Bab 15 Merekrut Pasukan
by Wusin
09:57,Oct 26,2023
Menghadapi pertanyaan seperti ini, Jane Lin merasa sulit untuk langsung membuat keputusan. Dia menundukkan kepala dan berpikir dalam-dalam. Kebetulan dia melihat James yang sedang menganggur. Wajahnya yang tadinya berkerut, tiba-tiba tersenyum, "James. Kamu rasa, siapa yang lebih cocok?"
Felicia yang berada di sebelahnya tertegun. Jelas dia tidak menyangka Jane akan menyerahkan keputusan ini ke tangan si playboy James. Dengan gaya-gaya si playboy itu, apakah dia masih perlu memilih? Dia pasti akan memilih Candice. Setidaknya Candice menang secara penampilan dan usia. Bukankah playboy seperti mereka hanya bisa menilai orang dari penampilannya saja?!
"Hah? Siapa yang lebih cocok?" James bertanya dengan keheranan.
"Apakah kamu mendengarkan pembicaraan kami?" Jane memijat-mijat dahinya. Dia kembali mengulangi pertanyaannya, "Aku ingin bertanya, jika kamu harus memilih di antara Candice Qin dan Sunny Li, siapa yang akan kamu pilih untuk menjadi representatif merek busana kita?"
"Tentu saja Candice!" James mengatakannya tanpa berpikir.
Felicia merapatkan bibirnya. Dia terlihat mencibbinr. Dia sudah tahu, pasti playboy itu akan memilih seperti itu.
"Oh, mengapa kamu memilih Candice? Atau jangan-jangan kamu tertarik padanya," goda Jane.
"Bagaimana bisa tertarik? Aku bahkan tidak mengenalnya. Hanya saja, aku merasa nama Candice terdengar tidak terlalu kuno." James berkata sambil mencibir. Apakah hal seperti ini perlu dipertimbangkan? Sunny Li? Nama ini terdengar norak sekali.
Begitu dia berkata demikian, Jane dan Felicia terbelalak. Dia tidak mengenal Candice Qin? Bukankah semua pemain seperti kalian bermimpi untuk menidurinya?
Lagipula, baru kali ini, mereka mendengar ada yang memilih representatif berdasarkan namanya.
Melihat gayanya itu, Felicia langsung menjadi marah. Dia mendengus dingin, "Semua nama orang terdengar norak, hanya namamu saja yang tidak norak!" Dasar playboy. Sekelompok mahluk tak berguna berotak babi! Ketertarikan Felicia yang tidak dia sadari kepada James yang baru saja meningkat itu, langsung buyar dalam seketika.
"Paling tidak, menurutku, nama Nona Song tidak terdengar norak!" Mendengar kecaman Felicia, James berkata dengan datar. Nada bicaranya sedikit terdengar menggoda. Felicia memang sangat cantik. Tetapi dengan kesombongannya itu, dia tidak akan berharap apa-apa padanya.
Mata Felicia terbelalak ke arahnya. Dia tampak sangat kesal. Dia membalikkan wajahnya dan berkata kepada Jane, "Direktur Lin, tolong pertimbangkan dengan baik. Setelah membuat keputusan, hubungi aku. Aku akan meminta orang dari bagian pencitraan merek menghubungi pihak sana.
Dia tidak ingin tinggal di sini lebih lama lagi. Melihat bajingan ini membuatnya merasa jijik. Sepertinya, dia tidak akan bisa menelan makan siangnya hari ini. Baginya, selain sedikit tampan, tidak ada kelebihan lain yang ada pada seluruh diri James.
Jika dia harus menjabarkan kekurangan James, dia bisa menyebutkannya dengan mudah. Misalnya, tidak tahu apa-apa, vulgar, tidak tahu malu, bernafsu tinggi, pecundang, sombong, mendominasi...
"Hm. Pergilah dulu. Besok pagi, aku akan memberimu jawaban!" Jane menganggukkan kepalanya.
James awalnya berniat untuk meminta nomor telepon Kevin Song dari Felicia. Dia ingin meminta beberapa anggota tentara darinya. Akan tetapi, setelah melihat ekspresi wajahnya, sepertinya dia tidak akan memberi tahu apa-apa. Jika dia bertanya, kemungkinan, dia hanya akan dipermalukan.
Setelah Felicia pergi, Jane meninggalkan meja kerjanya dan berjalan menuju sofa. Dia duduk di sebelah James sambil tersenyum dan berkata, "Kamu memilih Candice sebagai representatif, benar-benar bukan karena niat pribadi?"
"Bukan!" James berkata dengan tegas, "Aku bahkan tidak mengenalnya!"
"Haha, sepertinya kamu bukanlah playboy profesional. Kamu bahkan tidak mengenal Candice!" Jane menertawakan dirinya.
"Apakah dia sangat terkenal? Mengapa aku harus mengenalnya?" James mengangkat bahunya.
Dia benar-benar tidak mengenal Candice. Ada begitu banyak wanita di muka bumi. Apakah dia harus mengenal mereka satu per satu? Baginya, siapapun yang akan menjadi wajah perusahaan, ya, sama saja.
"Baiklah. Jangan bahas ini lagi!" Jane mengalihkan topik pembicaraan. Dia menatapnya sambil berkata, "Setelah mengganti caramu berpakaian, kamu tampak sangat tampan. Bahkan hatiku pun nyaris tergerak. Apakah kamu memeperhatikan, baru saja Felicia terus-menerus memandangi dirimu!"
"Kak. Aku datang padamu, untuk membicarakan hal serius!" Wajah James merona merah.
"Haha. Bocah. Bisa-bisanya wajahnu merona merah?" Jane tertawa dengan sangat gembira. Siapa yang menyangka, wajah playboy satu ini bisa memerah? Siapa yang percaya?!
"Kak. Ada hal serius yang benar-benar ingin aku tanyakan!" James tidak terima ditertawakan Jane. Dia cepat-cepat menyampaikan tujuan kedatangannya kali ini. "Aku ingin membuka sebuah Kantor Sekuriti. Tetapi aku tidak tahu bagaimana cara membuka sebuah perusahaan. Orang tua itu menyuruhku untuk meminta bantuanmu!"
"Orang tua" yang dia maksud, tentu saja adalah Thomas Xu. Dulu, ini merupakan panggilannya terhadap gurunya. Entah mengapa dia menggunakannya untuk memanggil Thomas.
"Kamu mau mendirikan Kantor Sekuriti?" Jane akhirnya berhenti menertawakan dirinya. Dia tampak ragu, "Mengapa kamu tiba-tiba ingin berkecimpung dalam bidang ini? Bidang penjagaan keamanan kemungkinan tidak mudah untuk dijalankan."
Sesungguhnya Jane ingin membujuknya untuk tidak melakukannya. Akan tetapi, mengingat akhirnya adiknya satu ini ingin melakukan sesuatu yang benar, maka dia tidak mau memupuskan semangatnya. Kalau dia tidak berhasil, takutnya dia akan kembali ke jalan lamanya. Yang jelas, Keluarga Xu tidak kekurangan uang. Bisa tidaknya Kantor Sekuriti ini beroperasi, tidak masalah bagi Keluarga Xu. Asalkan James tidak lagi bertingkah seperti dulu."
"Tidak ada alasan. Aku hanya ingin bersenang-senang!" James tidak mungkin memberitahunya bahwa dia ingin membuat pasukan bersenjata.
Ini juga tiba-tiba saja terpikir olehnya. Sebagai Kantor Sekuriti, yang secara khusus menyediakan jasa bersenjata, memiliki senjata adalah hal yang lumrah dan tidak akan menimbulkan kecurigaan. Tentu saja senjata-senjata ini adalah senjata biasa, dan tidak mungkin mereka memiliki senjata yang mematikan, paling-paling hanya pistol kecil. Sedangkan, yang sesungguhnya ingin dia inginkan adalah senjata pembunuh.
"Baiklah. Berhubung kamu ingin bermain, aku akan mengajarimu!" Jane tiddak peduli apakah mereka akan memperoleh keuntungan. Dia hanya memedulikan perubahannya.
"Sebelum membuka sebuah perusahaan. Kamu harus memikirkan nama, memilih alamat, lalu mengurus surat izin usaha. Tentu saja, ini semua bisa kamu serahkan pada orang lain." Jane berhenti sejenak, kemudian melanjutkan kata-katanya, "Setelah menyelesaikan itu, kamu harus membentuk berbagai departemen. Bagian keuangan, bagian SDM dan lain-lain..."
Satu jam berikutnya, Jane mengajarinya segala hal yang harus dia perhatikan dalam mendirikan sebuah perusahaan. Dia juga menceritakan berbagai pengalamannya. Awalnya, James mendengarkan dengan sepenuh hati. Sampai pada akhirnya, pikirannya entah terbang ke mana. Dia hanya ingin mencari serombongan orang secara legal. Dia tidak menyangka ada begitu banyak seluk-beluk permasalahan di antaranya. Jika dari awal dia tahu, lebih baik dia diam-diam membangun sindikat gelap saja.
"Hei. Apakah kamu mendengarkan perkataanku?" Melihat konsentrasi James yang buyar, Jane merasa sakit kepala.
"Hah. Sudah bicara sampai mana?" James kembali sadar. Dia cepat-cepat memasang pose ingin belajar.
Jane memijat dahinya, lalu menghela napas tak berdaya, dan berkata, "Sudahlah. Aku akan membantumu membereskan semuanya. Kamu hanya perlu merekrut orang saja. Selain itu, karena kondisi khusus sebuah Kantor Sekuriti, kita akan membutuhkan izin dari Kantor Kepolisian Kota. Berhubung perilakumu di masa lalu begitu, sepertinya tidak ada yang berani memberimu izin. Maka kamu hanya bisa menjadi pengendali di balik layar."
"Tidak jadi soal!" Tentu saja James mengerti akan hal kecil seperti ini. Dia tidak peduli siapa pemilik perusahaan ini. Asalkan apa yang ada di dalamnya berada di bawah kendali kekuasaannya. Itu saja sudah cukup.
"Apakah kamu sudah menentukan lokasi perusahaanmu?" Jane kembali bertanya.
James mengangguk dan berkata, "Aku sudah menetukan alamatnya. Lokasinya berada di antara kantor pusat Grup Sinar dan rumah kita. Cukup mudah dicapai. Aku akan segera menemukan orang untuk renovasi."
Asalkan semua urusan rumit lainnya sudah selesai, sisanya bukan lagi masalah. Mengenai persenjataan. Hehe. Itu adalah keahliannya.
"Mengapa mencari orang untuk renovasi?" Jane memutar bola matanya, "Bukankah ada perusahaan kontraktor di bawah Grup Sinar. Aku cukup menghubungi mereka saja."
Perusahaan sendiri memiliki usaha kontraktor, tetapi dia malah mencari orang lain untuk melakukannya. Apakah dia tidak tahu bahwa rezeki tidak perlu dialirkan ke lahan orang lain?
"Hah? Kita memiliki usaha kontraktor?" James tertegun. Dia benar-benar tidak mengetahui hal ini.
Jane menatapnya dengan tidak berdaya. Benar-benar putra kesayangan pamannya. Bahkan perusahaan apa saja yang dia miliki, dia tidak tahu. Jika suatu hari, dia berkembang dengan baik, mungkin dia tidak sadar kalau bersaing dengan perusahaannya sendiri.
"Baiklah. Kamu kerjakan saja apa yang sudah kusampaikan padamu. Biar aku yang mengatur perusahaan kontraktor. Pada saatnya nanti, seperti apa pembangunannya, mereka akan langsung menghubungimu." Jane merasa lebih baik dirinya cepat-cepat mengusirnya. Jika dia berkata lebih banyak lagi padanya, kemungkinan dia akan semakin kesal sampai muntah darah.
"Baiklah, selama proses renovasi, aku akan menjadi mandor!" James bangkit berdiri sambil tersenyum.
Mandor? Apakah perusahaan sendiri masih membutuhkan dirinya untuk menjadi mandor? Jane tidak habis pikir.
Sesungguhnya Jane tidak tahu. Ruang pelatihan yang ingin dibangun James, memang membutuhkan dirinya untuk mengerjakannya sendiri secara langsung. Perusahaan kontraktor biasa, tidak mungkin bisa mengerjakan tempat pelatihan yang aneh-aneh seperti itu.
Berhubung tidak ada harapan untuk mendapatkan orang dari Kevin Song, maka hanya ada satu tempat di mana dia bisa mendapatkan veteran tentara. Pusat Pelayanan Veteran. Tempat ini khusus dibangun untuk para veteran. Tujuannya adalah untuk membantu mereka mencari pekerjaan, agar setelah mereka meninggalkan kamp militer, mereka tidak akan terlantar atau mati kelaparan.
Begitu James masuk ke dalam, seluruh aula besar itu dipenuhi orang. Ada para veteran yang datang untuk mencari pekerjaan. Ada juga yang seperti dirinya, sedang mencari pekerja.
James berjalan dengan santai mengelilingi aula itu. Dia memperhatikan setiap orang yang hilir-mudik dengan seksama. Sebentar-sebentar dia mengangguk, sebentar-sebentar dia menggeleng.
Hm? Tiba-tiba saja, tampak sosok tubuh yang tegap dan kekar yang menarik perhatiannya.
Orang ini tingginya lebih dari 185 cm. Dia bahkan hampir satu kepala lebih tinggi dari James. Tampak bekas luka torehan yang halus dan panjang pada wajahnya. Tatapannya dipenuhi semangat. Otot-otot yang menonjol membuat kaos yang dia kenakan tertarik ketat nyaris robek. Seluruh tubuhnya dari atas ke bawah memancarkan aura yang kuat. Hanya saja, orang ini berjalan dengan sangat pelan. Tampaknya, kaki kanannya bermasalah. Seluruh berat tubuhnya, dia tumpukan pada kaki kirinya. Dia berjalan di tengah-tengah aula. Sosoknya terlihat kesepian. Orang-orang lain disekitarnya dihampiri orang untuk diajak bicara. Hanya dia yang mondar-mandir sebatang kara.
Felicia yang berada di sebelahnya tertegun. Jelas dia tidak menyangka Jane akan menyerahkan keputusan ini ke tangan si playboy James. Dengan gaya-gaya si playboy itu, apakah dia masih perlu memilih? Dia pasti akan memilih Candice. Setidaknya Candice menang secara penampilan dan usia. Bukankah playboy seperti mereka hanya bisa menilai orang dari penampilannya saja?!
"Hah? Siapa yang lebih cocok?" James bertanya dengan keheranan.
"Apakah kamu mendengarkan pembicaraan kami?" Jane memijat-mijat dahinya. Dia kembali mengulangi pertanyaannya, "Aku ingin bertanya, jika kamu harus memilih di antara Candice Qin dan Sunny Li, siapa yang akan kamu pilih untuk menjadi representatif merek busana kita?"
"Tentu saja Candice!" James mengatakannya tanpa berpikir.
Felicia merapatkan bibirnya. Dia terlihat mencibbinr. Dia sudah tahu, pasti playboy itu akan memilih seperti itu.
"Oh, mengapa kamu memilih Candice? Atau jangan-jangan kamu tertarik padanya," goda Jane.
"Bagaimana bisa tertarik? Aku bahkan tidak mengenalnya. Hanya saja, aku merasa nama Candice terdengar tidak terlalu kuno." James berkata sambil mencibir. Apakah hal seperti ini perlu dipertimbangkan? Sunny Li? Nama ini terdengar norak sekali.
Begitu dia berkata demikian, Jane dan Felicia terbelalak. Dia tidak mengenal Candice Qin? Bukankah semua pemain seperti kalian bermimpi untuk menidurinya?
Lagipula, baru kali ini, mereka mendengar ada yang memilih representatif berdasarkan namanya.
Melihat gayanya itu, Felicia langsung menjadi marah. Dia mendengus dingin, "Semua nama orang terdengar norak, hanya namamu saja yang tidak norak!" Dasar playboy. Sekelompok mahluk tak berguna berotak babi! Ketertarikan Felicia yang tidak dia sadari kepada James yang baru saja meningkat itu, langsung buyar dalam seketika.
"Paling tidak, menurutku, nama Nona Song tidak terdengar norak!" Mendengar kecaman Felicia, James berkata dengan datar. Nada bicaranya sedikit terdengar menggoda. Felicia memang sangat cantik. Tetapi dengan kesombongannya itu, dia tidak akan berharap apa-apa padanya.
Mata Felicia terbelalak ke arahnya. Dia tampak sangat kesal. Dia membalikkan wajahnya dan berkata kepada Jane, "Direktur Lin, tolong pertimbangkan dengan baik. Setelah membuat keputusan, hubungi aku. Aku akan meminta orang dari bagian pencitraan merek menghubungi pihak sana.
Dia tidak ingin tinggal di sini lebih lama lagi. Melihat bajingan ini membuatnya merasa jijik. Sepertinya, dia tidak akan bisa menelan makan siangnya hari ini. Baginya, selain sedikit tampan, tidak ada kelebihan lain yang ada pada seluruh diri James.
Jika dia harus menjabarkan kekurangan James, dia bisa menyebutkannya dengan mudah. Misalnya, tidak tahu apa-apa, vulgar, tidak tahu malu, bernafsu tinggi, pecundang, sombong, mendominasi...
"Hm. Pergilah dulu. Besok pagi, aku akan memberimu jawaban!" Jane menganggukkan kepalanya.
James awalnya berniat untuk meminta nomor telepon Kevin Song dari Felicia. Dia ingin meminta beberapa anggota tentara darinya. Akan tetapi, setelah melihat ekspresi wajahnya, sepertinya dia tidak akan memberi tahu apa-apa. Jika dia bertanya, kemungkinan, dia hanya akan dipermalukan.
Setelah Felicia pergi, Jane meninggalkan meja kerjanya dan berjalan menuju sofa. Dia duduk di sebelah James sambil tersenyum dan berkata, "Kamu memilih Candice sebagai representatif, benar-benar bukan karena niat pribadi?"
"Bukan!" James berkata dengan tegas, "Aku bahkan tidak mengenalnya!"
"Haha, sepertinya kamu bukanlah playboy profesional. Kamu bahkan tidak mengenal Candice!" Jane menertawakan dirinya.
"Apakah dia sangat terkenal? Mengapa aku harus mengenalnya?" James mengangkat bahunya.
Dia benar-benar tidak mengenal Candice. Ada begitu banyak wanita di muka bumi. Apakah dia harus mengenal mereka satu per satu? Baginya, siapapun yang akan menjadi wajah perusahaan, ya, sama saja.
"Baiklah. Jangan bahas ini lagi!" Jane mengalihkan topik pembicaraan. Dia menatapnya sambil berkata, "Setelah mengganti caramu berpakaian, kamu tampak sangat tampan. Bahkan hatiku pun nyaris tergerak. Apakah kamu memeperhatikan, baru saja Felicia terus-menerus memandangi dirimu!"
"Kak. Aku datang padamu, untuk membicarakan hal serius!" Wajah James merona merah.
"Haha. Bocah. Bisa-bisanya wajahnu merona merah?" Jane tertawa dengan sangat gembira. Siapa yang menyangka, wajah playboy satu ini bisa memerah? Siapa yang percaya?!
"Kak. Ada hal serius yang benar-benar ingin aku tanyakan!" James tidak terima ditertawakan Jane. Dia cepat-cepat menyampaikan tujuan kedatangannya kali ini. "Aku ingin membuka sebuah Kantor Sekuriti. Tetapi aku tidak tahu bagaimana cara membuka sebuah perusahaan. Orang tua itu menyuruhku untuk meminta bantuanmu!"
"Orang tua" yang dia maksud, tentu saja adalah Thomas Xu. Dulu, ini merupakan panggilannya terhadap gurunya. Entah mengapa dia menggunakannya untuk memanggil Thomas.
"Kamu mau mendirikan Kantor Sekuriti?" Jane akhirnya berhenti menertawakan dirinya. Dia tampak ragu, "Mengapa kamu tiba-tiba ingin berkecimpung dalam bidang ini? Bidang penjagaan keamanan kemungkinan tidak mudah untuk dijalankan."
Sesungguhnya Jane ingin membujuknya untuk tidak melakukannya. Akan tetapi, mengingat akhirnya adiknya satu ini ingin melakukan sesuatu yang benar, maka dia tidak mau memupuskan semangatnya. Kalau dia tidak berhasil, takutnya dia akan kembali ke jalan lamanya. Yang jelas, Keluarga Xu tidak kekurangan uang. Bisa tidaknya Kantor Sekuriti ini beroperasi, tidak masalah bagi Keluarga Xu. Asalkan James tidak lagi bertingkah seperti dulu."
"Tidak ada alasan. Aku hanya ingin bersenang-senang!" James tidak mungkin memberitahunya bahwa dia ingin membuat pasukan bersenjata.
Ini juga tiba-tiba saja terpikir olehnya. Sebagai Kantor Sekuriti, yang secara khusus menyediakan jasa bersenjata, memiliki senjata adalah hal yang lumrah dan tidak akan menimbulkan kecurigaan. Tentu saja senjata-senjata ini adalah senjata biasa, dan tidak mungkin mereka memiliki senjata yang mematikan, paling-paling hanya pistol kecil. Sedangkan, yang sesungguhnya ingin dia inginkan adalah senjata pembunuh.
"Baiklah. Berhubung kamu ingin bermain, aku akan mengajarimu!" Jane tiddak peduli apakah mereka akan memperoleh keuntungan. Dia hanya memedulikan perubahannya.
"Sebelum membuka sebuah perusahaan. Kamu harus memikirkan nama, memilih alamat, lalu mengurus surat izin usaha. Tentu saja, ini semua bisa kamu serahkan pada orang lain." Jane berhenti sejenak, kemudian melanjutkan kata-katanya, "Setelah menyelesaikan itu, kamu harus membentuk berbagai departemen. Bagian keuangan, bagian SDM dan lain-lain..."
Satu jam berikutnya, Jane mengajarinya segala hal yang harus dia perhatikan dalam mendirikan sebuah perusahaan. Dia juga menceritakan berbagai pengalamannya. Awalnya, James mendengarkan dengan sepenuh hati. Sampai pada akhirnya, pikirannya entah terbang ke mana. Dia hanya ingin mencari serombongan orang secara legal. Dia tidak menyangka ada begitu banyak seluk-beluk permasalahan di antaranya. Jika dari awal dia tahu, lebih baik dia diam-diam membangun sindikat gelap saja.
"Hei. Apakah kamu mendengarkan perkataanku?" Melihat konsentrasi James yang buyar, Jane merasa sakit kepala.
"Hah. Sudah bicara sampai mana?" James kembali sadar. Dia cepat-cepat memasang pose ingin belajar.
Jane memijat dahinya, lalu menghela napas tak berdaya, dan berkata, "Sudahlah. Aku akan membantumu membereskan semuanya. Kamu hanya perlu merekrut orang saja. Selain itu, karena kondisi khusus sebuah Kantor Sekuriti, kita akan membutuhkan izin dari Kantor Kepolisian Kota. Berhubung perilakumu di masa lalu begitu, sepertinya tidak ada yang berani memberimu izin. Maka kamu hanya bisa menjadi pengendali di balik layar."
"Tidak jadi soal!" Tentu saja James mengerti akan hal kecil seperti ini. Dia tidak peduli siapa pemilik perusahaan ini. Asalkan apa yang ada di dalamnya berada di bawah kendali kekuasaannya. Itu saja sudah cukup.
"Apakah kamu sudah menentukan lokasi perusahaanmu?" Jane kembali bertanya.
James mengangguk dan berkata, "Aku sudah menetukan alamatnya. Lokasinya berada di antara kantor pusat Grup Sinar dan rumah kita. Cukup mudah dicapai. Aku akan segera menemukan orang untuk renovasi."
Asalkan semua urusan rumit lainnya sudah selesai, sisanya bukan lagi masalah. Mengenai persenjataan. Hehe. Itu adalah keahliannya.
"Mengapa mencari orang untuk renovasi?" Jane memutar bola matanya, "Bukankah ada perusahaan kontraktor di bawah Grup Sinar. Aku cukup menghubungi mereka saja."
Perusahaan sendiri memiliki usaha kontraktor, tetapi dia malah mencari orang lain untuk melakukannya. Apakah dia tidak tahu bahwa rezeki tidak perlu dialirkan ke lahan orang lain?
"Hah? Kita memiliki usaha kontraktor?" James tertegun. Dia benar-benar tidak mengetahui hal ini.
Jane menatapnya dengan tidak berdaya. Benar-benar putra kesayangan pamannya. Bahkan perusahaan apa saja yang dia miliki, dia tidak tahu. Jika suatu hari, dia berkembang dengan baik, mungkin dia tidak sadar kalau bersaing dengan perusahaannya sendiri.
"Baiklah. Kamu kerjakan saja apa yang sudah kusampaikan padamu. Biar aku yang mengatur perusahaan kontraktor. Pada saatnya nanti, seperti apa pembangunannya, mereka akan langsung menghubungimu." Jane merasa lebih baik dirinya cepat-cepat mengusirnya. Jika dia berkata lebih banyak lagi padanya, kemungkinan dia akan semakin kesal sampai muntah darah.
"Baiklah, selama proses renovasi, aku akan menjadi mandor!" James bangkit berdiri sambil tersenyum.
Mandor? Apakah perusahaan sendiri masih membutuhkan dirinya untuk menjadi mandor? Jane tidak habis pikir.
Sesungguhnya Jane tidak tahu. Ruang pelatihan yang ingin dibangun James, memang membutuhkan dirinya untuk mengerjakannya sendiri secara langsung. Perusahaan kontraktor biasa, tidak mungkin bisa mengerjakan tempat pelatihan yang aneh-aneh seperti itu.
Berhubung tidak ada harapan untuk mendapatkan orang dari Kevin Song, maka hanya ada satu tempat di mana dia bisa mendapatkan veteran tentara. Pusat Pelayanan Veteran. Tempat ini khusus dibangun untuk para veteran. Tujuannya adalah untuk membantu mereka mencari pekerjaan, agar setelah mereka meninggalkan kamp militer, mereka tidak akan terlantar atau mati kelaparan.
Begitu James masuk ke dalam, seluruh aula besar itu dipenuhi orang. Ada para veteran yang datang untuk mencari pekerjaan. Ada juga yang seperti dirinya, sedang mencari pekerja.
James berjalan dengan santai mengelilingi aula itu. Dia memperhatikan setiap orang yang hilir-mudik dengan seksama. Sebentar-sebentar dia mengangguk, sebentar-sebentar dia menggeleng.
Hm? Tiba-tiba saja, tampak sosok tubuh yang tegap dan kekar yang menarik perhatiannya.
Orang ini tingginya lebih dari 185 cm. Dia bahkan hampir satu kepala lebih tinggi dari James. Tampak bekas luka torehan yang halus dan panjang pada wajahnya. Tatapannya dipenuhi semangat. Otot-otot yang menonjol membuat kaos yang dia kenakan tertarik ketat nyaris robek. Seluruh tubuhnya dari atas ke bawah memancarkan aura yang kuat. Hanya saja, orang ini berjalan dengan sangat pelan. Tampaknya, kaki kanannya bermasalah. Seluruh berat tubuhnya, dia tumpukan pada kaki kirinya. Dia berjalan di tengah-tengah aula. Sosoknya terlihat kesepian. Orang-orang lain disekitarnya dihampiri orang untuk diajak bicara. Hanya dia yang mondar-mandir sebatang kara.
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved