chapter 6 Keluarga Nona Heis
by Tri Irwansyah
18:56,Sep 27,2023
Marco Heis, tuan tua dari Keluarga Heis, akhir-akhir ini selalu merasa agak gelisah, dia tidak berselera makan dan juga tidak bisa tidur nyenyak.
Dia selalu memiliki kebiasaan hidup yang baik. Dia pernah belajar beberapa seni bela diri saat muda dan terus berlatih Tai Chi sepanjang tahun. Meskipun Marco sudah berusia delapan puluh tahun, dia selalu dalam keadaan sehat. Dokter pribadinya bilang jantungnya lebih sehat dibandingkan dengan anak muda pada umumnya.
Namun, entah kenapa, akhir-akhir ini, dia selalu merasa lemah dan lemas untuk bergerak.
Marco mengira ajalnya sudah dekat, jadi dia berencana membuat pengaturan selagi dia masih hidup. Yang terpenting adalah pernikahan cucunya.
Pemuda Keluarga Saul telah pergi selama bertahun-tahun, enggak tahu bagaimana keadaannya sekarang?'
Biasanya Marco selalu jalan sore, hari ini dia tidak bisa berjalan terlalu jauh.
"Tuan, ayo kembali," kata Eko Heis, pengurus rumah tangga yang mengikutinya.
Ada beberapa pengurus rumah tangga di Keluarga Heis, Eko adalah kepala pengurus rumah tangga, tetapi dia hanya bertanggung jawab atas kehidupan sehari-hari dan makanan Marco. Dengan Eko di sisinya, Marco merasa lega, begitu pula semua orang di Keluarga Heis.
"Eko, kamu telah mengikutiku selama belasan tahun."
Eko tercengang, dia tidak tahu kenapa Marco tiba-tiba membicarakan hal ini, "Ya, enam belas tahun."
"Sudah enam belas tahun, kamu juga sudah tua," Marco menghela napas, "Kita hanya terima semua ini!"
"Tuan, apa yang terjadi?"
"Sudah bertahun-tahun kamu mengikutiku. Pernahkah kamu berpikir untuk memulai bisnismu sendiri?"
Eko menggelengkan kepalanya, "Tuan memperlakukanku dengan baik, aku bersedia selalu mengikutimu!"
"Haha, kamu terlalu banyak berpikir," Marco tertawa terbahak-bahak, "Aku sudah tua, cepat atau lambat aku harus pergi."
"Tuan……"
Marco melambaikan tangannya untuk menghentikan Eko melanjutkan, "Kamu bukan orang luar, jadi tidak perlu segan membahas hal seperti ini, semua orang akan mati. Beberapa tahun yang lalu, aku membeli sebuah pulau kecil di Laut Cina Timur dan mengembangkannya, seharusnya sudah hampir selesai. Aku tahu kamu tidak ingin bergaul dengan orang lain, jadi bagaimana kalau pergi ke Laut Cina Timur dan menjadi pemilik Pulau Persik?"
Eko segera berkata, "Terima kasih, Tuan."
"Jangan terburu-buru berterima kasih padaku," Marco berkata, "Aku juga ingin meminta bantuanmu."
"Tuan, silakan mengatakannya."
"Bencana Keluarga Heis 20 tahun yang lalu masih membuatku takut. Sekarang, Keluarga Heis tampaknya makmur, tetapi ada banyak masalah internal dan eksternal. Begitu aku mati, aku khawatir semuanya akan meledak. Aku ingin meminta bantuanmu, dalam waktu tiga tahun setelah kematianku, kamu harus melindungi keselamatan keturunan Keluarga Heis."
"Tuan, jangan khawatir, hal ini memang harus aku lakukan."
"Satu hal lagi, pemuda yang bernama Derrick..." Marco berhenti sejenak, berbalik dan berkata, "Ayo kembali, aku akan memberitahumu lebih banyak tentang masalah ini."
Keduanya berjalan kembali, begitu sampai di pintu masuk area vila, ketika melihat Marco kembali, satpam memberi hormat dan membungkuk, "Hari ini Tuan Tua kembali lebih awal?"
Marco selalu bersikap ramah terhadap bawahannya dan berkata sambil tersenyum, "Aku sudah tua dan tidak kuat berjalan lagi."
Satpam berkata, "Tuan Marco memperlakukan kami para pelayan dan kerabat miskin yang berasal dari pedesaan dengan sangat baik, kamu adalah orang baik. Ibuku telah memberitahuku sejak kecil bahwa orang baik akan berumur panjang."
Marco tertawa keras, "Tidak ada yang namanya umur panjang. Tidak peduli seberapa keras kamu menyanjungku, juga tidak dapat mengubah nasib kuda tua seperti aku ini."
Tiba-tiba sesuatu terlintas di benaknya, Marco menoleh ke arah satpam dan bertanya, "Kerabat miskin apa yang baru saja kamu bicarakan?"
Satpam itu berkata, "Bukankah sering ada orang miskin yang datang berpura-pura mencari kerabat? Tuan Marco juga menyuruh kami untuk bersikap sopan kepada mereka, apakah kamu lupa? Hari ini ada seorang pendeta yang datang ke sini."
Marco sangat senang dan menepuk bahu satpam itu, "Kamu melakukan hal yang benar. Orang miskin tidak boleh berpikiran sempit, orang kaya tidak boleh melupakan asal usulnya. Kumpulkan kebajikan dan lakukan perbuatan baik. Setelah tiga generasi, keturunanmu juga akan kaya."
Satpam itu tersenyum naif, "Kami tidak berani berpikir menjadi orang kaya, asalkan cukup pakai saja, hehe."
Saat hendak pergi, Marco tiba-tiba teringat sesuatu, dia tertegun sejenak, berbalik dan bertanya, "Kamu baru saja bilang pendeta, pendeta apa itu?"
Satpam berkata, "Hari ini ada seorang pemuda, berpakaian seperti pendeta, yang mendatangimu dan mengatakan bahwa dia adalah kerabatmu. Sepertinya namanya Derrick apaan."
"Kamu bilang siapa namanya?" Marco menyembunyikan senyumnya dan bertanya dengan tajam.
Satpam tidak tahu kenapa Marco tiba-tiba menjadi kesal dan terkejut, "Namanya Der… rick… Saul, ya, namanya Derrick Saul. Pak Dani yang menyambutnya."
"Di mana dia sekarang?"
"Dia sudah pergi."
Marco sangat marah dan berteriak, "Panggil Dani Sanjaya ke sini!"
Jantung satpam itu berdebar kencang. Tuan Marco biasanya baik dan ramah, tetapi begitu dia berteriak marah, semua orang akan takut padanya.
Apakah si Derrick seorang pembohong?
Haih, aku telah menyinggung Tuan Marco, sepertinya aku akan mendapat masalah, aku juga melibatkan Pak Dani.
…
Beni Heis tidak tahu apa yang terjadi di rumah, Tuan Marco memanggilnya pulang dengan marah.
Situasi bisnis akhir-akhir ini membuatnya sangat cemas, dia benar-benar tidak bisa mengurus urusan keluarganya sama sekali.
Begitu kembali ke kediaman Marco, istrinya Jane Lise, putranya Jordy Heis, sepupunya Hendy Heis, dan keponakannya Marvin Heis telah tiba. Selain putrinya Mandy Heis, yang sedang belajar di Universitas Sidorejo, serta keponakannya Maverick Heis yang belajar di luar negeri, semua anggota utama Keluarga Heis ada di sini.
Beni merasa ada yang tidak beres, tidak ada yang menyapanya setelah dia masuk, bahkan istrinya pun tidak mengatakan apa pun, dan semua orang terdiam.
Marco yang duduk di sofa tampak tenang, tapi ada amarah di wajahnya, dia pasti baru saja melampiaskan amarah.
Mungkinkah Ayah sudah tahu tentang kemunduran bisnis baru-baru ini?
"Ayah, apa yang terjadi?" tanya Beni dengan cemas.
"Coba tanyakan pada istrimu," Marco tiba-tiba menjadi marah, suaranya seperti guntur, "Tanyakan padanya apa yang telah dia lakukan!"
Nyonya Jane gemetar ketakutan, dia menundukkan kepalanya dan mulai menangis.
Beni tidak mengerti kenapa ayahnya begitu marah, jadi dia hanya bisa pergi dan bertanya pada istrinya.
Sambil menangis, Nyonya Jane menceritakan apa yang terjadi pada siang hari dan menyembunyikan beberapa detail.
"Aku pikir memberinya empat miliar juga tidak merugikannya, dia belum pernah bertemu Mandy dan langsung datang ke rumah kita seperti ini. Mandy pasti tidak akan bisa menerimanya. Lagi pula, bagaimana bisa putri Keluarga Heis menikah dengan pria miskin dari pegunungan? Kalau kabar ini tersebar..."
Akhirnya Beni mengerti. Dia tentu tahu tentang pertunangan putrinya sejak kecil, tapi dia tidak pernah memasukkannya ke dalam hati dan menganggapnya hanya lelucon.
Tanpa diduga setelah bertahun-tahun, orang itu akan benar-benar datang ke rumah.
"Kenapa kamu tidak memberi tahu Ayah dan langsung membuat keputusan sendiri?"
"Ayah kurang sehat akhir-akhir ini, aku pikir masalah sekecil ini tidak perlu mengganggunya. Lagi pula, pertunangan itu dibuat oleh ayah saat itu. Ayah adalah orang yang tepat janji. Sebagai anaknya, kita harus berbagi kekhawatiran ayah."
Semua yang dikatakan Nyonya Jane sangat masuk akal, ditambah lagi penampilannya yang sedih membangkitkan simpati semua orang yang hadir.
Beni juga merasa istrinya tidak salah, ayahnya sudah tua dan bingung.
Namun dia tidak berani menentang ayahnya, jadi dia meminta bantuan sepupunya, Hendy.
Hendy adalah putra pamannya. Karena pamannya meninggal lebih awal, Marco merasa bersalah, jadi terkadang kata-katanya lebih berguna daripada Beni.
Hendy berdeham,
"Ya, Paman, apa yang dikatakan Jane masuk akal. Selain berbeda status, mereka berdua juga belum pernah bertemu. Bagaimana Mandy bisa menerimanya? Bukannya kamu tidak tahu amarah Mandy."
Beni melirik sepupunya dengan penuh rasa terima kasih. Dia merasa bahwa dengan bantuan sepupunya sudah cukup, jadi dia maju selangkah dan berkata, "Ayah..."
Tanpa diduga, begitu dia berbicara, Marco tiba-tiba berdiri, mengambil teko di atas meja dan menghancurkannya.
Terdengar suara nyaring, teko itu hancur berkeping-keping.
Semua orang tercengang.
Teko tersebut dibuat oleh seorang empu terkenal dan harganya mahal, itu juga menjadi benda favorit Marco, bahkan teko tersebut pun dibuang, menunjukkan betapa marahnya Marco.
Sekarang tidak ada yang berani berbicara.
"Pria miskin?" Marco mencibir, "Ada apa dengan orang miskin? Buka silsilah keluarga, keluarga siapa yang tidak pernah miskin? Emangnya kalian Keluarga Lise tidak pernah miskin?"
"Aku, Marco Heis, juga miskin saat itu! Saat aku dalam masalah, aku bahkan tidak punya cukup makanan. Kalau semua orang seperti kalian, bisakah aku menikahi ibumu?"
"Tuan, jangan marah, kamu enggak perlu seperti ini," kata Eko yang berdiri di belakang Marco.
"Bukannya aku marah, tapi beberapa orang ini terlalu tidak bermoral!" Marco menunjuk orang-orang di ruang tamu dengan jari gemetar, "Aku tidak punya banyak waktu lagi. Kalau aku pergi, siapa di antara kalian yang dapat mengambil alih bisnis keluarga sebesar itu? Kalian akan menyesal telah mengusir Derrick!"
"Ayah…" Beni tidak memahami hubungan antara Derrick dengan bisnis keluarga. Apakah Ayah bingung, tapi Beni tidak berani mengatakannya. Dia hanya bertanya, "Ayah, katakana saja, apa yang harus kami lakukan, agar Ayah bisa menenangkan diri?"
"Cari! Pergi cari dia, mobilisasi semua orang, kalau kalian tidak menemukannya," Tuan Marco memandang Beni, "Minta istrimu kembali ke Kota Hima."
Kalimat terakhir ini hampir menjatuhkan Jane.
…
Dia selalu memiliki kebiasaan hidup yang baik. Dia pernah belajar beberapa seni bela diri saat muda dan terus berlatih Tai Chi sepanjang tahun. Meskipun Marco sudah berusia delapan puluh tahun, dia selalu dalam keadaan sehat. Dokter pribadinya bilang jantungnya lebih sehat dibandingkan dengan anak muda pada umumnya.
Namun, entah kenapa, akhir-akhir ini, dia selalu merasa lemah dan lemas untuk bergerak.
Marco mengira ajalnya sudah dekat, jadi dia berencana membuat pengaturan selagi dia masih hidup. Yang terpenting adalah pernikahan cucunya.
Pemuda Keluarga Saul telah pergi selama bertahun-tahun, enggak tahu bagaimana keadaannya sekarang?'
Biasanya Marco selalu jalan sore, hari ini dia tidak bisa berjalan terlalu jauh.
"Tuan, ayo kembali," kata Eko Heis, pengurus rumah tangga yang mengikutinya.
Ada beberapa pengurus rumah tangga di Keluarga Heis, Eko adalah kepala pengurus rumah tangga, tetapi dia hanya bertanggung jawab atas kehidupan sehari-hari dan makanan Marco. Dengan Eko di sisinya, Marco merasa lega, begitu pula semua orang di Keluarga Heis.
"Eko, kamu telah mengikutiku selama belasan tahun."
Eko tercengang, dia tidak tahu kenapa Marco tiba-tiba membicarakan hal ini, "Ya, enam belas tahun."
"Sudah enam belas tahun, kamu juga sudah tua," Marco menghela napas, "Kita hanya terima semua ini!"
"Tuan, apa yang terjadi?"
"Sudah bertahun-tahun kamu mengikutiku. Pernahkah kamu berpikir untuk memulai bisnismu sendiri?"
Eko menggelengkan kepalanya, "Tuan memperlakukanku dengan baik, aku bersedia selalu mengikutimu!"
"Haha, kamu terlalu banyak berpikir," Marco tertawa terbahak-bahak, "Aku sudah tua, cepat atau lambat aku harus pergi."
"Tuan……"
Marco melambaikan tangannya untuk menghentikan Eko melanjutkan, "Kamu bukan orang luar, jadi tidak perlu segan membahas hal seperti ini, semua orang akan mati. Beberapa tahun yang lalu, aku membeli sebuah pulau kecil di Laut Cina Timur dan mengembangkannya, seharusnya sudah hampir selesai. Aku tahu kamu tidak ingin bergaul dengan orang lain, jadi bagaimana kalau pergi ke Laut Cina Timur dan menjadi pemilik Pulau Persik?"
Eko segera berkata, "Terima kasih, Tuan."
"Jangan terburu-buru berterima kasih padaku," Marco berkata, "Aku juga ingin meminta bantuanmu."
"Tuan, silakan mengatakannya."
"Bencana Keluarga Heis 20 tahun yang lalu masih membuatku takut. Sekarang, Keluarga Heis tampaknya makmur, tetapi ada banyak masalah internal dan eksternal. Begitu aku mati, aku khawatir semuanya akan meledak. Aku ingin meminta bantuanmu, dalam waktu tiga tahun setelah kematianku, kamu harus melindungi keselamatan keturunan Keluarga Heis."
"Tuan, jangan khawatir, hal ini memang harus aku lakukan."
"Satu hal lagi, pemuda yang bernama Derrick..." Marco berhenti sejenak, berbalik dan berkata, "Ayo kembali, aku akan memberitahumu lebih banyak tentang masalah ini."
Keduanya berjalan kembali, begitu sampai di pintu masuk area vila, ketika melihat Marco kembali, satpam memberi hormat dan membungkuk, "Hari ini Tuan Tua kembali lebih awal?"
Marco selalu bersikap ramah terhadap bawahannya dan berkata sambil tersenyum, "Aku sudah tua dan tidak kuat berjalan lagi."
Satpam berkata, "Tuan Marco memperlakukan kami para pelayan dan kerabat miskin yang berasal dari pedesaan dengan sangat baik, kamu adalah orang baik. Ibuku telah memberitahuku sejak kecil bahwa orang baik akan berumur panjang."
Marco tertawa keras, "Tidak ada yang namanya umur panjang. Tidak peduli seberapa keras kamu menyanjungku, juga tidak dapat mengubah nasib kuda tua seperti aku ini."
Tiba-tiba sesuatu terlintas di benaknya, Marco menoleh ke arah satpam dan bertanya, "Kerabat miskin apa yang baru saja kamu bicarakan?"
Satpam itu berkata, "Bukankah sering ada orang miskin yang datang berpura-pura mencari kerabat? Tuan Marco juga menyuruh kami untuk bersikap sopan kepada mereka, apakah kamu lupa? Hari ini ada seorang pendeta yang datang ke sini."
Marco sangat senang dan menepuk bahu satpam itu, "Kamu melakukan hal yang benar. Orang miskin tidak boleh berpikiran sempit, orang kaya tidak boleh melupakan asal usulnya. Kumpulkan kebajikan dan lakukan perbuatan baik. Setelah tiga generasi, keturunanmu juga akan kaya."
Satpam itu tersenyum naif, "Kami tidak berani berpikir menjadi orang kaya, asalkan cukup pakai saja, hehe."
Saat hendak pergi, Marco tiba-tiba teringat sesuatu, dia tertegun sejenak, berbalik dan bertanya, "Kamu baru saja bilang pendeta, pendeta apa itu?"
Satpam berkata, "Hari ini ada seorang pemuda, berpakaian seperti pendeta, yang mendatangimu dan mengatakan bahwa dia adalah kerabatmu. Sepertinya namanya Derrick apaan."
"Kamu bilang siapa namanya?" Marco menyembunyikan senyumnya dan bertanya dengan tajam.
Satpam tidak tahu kenapa Marco tiba-tiba menjadi kesal dan terkejut, "Namanya Der… rick… Saul, ya, namanya Derrick Saul. Pak Dani yang menyambutnya."
"Di mana dia sekarang?"
"Dia sudah pergi."
Marco sangat marah dan berteriak, "Panggil Dani Sanjaya ke sini!"
Jantung satpam itu berdebar kencang. Tuan Marco biasanya baik dan ramah, tetapi begitu dia berteriak marah, semua orang akan takut padanya.
Apakah si Derrick seorang pembohong?
Haih, aku telah menyinggung Tuan Marco, sepertinya aku akan mendapat masalah, aku juga melibatkan Pak Dani.
…
Beni Heis tidak tahu apa yang terjadi di rumah, Tuan Marco memanggilnya pulang dengan marah.
Situasi bisnis akhir-akhir ini membuatnya sangat cemas, dia benar-benar tidak bisa mengurus urusan keluarganya sama sekali.
Begitu kembali ke kediaman Marco, istrinya Jane Lise, putranya Jordy Heis, sepupunya Hendy Heis, dan keponakannya Marvin Heis telah tiba. Selain putrinya Mandy Heis, yang sedang belajar di Universitas Sidorejo, serta keponakannya Maverick Heis yang belajar di luar negeri, semua anggota utama Keluarga Heis ada di sini.
Beni merasa ada yang tidak beres, tidak ada yang menyapanya setelah dia masuk, bahkan istrinya pun tidak mengatakan apa pun, dan semua orang terdiam.
Marco yang duduk di sofa tampak tenang, tapi ada amarah di wajahnya, dia pasti baru saja melampiaskan amarah.
Mungkinkah Ayah sudah tahu tentang kemunduran bisnis baru-baru ini?
"Ayah, apa yang terjadi?" tanya Beni dengan cemas.
"Coba tanyakan pada istrimu," Marco tiba-tiba menjadi marah, suaranya seperti guntur, "Tanyakan padanya apa yang telah dia lakukan!"
Nyonya Jane gemetar ketakutan, dia menundukkan kepalanya dan mulai menangis.
Beni tidak mengerti kenapa ayahnya begitu marah, jadi dia hanya bisa pergi dan bertanya pada istrinya.
Sambil menangis, Nyonya Jane menceritakan apa yang terjadi pada siang hari dan menyembunyikan beberapa detail.
"Aku pikir memberinya empat miliar juga tidak merugikannya, dia belum pernah bertemu Mandy dan langsung datang ke rumah kita seperti ini. Mandy pasti tidak akan bisa menerimanya. Lagi pula, bagaimana bisa putri Keluarga Heis menikah dengan pria miskin dari pegunungan? Kalau kabar ini tersebar..."
Akhirnya Beni mengerti. Dia tentu tahu tentang pertunangan putrinya sejak kecil, tapi dia tidak pernah memasukkannya ke dalam hati dan menganggapnya hanya lelucon.
Tanpa diduga setelah bertahun-tahun, orang itu akan benar-benar datang ke rumah.
"Kenapa kamu tidak memberi tahu Ayah dan langsung membuat keputusan sendiri?"
"Ayah kurang sehat akhir-akhir ini, aku pikir masalah sekecil ini tidak perlu mengganggunya. Lagi pula, pertunangan itu dibuat oleh ayah saat itu. Ayah adalah orang yang tepat janji. Sebagai anaknya, kita harus berbagi kekhawatiran ayah."
Semua yang dikatakan Nyonya Jane sangat masuk akal, ditambah lagi penampilannya yang sedih membangkitkan simpati semua orang yang hadir.
Beni juga merasa istrinya tidak salah, ayahnya sudah tua dan bingung.
Namun dia tidak berani menentang ayahnya, jadi dia meminta bantuan sepupunya, Hendy.
Hendy adalah putra pamannya. Karena pamannya meninggal lebih awal, Marco merasa bersalah, jadi terkadang kata-katanya lebih berguna daripada Beni.
Hendy berdeham,
"Ya, Paman, apa yang dikatakan Jane masuk akal. Selain berbeda status, mereka berdua juga belum pernah bertemu. Bagaimana Mandy bisa menerimanya? Bukannya kamu tidak tahu amarah Mandy."
Beni melirik sepupunya dengan penuh rasa terima kasih. Dia merasa bahwa dengan bantuan sepupunya sudah cukup, jadi dia maju selangkah dan berkata, "Ayah..."
Tanpa diduga, begitu dia berbicara, Marco tiba-tiba berdiri, mengambil teko di atas meja dan menghancurkannya.
Terdengar suara nyaring, teko itu hancur berkeping-keping.
Semua orang tercengang.
Teko tersebut dibuat oleh seorang empu terkenal dan harganya mahal, itu juga menjadi benda favorit Marco, bahkan teko tersebut pun dibuang, menunjukkan betapa marahnya Marco.
Sekarang tidak ada yang berani berbicara.
"Pria miskin?" Marco mencibir, "Ada apa dengan orang miskin? Buka silsilah keluarga, keluarga siapa yang tidak pernah miskin? Emangnya kalian Keluarga Lise tidak pernah miskin?"
"Aku, Marco Heis, juga miskin saat itu! Saat aku dalam masalah, aku bahkan tidak punya cukup makanan. Kalau semua orang seperti kalian, bisakah aku menikahi ibumu?"
"Tuan, jangan marah, kamu enggak perlu seperti ini," kata Eko yang berdiri di belakang Marco.
"Bukannya aku marah, tapi beberapa orang ini terlalu tidak bermoral!" Marco menunjuk orang-orang di ruang tamu dengan jari gemetar, "Aku tidak punya banyak waktu lagi. Kalau aku pergi, siapa di antara kalian yang dapat mengambil alih bisnis keluarga sebesar itu? Kalian akan menyesal telah mengusir Derrick!"
"Ayah…" Beni tidak memahami hubungan antara Derrick dengan bisnis keluarga. Apakah Ayah bingung, tapi Beni tidak berani mengatakannya. Dia hanya bertanya, "Ayah, katakana saja, apa yang harus kami lakukan, agar Ayah bisa menenangkan diri?"
"Cari! Pergi cari dia, mobilisasi semua orang, kalau kalian tidak menemukannya," Tuan Marco memandang Beni, "Minta istrimu kembali ke Kota Hima."
Kalimat terakhir ini hampir menjatuhkan Jane.
…
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved