apa lagi.
Ketika melihat batang kemaluanku yang sudah sangat ngaceng ini, Mbak Widi terperanjat, “Wow … penis Big Boss dahsyat sekali … !” cetusnya sambil memegang batang kemaluanku. Lalu menciumi dan menjilati moncong kontolku dengan sikap wanita yang sudah dikuasai nafsu.
“Takkan ada orang yang nyelonong masuk ke sini kan ?” tanyaku.
“Nggak mungkin. Pintunya kalau sudah ditutup tak bisa dibuka dari luar, Big Boss… “ sahut Mbak Widi yang masih menggenggam kontolku. Lalu menjilati moncong dan lehernya lagi. Bahkan kemudian ia mulai menyelomotinya dengan sangat bernafsu.
Lalu ia menyingkapkan spanroknya sambil merentangkan kedua kakinya sejauh mungkin.
Meski tanpa kata – kata, aku mengerti apa yang diinginkannya. Bahwa ia ingin agar memeknya yang sudah dingangakan itu ingin segera kuentot … !
Tanpa menunggu permintaan lisannya, aku pun berdiri di antara kedua kakinya yang mengangkang, sambil meletakkan moncong penisku di bagian yang dingangakan oleh kedua tangannya itu. Lalu kudesakkan penisku sekuat tenaga … slipppp … meleset ke bawah.
Tangan Mbak Widi pun memegang leher penisku, lalu mengarahkannya ke titik yang tepat. Pada saat aku mendorong lagi sekuat tenaga, tangan Mbak Widi tetap memegang leher penisku. Mungkin agar jangan meleset lagi arahnya.
Dan akhirnya penisku mulai membenam sedikit demi sedikit. Aku memegang sepasang bahu Mbak Widi yang masih mengenakan blazer dan blouse itu.
Sambil berdiri dan membungkuk, dengan kedua tangan menekan sandaran sofa untuk menahan tubuhku, sang Kontol pun mulai kuayun perlahan.
“Dududuuuuuh… punya Big Boss luar biasa gede dan panjangnya … terasa seret sekali gini … oooo … ooooh … “ rintih Mbak Widi sambil menatapku dengan sorot pasrah.
Memang butuh 1 – 2 menit untuk melancarkan entotanku.
Namun akhirnya liang memek Mbak Widi mulai beradaptasi dengan ukuran penisku.
Meski kami masih berpakaian lengkap, kecuali celana dalam Mbak Widi saja yang sudah meninggalkan pemiliknya, aku bisa mengentot memek Mbak Widi yang sempit dan legit ini.
“Ooo … ooo … ooooh … akhirnya Big Boss menyetubuhi saya di kantor … “ Mbak Widi mulai merintih dengan mata merem – melek.
“Iya … ini baru starting point aja Mbak. Nanti kita lanjutkan di hotel semalam suntuk. “
Memang aku yakin bahwa aku akan mampu bertahan. Aku hanya ingin membuat Mbak Widi orgasme. Sedangkan ejakulasiku akan kutahan. Dan baru akan dimuncratkan di tempat lain nanti.
Memang ada perasaan kurang nyaman juga menyetubuhi Mbak Widi di kantornya ini. Karena kalau sampai ada orang lain yang mengetahuinya, bisa gempar perusahaanku nanti.
Karena itu sengaja kupercepat entotanku, agar Mbak Widi cepat orgasme.
Ternyata usahaku berhasil. Mbak Widi mulai menggeliat – geliat, lalu mengejang tegang sambil mencengkram kedua lenganku yang sedang berpegangan ke sandaran sofa.
Lalu terasa liang memeknya menggeliat – geliat seolah ular yang tengah membelit kontolku.
Kudiamkan batang kemaluanku beberapa saat di dalam liang memek Mbak Widi. Lalu kucabut sambil berkata, “Nanti kita lanjutkan di hotel ya. “
“Iii … iyaaa … Big Boss belum ngecrot kan ?” ucap Mbak Widi sambil menyeka memeknya dengan kertas tissue basah.
“Belum. Masih jauh Mbak. Barusan cuma ingin meredakan rasa penasaranku aja. “
“Tapi minimal Big Boss sudah merasakan memek saya kan ?” ucap Mbak Widi sambil mengenakan celana dalamnya, dengan sikap genit.
“Iya. Tapi aku ini kalau sedang berselingkuh, tidak cukup dengan satu cewek. Minimal harus dua orang cewek yang melayaniku. “
“Lalu kalau dengan istri Big Boss sendiri gimana ?”
“Istriku kan empat orang. Kadang – kadang mereka berempat melayani hasrat biologisku. “
“Wow ! Istri Big Boss empat orang ?! “ Mbak Widi tampak kaget. Apalagi kalau kuceritakan bahwa istri keempatku adalah Merry. Pasti dia lebih kaget lagi.
Tapi aku sudah sepakat dengan Merry, agar aku merahasiakan perkawinanku dengannya, agar perusahaan tetap berjalan tenang tanpa gosip sekecil apa pun.
Mbak Widi merenung sejenak. Lalu berkata, “Kalau Big Boss mau, saya bisa ajak manager personalia. Dia sebaya dengan saya, nasibnya juga sama. Sudah menjanda sejak usianya masih muda. “
“Ohya ?! Boleh lah. Panggil dia ke sini. “
“Sebentar Big Boss. Mungkin saya harus bisa merayunya dulu.. butuh waktu sebentar … takkan sampai seperempat jam … “
“Oke, “ aku mengangguk, “Kutunggu di sini. “
Sebelum keluar dari ruang tamu direktur, Mbak Widi masih sempat berkata, “Maaf saya tinggal dulu Big Boss. “
Tidak terlalu lama aku menunggu di ruang tamu pimpinan cabang perusahaanku ini.
Hanya belasan menit kemudian, Mbak Widi muncul lagi bersama seorang wanita muda, yang katanya seorang psikolog dengan jabatan manager personalia di cabang perusahaan yang dsipimpin oleh Mbak Widi itu.
Lagi – lasgi aku melihat sosok cantik, dengan perawakan tinggi langsing. Berbeda dengan Mbak Widi yang berperawakan chubby.
Manager personalia itu seperti malu – malu waktu menjabat tanganku sambil menyebutkan namanya, “Marisa … “
Bersambung
“Aaaw !” Mbak Widi tersipu dan merapatkan sepasang pahanya, “Hihihiii … gak nyangka Big Boss ini suka berkelakar juga. “
“Nggak … aku serius, “ sahutku sambil berdiri dan melangkah ke arah sofa yang sedang didudukinya. Lalu duduk di sampingnya. “Bagaimana kalau kita refreshing sekarang ?”
“Siap Big Boss. Asal jangan di kantor ini aja. “
“O, tentu aja. Semuanya harus berjalan secara smooth and safety. Mbak Widi bawa mobil ?”
“Tidak Big Boss. Saya kan belum punya mobil. “
“Ya udah. Kalau gitu ikut aku aja ya. “
“Siap. “
“Bisa dibawa nginap ?”
“Bisa. Saya kan orang bebas. “
“Maksudnya ?”
“Saya tidak punya suami. “
“Owh … single parent ?”
“Belum jadi parent juga. “
“Wow … jadi Mbak Widi janda muda tanpa anak ?”
“Betul Big Boss. Sejak tiga tahun yang lalu saya hidup sendiri. “
“Baguslah kalau gitu. “
“Tapi maaf Big Boss … saya kan sudah berumur tigapuluhdua tahun. Sedangkan Big Boss masih sangat muda.”
“Kebetulan aku penggemar wanita yang usianya lebih tua dariku. Apalagi yang secantik dan seseksi Mbak Widi. “
Mbak Widi tersenyum ceria. Tentu dia senang, karena yang memujinya adalah orang nomor satu di perusahaan ini. Dan itu dinyatakannya secara lisan, “Nggak nyangka kalau saya bisa disukai oleh Big Boss yang begini gantengnya … masih sangat muda pula … “
Lalu ia menatapku dengan bola mata bergoyang perlahan, diiringi senyum yang sangat menggoda pula.
Dan aku tak kuasa menahan perasaan lagi. Kurengkuh lehernya ke dalam pelukanku, kupagut dan kulumat bibir yang seolah menantang itu.
Mbak Widi terpejam dan tampak terlena. Terlebih ketika lidahnya kusedot ke dalam mulutku, lalu lidahku mengelus – elus lidahnya. Sementara tanganku mulai merayap ke balik spanroknya yang sangat pendek, sehingga dalam tempo singkat tanganku sjudah berada di balik celana dalamnya … dan mulai menggerayangi memeknya yang bersih dari jembut.
Jemariku tak cuma mengusap – usap permukaan memeknya, melainkan menyeljundup ke dalam celah vaginanya yang sudah agak basah.
Terasa setiap bagian yang tersentuh olehku mulai menghangat. Pertanda Mbak Widi sudah mulai horny.
Memang prediksiku tidak meleset. Pada suatu saat Mbak Widi melepaskan celana dalamnya sambil berkata dengan suara serak – serak basah, “Kalau sudah dibeginiin, saya gak kuat menahan nafsu lagi … “
Aku pun melepaskan jas dan dasiku. Kemudian kupelorotkan celana panjang sekaligus celana dalamku, sehingga batang kemaluanku yang “bisa diandalkan” ini tak tertutup apa – apa lagi.
Ketika melihat batang kemaluanku yang sudah sangat ngaceng ini, Mbak Widi terperanjat, “Wow … penis Big Boss dahsyat sekali … !” cetusnya sambil memegang batang kemaluanku. Lalu menciumi dan menjilati moncong kontolku dengan sikap wanita yang sudah dikuasai nafsu.
“Takkan ada orang yang nyelonong masuk ke sini kan ?” tanyaku.
“Nggak mungkin. Pintunya kalau sudah ditutup tak bisa dibuka dari luar, Big Boss… “ sahut Mbak Widi yang masih menggenggam kontolku. Lalu menjilati moncong dan lehernya lagi. Bahkan kemudian ia mulai menyelomotinya dengan sangat bernafsu.
Lalu ia menyingkapkan spanroknya sambil merentangkan kedua kakinya sejauh mungkin.
Meski tanpa kata – kata, aku mengerti apa yang diinginkannya. Bahwa ia ingin agar memeknya yang sudah dingangakan itu ingin segera kuentot … !
Tanpa menunggu permintaan lisannya, aku pun berdiri di antara kedua kakinya yang mengangkang, sambil meletakkan moncong penisku di bagian yang dingangakan oleh kedua tangannya itu. Lalu kudesakkan penisku sekuat tenaga … slipppp … meleset ke bawah.
Tangan Mbak Widi pun memegang leher penisku, lalu mengarahkannya ke titik yang tepat. Pada saat aku mendorong lagi sekuat tenaga, tangan Mbak Widi tetap memegang leher penisku. Mungkin agar jangan meleset lagi arahnya.
Dan akhirnya penisku mulai membenam sedikit demi sedikit. Aku memegang sepasang bahu Mbak Widi yang masih mengenakan blazer dan blouse itu.
Sambil berdiri dan membungkuk, dengan kedua tangan menekan sandaran sofa untuk menahan tubuhku, sang Kontol pun mulai kuayun perlahan.
“Dududuuuuuh… punya Big Boss luar biasa gede dan panjangnya … terasa seret sekali gini … oooo … ooooh … “ rintih Mbak Widi sambil menatapku dengan sorot pasrah.
Memang butuh 1 – 2 menit untuk melancarkan entotanku.
Namun akhirnya liang memek Mbak Widi mulai beradaptasi dengan ukuran penisku.
Meski kami masih berpakaian lengkap, kecuali celana dalam Mbak Widi saja yang sudah meninggalkan pemiliknya, aku bisa mengentot memek Mbak Widi yang sempit dan legit ini.
“Ooo … ooo … ooooh … akhirnya Big Boss menyetubuhi saya di kantor … “ Mbak Widi mulai merintih dengan mata merem – melek.
“Iya … ini baru starting point aja Mbak. Nanti kita lanjutkan di hotel semalam suntuk. “
Memang aku yakin bahwa aku akan mampu bertahan. Aku hanya ingin membuat Mbak Widi orgasme. Sedangkan ejakulasiku akan kutahan. Dan baru akan dimuncratkan di tempat lain nanti.
Memang ada perasaan kurang nyaman juga menyetubuhi Mbak Widi di kantornya ini. Karena kalau sampai ada orang lain yang mengetahuinya, bisa gempar perusahaanku nanti.
Karena itu sengaja kupercepat entotanku, agar Mbak Widi cepat orgasme.
Ternyata usahaku berhasil. Mbak Widi mulai menggeliat – geliat, lalu mengejang tegang sambil mencengkram kedua lenganku yang sedang berpegangan ke sandaran sofa.
Lalu terasa liang memeknya menggeliat – geliat seolah ular yang tengah membelit kontolku.
Kudiamkan batang kemaluanku beberapa saat di dalam liang memek Mbak Widi. Lalu kucabut sambil berkata, “Nanti kita lanjutkan di hotel ya. “
“Iii … iyaaa … Big Boss belum ngecrot kan ?” ucap Mbak Widi sambil menyeka memeknya dengan kertas tissue basah.
“Belum. Masih jauh Mbak. Barusan cuma ingin meredakan rasa penasaranku aja. “
“Tapi minimal Big Boss sudah merasakan memek saya kan ?” ucap Mbak Widi sambil mengenakan celana dalamnya, dengan sikap genit.
“Iya. Tapi aku ini kalau sedang berselingkuh, tidak cukup dengan satu cewek. Minimal harus dua orang cewek yang melayaniku. “
“Lalu kalau dengan istri Big Boss sendiri gimana ?”
“Istriku kan empat orang. Kadang – kadang mereka berempat melayani hasrat biologisku. “
“Wow ! Istri Big Boss empat orang ?! “ Mbak Widi tampak kaget. Apalagi kalau kuceritakan bahwa istri keempatku adalah Merry. Pasti dia lebih kaget lagi.
Tapi aku sudah sepakat dengan Merry, agar aku merahasiakan perkawinanku dengannya, agar perusahaan tetap berjalan tenang tanpa gosip sekecil apa pun.
Mbak Widi merenung sejenak. Lalu berkata, “Kalau Big Boss mau, saya bisa ajak manager personalia. Dia sebaya dengan saya, nasibnya juga sama. Sudah menjanda sejak usianya masih muda. “
“Ohya ?! Boleh lah. Panggil dia ke sini. “
“Sebentar Big Boss. Mungkin saya harus bisa merayunya dulu.. butuh waktu sebentar … takkan sampai seperempat jam … “
“Oke, “ aku mengangguk, “Kutunggu di sini. “
Sebelum keluar dari ruang tamu direktur, Mbak Widi masih sempat berkata, “Maaf saya tinggal dulu Big Boss. “
Tidak terlalu lama aku menunggu di ruang tamu pimpinan cabang perusahaanku ini.
Hanya belasan menit kemudian, Mbak Widi muncul lagi bersama seorang wanita muda, yang katanya seorang psikolog dengan jabatan manager personalia di cabang perusahaan yang dsipimpin oleh Mbak Widi itu.
Lagi – lasgi aku melihat sosok cantik, dengan perawakan tinggi langsing. Berbeda dengan Mbak Widi yang berperawakan chubby.
Manager personalia itu seperti malu – malu waktu menjabat tanganku sambil menyebutkan namanya, “Marisa … “
Bersambung
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved