Bab 3 Part 3
by Novita.Ramadhani
11:50,Nov 14,2023
“Belum bisa dipastikan. Kalau tidak ada masalah, besok juga kita bisa pulang. Tapi kalau ada masalah … bisa seminggu atau dua minggu kita berada di sini. Gimana ? Kalau sampai dua minggu kita berada di sini, kamu gak keberatan ?”
“Nggak apa – apa. Saya sudah bilang pada ibu saya, bahwa saya bisa sebentar bisa juga lama berada di Surabaya ini. “
“Ohya … sekarang orang tuamu tinggal ibumu aja ya ?” tanyaku.
“Iya Boss, “ sahut Utami sambil duduk di samping kiriku.
“Saudaramu berapa orang ?” tanyaku lagi.
“Cuma seorang Boss. Kakak saya perempuan juga. “
“Kakakmu sudah menikah ?”
“Sudah Boss. Tapi keadaannya memprihatinkan. Masih pas – pasan kehidupannya. Makanya saya bertekad tak mau buru – buru kawin sebelum punya pegangan buat masa depan saya. “
“Umurmu kan baru duapuluhtiga tahun ya ?”
“Iya Boss. “
“Kamu memang cerdas kok. Setahun yang lalu berarti usiamu baru duapuluhdua. Tapi di umur segitu, kamu sudah jadi sarjana. “
Utami cuma menunduk. Tidak menanggapi ucapanku.
“Soal masa depan, jangan takut. Aku menjamin masa depanmu takkan kekurangan. Asalkan kamu tetap setia menjadi kekasih rahasiaku. “
“Iya Boss. Saya percayakan semuanya ke tangan Boss. Soal kesetiaan, saya berjanji takkan membelot dari Boss, baik dalam soal pribadi mau pun di lapangan profesi. “
“Oke, “ kataku sambil menepuk bahu Utami, “Sekarang aku mau mandi dulu, lalu ambil sarapan di resto hotel. Setelah perut terisi, aku mau meninjau beberapa perusahaan yang lain. Nanti kamu istirahat aja di sini ya. Nggak usah ikut – ikut terus. Biar gak letih. “
“Siap Boss. “
Sejam kemudian aku sudah berada di dalam sedan hitam yang kemaren menjemputku dari bandara. Menuju kantor – kantor perusahaan yang semuanya sudah dicatat oleh pengemudi sedan hitam ini. Semuanya sudah diatur oleh Merry sebelum aku terbang ke Surabaya. Dan semua perusahaan yang akan kutinjau sudah tahu bahwa aku ini owner baru perusahaan – perusahaan itu.
Setibanya di kantor perusahaan pertama, yang memproduksi makanan ringan, aku disongsong oleh seorang wanita muda yang cantik dan berperawakan tinggi langsing. “Selamat datang di kantor pusat PT BGN yang sekarang sudah menjadi milik Big Boss. Kebetulan saya direktur utamanya, “ sambut wanita muda yang mengenakan blazer biru muda dengan spanrok biru tua, sementara blousenya berwarna biru tua juga.
Aku cuma mengangguk dengan senyum. Kemudian dipersilakan duduk di sofa ruang tamu dirut.
Aku belum bicara apa – apa, wanita cantik itu berkata, “Maaf … mungkin Big Boss sudah lupa pada saya. Tapi saya takkan lupa, Big Boss dahulu teman sekelas saya di SD. “
Aku terhenyak. “Haaa ?! Siapa Anda ?” tanyaku heran.
“Saya Renata. Mudah – mudahan Big Boss mulai ingat. “
“Kamu … Rena ? Yang dahulu sering kupanggil si Jelek ?”
“Betul. Hihihiiii … dulu saya sering dibully oleh Big Boss. Makanya tadi saya kaget sekali setelah melihat wajah Big Boss … karena ternyata owner perusahaan ini teman sekelas saya di SD dahulu. “
Aku bangkit dari sofaku dan pindah ke sofa yang sedang diduduki sang Dirut, lalu kutepuk bahu wanita muda yang sangat cantik itu, “Rena … Rena … kamu kok bisa jadi cantik begini sih ? Padahal waktu masih sama – sama di SD kamu ini jelek dan nyebelin. “
“Sekarang juga masih jelek Big Boss. “
“Nggak ah. Orang buta aja kalau bilang kamu jelek sih. Kamu sekarang jadi super cantik. Apa pernah dioperasi plastik, makanya kamu jadi cantik begini ?”
“Nggak pernah Big Boss, Sulam alis aja gak pernah, apalagi operasi plastik. “
“Eh … panggil aku Sam aja. Gak usah terlalu formal. Kita kan teman masa kecil. “
“Iya Big … eh … Sam. “
“Terus gimana ceritanya sehingga kamu bisa tinggal di Surabaya ?”
“Sejak masih di SMP, saya dibawa pindah ke Surabaya oleh kedua orang tua saya. Jadi sejak saat itu juga pendidikan saya dilanjutkan di kota ini. Dan akhirnya dipercaya untuk memimpin perusahaan ini. “
“Perusahaan yang sudah menjadi hak milikku di kota ini ada lima. Apakah keempat perusahaan yang lain ada sangkut pautnya dengan perusahaan yang kamu pimpin ini Ren ? ”
“Keempat perusahaan lain itu cabang dari perusahaan ini saja. Ya pusatnya di sini, Sam. “
“O, kalau begitu, untuk mendapatkan penjelasan tentang keempat perusahaan lain itu cukup dengan meminta penjelasan darimu saja ya Ren. “
“Bisa, “ Renata mengangguk.
“Terus … kalau tuntutan biologisku sulit dipadamkan, kamu bisa meredakannya kan ?”
Renata menatapku dengan sorot menyelidik. “Bisa, “ sahutnya, “Cewek yang bagaimana pun bisa saya carikan. “
“Iiiih … aku sih bukan pemain yang begituan. Maksudku kamu sendiri yang meladeni kebutuhan biologisku. Deal ?”
“Saya kan udah punya suami Sam. “
“Aku juga udah punya istri. Tapi apa salahnya kalau kita berbagi rasa dengan sesama teman karib ?”
Renata menatapku lagi. Seperti ada yang dipikirkannya.
“Gimana ? Bisa ?”
“Siap Big Boss, “ sahut Renata tegar. Yang penting jabatan saya jangan sampai dicopot. Karena saya ini tulang punggung orang tua dan keluarga. “
“Justru kalau kita berbagi rasa, hubungan kita bisa lebih dekat dan kental. Dengan sendirinya jabatanmu akan dikukuhkan terus. Asal jangan korupsi aja. “
“Soal korupsi sih tak mungkin terjadi di perusahaan Sam ini. Karena auditornya sangat cerdas dan teliti. Hilang satu rupiah pun bisa diketahui olehnya. “
Aku cuma mengangguk sambil tersenyum. Tiba – tiba Renata memegang tanganku sambil bertanya setengah berbisik, “Sekarang hasrat biologisnya sedang naik ?”
AKu terhenyak. Pertanyaan itu merupakan lampu hijau buatku. Bahwa kalau aku mau, sekarang juga aku bisa menyalurkan hasrat biologisku kepada Renata … !
“Iya sih. Soalnya kamu ini kok jadi sangat cantik begini Ren, “ sahutku yang kulanjutkan dengan mengecup pipinya.
Renata tersenyum manis. Ya … manis sekali senyum teman se-SD-ku itu. “Mau dilaksanakan di mana ? Di hotel Sam ?” tanyanya.
“Jangan di sana dong. Nanti bisa timbul gossip. Cari hotel lain saja. Malah sebaiknya yang lebih bagus daripada hotelku. “
“Gampang soal hotel sih. Terus sekarang mau berangkat dengan mobil masing – masing ke hotel itu ?”
“Mendingan Rena ikut ke mobilku aja. Biar jangan berceceran. “
“Siap Big Boss. Hihihihiii … gak nyangka bakal ketemu teman masa kecil setelah sama – sama dewasa gini. “
“Iya. Ini surprise besar buatku. Bahwa teman yang sering kubilang si Jelek di masa kecil dahulu, ternyata sudah menjelma jadi bidadari yang begini cantiknya … !”
“Hmmm … saya jadi merasa tersanjung. Tapi nanti jangan sampai malam benar ya Sam. Bisa kan sebelum jam delapan malam saya pulang ?”
“Bisa. Sekarang hitung – hitung perkenalan aja dulu. Lain waktu kita atur lagi pertemuan berikutnya. “
“Perkenalan gimana maksudnya ?” tanya Renata.
Aku menjawabnya dengan bisikan di dekat telinga Renata, “Memekmu harus berkenalan dulu dengan kontolku… !”
“Hihihihiiiii …. Sam masih nakal kayak waktu masih kecil dahulu … !”
Bersambung
“Nggak apa – apa. Saya sudah bilang pada ibu saya, bahwa saya bisa sebentar bisa juga lama berada di Surabaya ini. “
“Ohya … sekarang orang tuamu tinggal ibumu aja ya ?” tanyaku.
“Iya Boss, “ sahut Utami sambil duduk di samping kiriku.
“Saudaramu berapa orang ?” tanyaku lagi.
“Cuma seorang Boss. Kakak saya perempuan juga. “
“Kakakmu sudah menikah ?”
“Sudah Boss. Tapi keadaannya memprihatinkan. Masih pas – pasan kehidupannya. Makanya saya bertekad tak mau buru – buru kawin sebelum punya pegangan buat masa depan saya. “
“Umurmu kan baru duapuluhtiga tahun ya ?”
“Iya Boss. “
“Kamu memang cerdas kok. Setahun yang lalu berarti usiamu baru duapuluhdua. Tapi di umur segitu, kamu sudah jadi sarjana. “
Utami cuma menunduk. Tidak menanggapi ucapanku.
“Soal masa depan, jangan takut. Aku menjamin masa depanmu takkan kekurangan. Asalkan kamu tetap setia menjadi kekasih rahasiaku. “
“Iya Boss. Saya percayakan semuanya ke tangan Boss. Soal kesetiaan, saya berjanji takkan membelot dari Boss, baik dalam soal pribadi mau pun di lapangan profesi. “
“Oke, “ kataku sambil menepuk bahu Utami, “Sekarang aku mau mandi dulu, lalu ambil sarapan di resto hotel. Setelah perut terisi, aku mau meninjau beberapa perusahaan yang lain. Nanti kamu istirahat aja di sini ya. Nggak usah ikut – ikut terus. Biar gak letih. “
“Siap Boss. “
Sejam kemudian aku sudah berada di dalam sedan hitam yang kemaren menjemputku dari bandara. Menuju kantor – kantor perusahaan yang semuanya sudah dicatat oleh pengemudi sedan hitam ini. Semuanya sudah diatur oleh Merry sebelum aku terbang ke Surabaya. Dan semua perusahaan yang akan kutinjau sudah tahu bahwa aku ini owner baru perusahaan – perusahaan itu.
Setibanya di kantor perusahaan pertama, yang memproduksi makanan ringan, aku disongsong oleh seorang wanita muda yang cantik dan berperawakan tinggi langsing. “Selamat datang di kantor pusat PT BGN yang sekarang sudah menjadi milik Big Boss. Kebetulan saya direktur utamanya, “ sambut wanita muda yang mengenakan blazer biru muda dengan spanrok biru tua, sementara blousenya berwarna biru tua juga.
Aku cuma mengangguk dengan senyum. Kemudian dipersilakan duduk di sofa ruang tamu dirut.
Aku belum bicara apa – apa, wanita cantik itu berkata, “Maaf … mungkin Big Boss sudah lupa pada saya. Tapi saya takkan lupa, Big Boss dahulu teman sekelas saya di SD. “
Aku terhenyak. “Haaa ?! Siapa Anda ?” tanyaku heran.
“Saya Renata. Mudah – mudahan Big Boss mulai ingat. “
“Kamu … Rena ? Yang dahulu sering kupanggil si Jelek ?”
“Betul. Hihihiiii … dulu saya sering dibully oleh Big Boss. Makanya tadi saya kaget sekali setelah melihat wajah Big Boss … karena ternyata owner perusahaan ini teman sekelas saya di SD dahulu. “
Aku bangkit dari sofaku dan pindah ke sofa yang sedang diduduki sang Dirut, lalu kutepuk bahu wanita muda yang sangat cantik itu, “Rena … Rena … kamu kok bisa jadi cantik begini sih ? Padahal waktu masih sama – sama di SD kamu ini jelek dan nyebelin. “
“Sekarang juga masih jelek Big Boss. “
“Nggak ah. Orang buta aja kalau bilang kamu jelek sih. Kamu sekarang jadi super cantik. Apa pernah dioperasi plastik, makanya kamu jadi cantik begini ?”
“Nggak pernah Big Boss, Sulam alis aja gak pernah, apalagi operasi plastik. “
“Eh … panggil aku Sam aja. Gak usah terlalu formal. Kita kan teman masa kecil. “
“Iya Big … eh … Sam. “
“Terus gimana ceritanya sehingga kamu bisa tinggal di Surabaya ?”
“Sejak masih di SMP, saya dibawa pindah ke Surabaya oleh kedua orang tua saya. Jadi sejak saat itu juga pendidikan saya dilanjutkan di kota ini. Dan akhirnya dipercaya untuk memimpin perusahaan ini. “
“Perusahaan yang sudah menjadi hak milikku di kota ini ada lima. Apakah keempat perusahaan yang lain ada sangkut pautnya dengan perusahaan yang kamu pimpin ini Ren ? ”
“Keempat perusahaan lain itu cabang dari perusahaan ini saja. Ya pusatnya di sini, Sam. “
“O, kalau begitu, untuk mendapatkan penjelasan tentang keempat perusahaan lain itu cukup dengan meminta penjelasan darimu saja ya Ren. “
“Bisa, “ Renata mengangguk.
“Terus … kalau tuntutan biologisku sulit dipadamkan, kamu bisa meredakannya kan ?”
Renata menatapku dengan sorot menyelidik. “Bisa, “ sahutnya, “Cewek yang bagaimana pun bisa saya carikan. “
“Iiiih … aku sih bukan pemain yang begituan. Maksudku kamu sendiri yang meladeni kebutuhan biologisku. Deal ?”
“Saya kan udah punya suami Sam. “
“Aku juga udah punya istri. Tapi apa salahnya kalau kita berbagi rasa dengan sesama teman karib ?”
Renata menatapku lagi. Seperti ada yang dipikirkannya.
“Gimana ? Bisa ?”
“Siap Big Boss, “ sahut Renata tegar. Yang penting jabatan saya jangan sampai dicopot. Karena saya ini tulang punggung orang tua dan keluarga. “
“Justru kalau kita berbagi rasa, hubungan kita bisa lebih dekat dan kental. Dengan sendirinya jabatanmu akan dikukuhkan terus. Asal jangan korupsi aja. “
“Soal korupsi sih tak mungkin terjadi di perusahaan Sam ini. Karena auditornya sangat cerdas dan teliti. Hilang satu rupiah pun bisa diketahui olehnya. “
Aku cuma mengangguk sambil tersenyum. Tiba – tiba Renata memegang tanganku sambil bertanya setengah berbisik, “Sekarang hasrat biologisnya sedang naik ?”
AKu terhenyak. Pertanyaan itu merupakan lampu hijau buatku. Bahwa kalau aku mau, sekarang juga aku bisa menyalurkan hasrat biologisku kepada Renata … !
“Iya sih. Soalnya kamu ini kok jadi sangat cantik begini Ren, “ sahutku yang kulanjutkan dengan mengecup pipinya.
Renata tersenyum manis. Ya … manis sekali senyum teman se-SD-ku itu. “Mau dilaksanakan di mana ? Di hotel Sam ?” tanyanya.
“Jangan di sana dong. Nanti bisa timbul gossip. Cari hotel lain saja. Malah sebaiknya yang lebih bagus daripada hotelku. “
“Gampang soal hotel sih. Terus sekarang mau berangkat dengan mobil masing – masing ke hotel itu ?”
“Mendingan Rena ikut ke mobilku aja. Biar jangan berceceran. “
“Siap Big Boss. Hihihihiii … gak nyangka bakal ketemu teman masa kecil setelah sama – sama dewasa gini. “
“Iya. Ini surprise besar buatku. Bahwa teman yang sering kubilang si Jelek di masa kecil dahulu, ternyata sudah menjelma jadi bidadari yang begini cantiknya … !”
“Hmmm … saya jadi merasa tersanjung. Tapi nanti jangan sampai malam benar ya Sam. Bisa kan sebelum jam delapan malam saya pulang ?”
“Bisa. Sekarang hitung – hitung perkenalan aja dulu. Lain waktu kita atur lagi pertemuan berikutnya. “
“Perkenalan gimana maksudnya ?” tanya Renata.
Aku menjawabnya dengan bisikan di dekat telinga Renata, “Memekmu harus berkenalan dulu dengan kontolku… !”
“Hihihihiiiii …. Sam masih nakal kayak waktu masih kecil dahulu … !”
Bersambung
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved