Bab 5 Part 5

by Novita.Ramadhani 11:52,Nov 14,2023
Pelampiasan hasrat birahiku pada Renata berlangsung sampai tiga babak. Sehingga menjelang jam tujuh malam barulah kami menuntaskannya. Lalu mandi bersama dan ngobrol dulu beberapa saat.
Pada saat itulah aku berkata serius pada Renata, “Mulai saat ini, kamu harus bisa menjadi tangan kananku di semua perusahaanku yang di Surabaya ini. Termasuk hotelnya juga. “
“Siap Sam. “
“Kalau ada yang menjadi benalu di perusahaan, jangan segan – segan untuk memecat dan menggantinya dengan sosok baru. “
“Siap, “ sahut Renata sambil mengacungkan jempolnya, “tapi sejauh ini semuanya berjalan dengan normal dan sehat.
“Ohya, keempat cabang itu apakah perlu kudatangi semua ? Atau cukup dengan memberikan pengarahan padamu aja ?”
“Kalau secara hirarkis, memang cukup Sam berjumpa denganku saja. Karena keempat cabang itu kan berada di bawah kekuasaanku. Tapi kalau Sam mau temu muka dengan direktur cabang dan stafnya, gak ada salahnya kalau Sam mendatangi keempat cabang itu satu persatu. “
“Mmm … nantilah kupikirkan dulu. Begitu – begininya besok akan kutelepon aja ya. “
“Siap Sam. “
“Ohya … suamimu kan jauh di Jakarta sana. Kenapa gak bisa nginap aja di sini ?”
“Soalnya di rumah ada adik suamiku Sam. Kalau hilang semalam suntuk, takut laporan kepada suamiku. “
“Oooh … suamimu nyimpan mata – mata segala ya ?”
“Begitulah kira – kira. “
“Memang punya istri secantik kamu sih patut diwaspadai. Hahahaaaa … !”
“Makanya aku mau minta cerai. Sudah jenuh berumah tangga begini – begini aja. Seolah jalan di tempat. “
“Lho … penghasilanmu sebagai dirut kan cukup besar ?!”
“Iya. Yang kupersoalkan penghasilan suamiku. Seenaknya aja dia menaroh adiknya di rumahku. Lalu aku harus membiayai uang kuliahnya, uang jajannya dan sebagainya. Sementara gaji suamiku habis untuk dia aja sendiri. Tak pernah ada sisa. “
“Ohya ?! “
“Betul Sam. Meski gajinya jauh di bawah penghasilanku, sebagai seorang istri aku kan mau juga dikasih sesuatu sebagai pertanda cintanya padaku. Gak usah yang mahal – mahal … beliin gaun kek barang sehelai, mungkin aku sudah merasa senang. “
“Kamu tinggal di rumah inventaris dirut kan ?”
“Iya. Segalanya ngandalin aku. Sehingga aku merasa seperti sapi perah saja. Makanya aku mau minta ceraki saja. Tapi aku mohon Sam mau menerimaku sebagai apa saja. Sebagai wanita simpanan juga gak apa-apa. “
“Santai aja Ren, “ ucapku sambil mengelus pipi Renata yang kemerahan, “Aku ini bukan lelaki kejam. Meski kita belum jadi suami istri, kita sudah saling memiliki. Aku takkan menganjurkanmu menuntut perceraian kepada suamimu. Tapi melarang pun aku tak mau. Namun seandainya kamu benar – benar bercerai dengan suamimu, maka akulah yang akan bertanggung jawab terhadap masa depanmu. Syaratnya hanya dua aja … “
“Apa tuh syarat – syaratnya ?”
“Syarat pertama, kamu harus xsetia padaku. Syarat kedua, begitu bercerai dengan suamimu, kamu harus melepas alat KBmu. “
“SIaaap ! Kedua syarat itu akan kulaksanakan. Demi impian masa kecilku yang baru kutemukan di usia sedewasa ini. “
Renata kuantarkan ke kantornya lagi. Karena mobilnya ditinggal di situ tadi. Setelah meninggalkan Renata di kantornya, aku berkata kepada sopir yang disediakan oleh pihak hotel itu, “Kalau malam ini ke Batu – Malang, capek nggak ?”
“Nggak Big Boss. Batu kan tidak terlalu jauh dari Surabaya. “
Sebelum kembali ke hotel, aku membeli brownies dulu di Jln. Raya Darmo, yang katanya paling enak di Surabaya.
Brownies itu kuberikan kepada Utami setelah aku tiba di suiteroom hotelku.
Utami tampak senang sekali. Ternyata dia sangat menyukai brownies bakar dan sudah bosan dengan brownies kukus.
“Sudah makan malam ?” tanyaku.
“Sudah. Tadi ada yang nganterin makanan ke sini, “ sahut Utami yang sedang menikmati browniesnya.
”Kalau sudah kenyang makan browniesnya. Siap – siap ya. Kita akan ke luar kota malam ini, “ kataku.
“Iya, “ Utami mengangguk, “Berarti saya harus ganti pakaian dulu ya Boss. “
“Nggak usah. Pake kimono gitu aja juga gak apa – apa. Kita mau menuju villa sih. Bukan mau ke hotel. “
“Nggak apa – apa saya pakai kimono gini Boss ?”
“Nggak apa – apa. Nggak pake celana dalam juga nggak apa – apa. “
“Hihihiii … nanti kalau kimononya ketiup angin gimana ?”
“Paling juga memekmu masuk angin. Hahahaaa … !”
Utami tersipu.
“Tapi sekarang pakai celana dalam kan ?”
“Pake Boss. “
“Ya udah. Kalau gitu kita berangkat aja sekarang. Browniesnya bekal aja buat dimakan di villa nanti. “
“Jadi gak apa – apa saya pakai kimono gini Boss ?”
“Nggak apa – apa. Malah bagus, biar gampang megangin memekmu di jalan nanti. “
Utami tersipu lagi.
“Bawa pakaian gantinya satu aja. Yang lain tinggalkan aja di sini. Besok atau lusa kita balik lagi ke sini. “
“Siap Boss. “
Beberapa saat kemudian aku dan Utami sudah berada di dalam sedan hitam itu. Sedan yang mulai bergerak meninggalkan area parkir hotel.
Hanya sebentar sedan ini berada di dalam kota, lalu mulai menginjak batas kota menuju Malang. Dan mulai menyeruak di tengah kegelapan malam.
“Sudah ngantuk ?” tanyaku sambil merayapkan tanganku ke balik kimono Utami.
“Belum, “ sahut Utami, “Sekarang kan baru jam sembilan lebih sedikit Boss. “
Tadi malam aku sempat mandi bareng dengan Utami. Tapi pada saat mandi itu aku belum mau menyentuh kemaluannya. Kemudian kami tidur bareng, dalam keadaan sama – sama telanjang di balik satu selimut. Juga aku masih bertahan untuk tidak menyentuh kemaluannya dulu.
Tapi kini, di perjalanan menuju Malang ini, tanganku mulai kuselinapkan ke balik celana dalamnya. Mulai menyentuh memeknya yang bersih dari bulu. Hangat pula.
Di kegelapan malam itu aku mencari – cari letak mkelentitnya, karena aku tak mau memasukkan jariku ke dalam celah memeknya. Setelah menemukan yang kucari, jari tengahku mulai mengelus – elus kelentit Utami.
Utami malah merapatkan duduknya ke samping kiriku.
“Kalau mau bobo, rebahkan aja kepalamu di sini, “ bisikku sambil menepuk pahaku dengan tangan kiri, sementara tangan kanan masih berada di balik celana dalam Utami. Bahkan mulai asyik mengelus – elus kelentitnya … !
Utami menatapku sesaat. Lalu mengikuti saranku. Merebahkan kepalanya di atas pahaku.
Dan tangan kiriku jadi ada “kerjaan”. Ketika jari tangan kananku masih asyik mengelus – elus kelentitnya, tangan kiriku menyelinap ke balik behanya … untuk mempermainkan pentil toketnya. Menjepit pentil toket itu dengan jempot dan jari tengahku, sementara ujung telunjukku mengelus – elus puncak pentil itu.

Bersambung

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

195