chapter 1 Saya di sini untuk memutuskan pertunangan
by Tri Irwansyah
18:56,Sep 27,2023
Hari ini Derrick Saul datang untuk membatalkan pertunangan.
Pertunangan ini ditentukan oleh kakeknya dan Tuan Marco Heis delapan belas tahun yang lalu. Derrick tidak mengetahui alasan spesifiknya. Saat itu dia baru berusia dua tahun dan putri tertua dari Keluarga Heis belum lahir.
Kemudian Derrick dibawa ke Gunung Toronto untuk berlatih oleh gurunya Efron Ledors.
Delapan belas tahun berlalu dalam sekejap, sang guru memintanya turun gunung untuk menambah pengalaman, mengakhiri nasib duniawi, dan mencari peluang untuk menerobos sifat bawaannya di dunia fana.
Sebelum berangkat, sang guru memberinya selembar kertas yang sudah menguning, yang merupakan surat pertunangan yang ditulis oleh Tuan Marco, di atasnya terdapat sidik jari kakeknya dan Tuan Marco.
Derrick tidak berencana menikah, tahun ini dia baru berusia dua puluh tahun, bagaimana dia bisa menyia-nyiakan masa indahnya dan terikat oleh kontrak pernikahan?
Selain itu, bagaimana mungkin seorang murid Toronto, yang merupakan murid dari Sekte Dewa, rela menjadi seorang suami matrilokal!
Sang guru memintanya untuk mengakhiri hubungan fananya, bukan menyuruhnya menikah, jadi Derrick berencana untuk membatalkan pernikahan tersebut.
Setelah membatalkan pernikahan tersebut, berarti telah mengakhiri hubungan fana, bukan?
Namun, Derrick juga sedikit khawatir, bagaimana kalau Keluarga Heis menolak untuk membatalkan pertunangan?
Bagaimanapun, Keluarga Heis telah menunggu selama delapan belas tahun. Delapan belas tahun telah berlalu dan putrinya telah tumbuh dewasa, tampaknya agak tidak masuk kalau mendadak membatalkan pertunangan.
Kompleks Keluarga Heis berada di pinggiran kota, dikelilingi pegunungan dan sungai, beberapa vila bergaya tradisional terletak di antaranya.
Derrick bertanya kepada satpam, "Kak, apakah ada pemilik bermarga Heis di sini?"
"Heis?" Satpam mengamatinya dari atas ke bawah, "Kenapa kamu mencari seseorang bermarga Heis?"
"Oh, aku kerabatnya," kata Derrick.
"Kerabat?"
Satpam itu menunjukkan tatapan jijik, dia telah melihat terlalu banyak orang miskin datang ke sini untuk mencari kerabat.
Pemuda di depannya ini mengenakan pakaian linen kasar dengan beberapa tambalan di pakaiannya. Rambutnya diikat dengan jepit rambut kayu yang rusak. Dia tampak seperti sudah setidaknya dua minggu tidak mencuci rambutnya. Pakaian yang dia kenakan tampak seperti seorang pendeta miskin.
Zaman sekarang, bahkan pendeta pun datang mengunjungi kerabat kaya.
"Semua orang yang tinggal di sini bermarga Heis. Katakan saja Keluarga Heis mana yang kamu cari," kata satpam itu dengan nada jijik, seolah-olah sedang meremehkannya.
"Semuanya bermarga Heis?"
Derrick terkejut, apa mungkin ini semua rumah Keluarga Heis? Aku pernah mendengar Keluarga Heis kaya, tetapi tanpa diduga ternyata begitu kaya.
"Aku mencari Marco Heis."
"Pergi, pergi!" Satpam itu tiba-tiba menjadi galak dan segera mengusirnya. "Kamu hanya pernah mendengar nama ini, kan? Tahukah kamu siapa dia? Emangnya kamu bisa bertemu Tuan Marco sesuka hati?"
Derrick tiba-tiba berkata dengan tenang, "Namaku Derrick. Kamu bisa telepon Tuan Marco."
Melihat ekspresinya yang tenang, satpam menjadi ragu-ragu. Kalau pria ini benar-benar kerabat Tuan Marco, dia tidak bisa menyinggung perasaannya. Satpam berkata, "tunggu" lalu berbalik ke ruang keamanan untuk menelepon.
Derrick menunggu dengan bosan, sambil memandangi vila-vila di depannya. Dia tidak menahan diri menghela napas, ini benar-benar tempat yang bagus, salah satu tempat fengsui terbaik di Kota Izuno.
Terlepas dari pemilihan lokasi atau tata letak yang proporsional, tampaknya seseorang telah memberikan panduan.
Loh, apa itu?
Derrick mendongak dan melihat awan gelap yang muncul di atas vila.
Saat ini langit cerah, ini jelas bukan awan biasa. Meskipun tidak terlalu jelas, orang biasa tidak akan menganggapnya aneh, itu tidak bisa lepas dari pandangan Derrick.
Awan gelap menutupi langit!
Sepertinya keluarga ini sedang dikomplotkan.
Haruskah aku memberi tahu mereka?
Saat Derrick memikirkannya, pintu terbuka dan seorang pria paruh baya berusia lima puluhan keluar.
Begitu melihat, satpam langsung bergegas mendekat dan membungkuk, "Pak Dani," sambil menunjuk ke arah Derrick, "Itu dia."
Pak Dani memandang Derrick dari atas ke bawah, tatapannya dipenuhi kebingungan dan penghinaan.
"Namamu Derrick?"
"Ya."
"Ikut denganku."
Pak Dani mengajak Derrick masuk tanpa berkata apa-apa lagi.
Satpam memandang punggung mereka dan menggelengkan kepalanya, sambil bergumam, "Sungguh beruntung, kenapa aku tidak memiliki kerabat yang begitu kaya?"
Berjalan melewati taman vila Keluarga Heis, Derrick menjadi semakin yakin bahwa Keluarga Heis sedang menjadi sasaran. Pola Fengsui disini tidak berubah, tapi energi bumi telah terganggu, keberuntungan Keluarga Heis pasti akan terpengaruh, semuanya pasti akan berjalan tidak lancar akhir-akhir ini.
Derrick mengangkat kepalanya dan menatap awan gelap di langit.
Pak Dani membawanya ke salah satu vila yang didekorasi dengan megah. Ada seorang wanita anggun duduk di sofa ruang tamu. Dia terawat dengan baik, tidak tahu berapa usianya.
"Nyonya, aku telah membawanya ke sini," kata Pak Dani. Lalu dia berdiri di samping dengan hormat.
Wanita itu mengamati Derrick, tatapannya tampak rumit. Dia mengambil cangkir teh di sebelahnya dan menyesapnya dengan lembut, seolah ingin menggunakan aroma teh untuk menghilangkan kesialan yang disebabkan oleh pemuda lusuh di depannya.
"Apakah kamu Derrick?" tanya wanita itu dengan tenang.
"Ya."
"Kamu berasal dari pegunungan?"
"Ya."
Derrick menjawab "ya" dua kali berturut-turut. Melihat wanita itu tidak bermaksud mempersilakannya duduk, Derrick berjalan ke kursi kayu antik di sebelahnya dan duduk dengan tenang. Dia tidak peduli dengan aturan masyarakat kota.
Mata Pak Dani terbelalak. Kursi itu begitu istimewa bahkan dia pun tidak pernah berani duduk di atasnya. Pak Dani hendak membentaknya, tapi wanita itu menghentikannya.
"Lupakan saja, anak yang baru keluar dari pegunungan tidak tahu peraturan." Wanita itu tersenyum, tetapi rasa jijik di matanya semakin meningkat.
"Aku mencari Tuan Marco." Derrick tidak ingin berbicara omong kosong, jadi dia ingin segera menjelaskan kepada Tuan Tua dan pergi.
"Kamu tidak bisa menemui Tuan Tua sesuka hati. Kalau ada sesuatu, kamu bisa memberitahuku. Kamu bisa memanggilku Nyonya Jane." Wanita itu mengungkapkan identitasnya.
"Memberitahumu?"
Derrick agak malu. Orang yang awalnya ingin dia temui adalah Tuan Marco, tetapi tiba-tiba digantikan oleh Nyonya Jane. Dilihat dari usianya, wanita ini jelas bukan istri Marco, maka dia adalah menantu Marco. Sebelum pertunangan itu dibatalkan, berarti wanita yang duduk di hadapannya adalah calon ibu mertuanya.
Ekspresi malunya menarik perhatian Nyonya Jane, Nyonya Jane tersenyum dan berkata, "Kamu juga merasa malu, kan?"
Derrick mengangguk dengan jujur, "Ya."
Nyonya Jane tersenyum semakin bangga, "Kamu juga merasa malu mengatakan ini dan merasa keterlaluan, bukan?"
"Ya." Derrick agak bingung, "Apakah kamu tahu apa yang kulakukan di sini?"
"Aku tentu tahu." Nyonya Jane menghela napas pelan, "Derrick, nama ini telah melekat di hatiku delapan belas tahun yang lalu, itu seperti duri, bagaimana aku bisa melupakannya."
Derrick sangka hal ini akan merepotkan. Sepertinya Keluarga Heis menganggap pernikahan ini sangat serius.
"Lalu, apa, aku..." Derrick berusaha keras mengungkapkan kata-katanya, mencoba mengatasi rasa canggung yang mungkin timbul selanjutnya.
"Enggak perlu terburu-buru." Nyonya Jane memotongnya, "Kamu baru saja datang dari pegunungan. Aku akan memberitahumu tentang situasi Keluarga Heis terlebih dahulu."
"Keluarga Heis telah diwariskan selama lebih dari seratus tahun. Dalam hal kekayaan dan status, Keluarga Heis bisa dianggap sebagai salah satu keluarga teratas di Kota Izuno. misalnya kursi yang kamu duduk saat ini merupakan kursi antik kuno dengan ukiran pola naga, beberapa tahun yang lalu dilelang dengan harga empat puluh enam miliar rupiah."
Nyonya Jane berhenti sejenak dan sengaja menatap Derrick, tetapi Derrick tampak tenang, Nyonya Jane agak kecewa.
"Kursi ini disiapkan khusus untuk kepala Keluarga Heis. Kamu adalah 'orang luar' pertama yang duduk di kursi ini selama bertahun-tahun."
Dia sengaja menekankan kata "orang luar" untuk mengingatkan Derrick akan identitasnya.
"Apakah kamu mengerti maksudku?"
Derrick mengangguk, "Aku mengerti, Keluarga Heis sangat kaya."
Pak Dani yang berdiri di belakang Nyonya Jane hampir tidak bisa tahan tawa, bukankah orang ini bodoh?
Nyonya Jane agak terkejut, dia tidak menganggap Derrick bodoh. Kemungkinan besar Derrick berpura-pura bodoh. Ada begitu banyak tuan muda yang ingin menjadi menantu Keluarga Heis, tidak masalah kalau berpura-pura bodoh sejenak, inilah orang cerdas.
"Kalau begitu aku akan mengatakannya lebih jelas lagi. Keluarga kaya seperti Keluarga Heis sangat memperhatikan status. Misalnya aku, marga keluargaku Lise dan kami berasal dari Kota Hima. Keluarga Lise juga salah satu keluarga terkenal di Kota Hima. Dengan status yang sama, kedua keluarga bisa saling membantu dalam bisnis, pasangan suami istri juga bisa memiliki topik dan pengejaran yang sama."
"Maksud Nyonya..."
"Maksudku, Keluarga Heis tidak akan menikahkan putrinya dengan orang miskin yang tidak berstatus." Perkataan Nyonya Jane sangat tegas dan tidak bisa diragukan, "Bahkan sebagai suami matrilokal juga tidak bisa."
Derrick tiba-tiba merasa lucu. Dia datang untuk membatalkan pertunangan, tapi kelihatannya dirinya yang telah ditolak oleh orang lain.
Pertunangan ini ditentukan oleh kakeknya dan Tuan Marco Heis delapan belas tahun yang lalu. Derrick tidak mengetahui alasan spesifiknya. Saat itu dia baru berusia dua tahun dan putri tertua dari Keluarga Heis belum lahir.
Kemudian Derrick dibawa ke Gunung Toronto untuk berlatih oleh gurunya Efron Ledors.
Delapan belas tahun berlalu dalam sekejap, sang guru memintanya turun gunung untuk menambah pengalaman, mengakhiri nasib duniawi, dan mencari peluang untuk menerobos sifat bawaannya di dunia fana.
Sebelum berangkat, sang guru memberinya selembar kertas yang sudah menguning, yang merupakan surat pertunangan yang ditulis oleh Tuan Marco, di atasnya terdapat sidik jari kakeknya dan Tuan Marco.
Derrick tidak berencana menikah, tahun ini dia baru berusia dua puluh tahun, bagaimana dia bisa menyia-nyiakan masa indahnya dan terikat oleh kontrak pernikahan?
Selain itu, bagaimana mungkin seorang murid Toronto, yang merupakan murid dari Sekte Dewa, rela menjadi seorang suami matrilokal!
Sang guru memintanya untuk mengakhiri hubungan fananya, bukan menyuruhnya menikah, jadi Derrick berencana untuk membatalkan pernikahan tersebut.
Setelah membatalkan pernikahan tersebut, berarti telah mengakhiri hubungan fana, bukan?
Namun, Derrick juga sedikit khawatir, bagaimana kalau Keluarga Heis menolak untuk membatalkan pertunangan?
Bagaimanapun, Keluarga Heis telah menunggu selama delapan belas tahun. Delapan belas tahun telah berlalu dan putrinya telah tumbuh dewasa, tampaknya agak tidak masuk kalau mendadak membatalkan pertunangan.
Kompleks Keluarga Heis berada di pinggiran kota, dikelilingi pegunungan dan sungai, beberapa vila bergaya tradisional terletak di antaranya.
Derrick bertanya kepada satpam, "Kak, apakah ada pemilik bermarga Heis di sini?"
"Heis?" Satpam mengamatinya dari atas ke bawah, "Kenapa kamu mencari seseorang bermarga Heis?"
"Oh, aku kerabatnya," kata Derrick.
"Kerabat?"
Satpam itu menunjukkan tatapan jijik, dia telah melihat terlalu banyak orang miskin datang ke sini untuk mencari kerabat.
Pemuda di depannya ini mengenakan pakaian linen kasar dengan beberapa tambalan di pakaiannya. Rambutnya diikat dengan jepit rambut kayu yang rusak. Dia tampak seperti sudah setidaknya dua minggu tidak mencuci rambutnya. Pakaian yang dia kenakan tampak seperti seorang pendeta miskin.
Zaman sekarang, bahkan pendeta pun datang mengunjungi kerabat kaya.
"Semua orang yang tinggal di sini bermarga Heis. Katakan saja Keluarga Heis mana yang kamu cari," kata satpam itu dengan nada jijik, seolah-olah sedang meremehkannya.
"Semuanya bermarga Heis?"
Derrick terkejut, apa mungkin ini semua rumah Keluarga Heis? Aku pernah mendengar Keluarga Heis kaya, tetapi tanpa diduga ternyata begitu kaya.
"Aku mencari Marco Heis."
"Pergi, pergi!" Satpam itu tiba-tiba menjadi galak dan segera mengusirnya. "Kamu hanya pernah mendengar nama ini, kan? Tahukah kamu siapa dia? Emangnya kamu bisa bertemu Tuan Marco sesuka hati?"
Derrick tiba-tiba berkata dengan tenang, "Namaku Derrick. Kamu bisa telepon Tuan Marco."
Melihat ekspresinya yang tenang, satpam menjadi ragu-ragu. Kalau pria ini benar-benar kerabat Tuan Marco, dia tidak bisa menyinggung perasaannya. Satpam berkata, "tunggu" lalu berbalik ke ruang keamanan untuk menelepon.
Derrick menunggu dengan bosan, sambil memandangi vila-vila di depannya. Dia tidak menahan diri menghela napas, ini benar-benar tempat yang bagus, salah satu tempat fengsui terbaik di Kota Izuno.
Terlepas dari pemilihan lokasi atau tata letak yang proporsional, tampaknya seseorang telah memberikan panduan.
Loh, apa itu?
Derrick mendongak dan melihat awan gelap yang muncul di atas vila.
Saat ini langit cerah, ini jelas bukan awan biasa. Meskipun tidak terlalu jelas, orang biasa tidak akan menganggapnya aneh, itu tidak bisa lepas dari pandangan Derrick.
Awan gelap menutupi langit!
Sepertinya keluarga ini sedang dikomplotkan.
Haruskah aku memberi tahu mereka?
Saat Derrick memikirkannya, pintu terbuka dan seorang pria paruh baya berusia lima puluhan keluar.
Begitu melihat, satpam langsung bergegas mendekat dan membungkuk, "Pak Dani," sambil menunjuk ke arah Derrick, "Itu dia."
Pak Dani memandang Derrick dari atas ke bawah, tatapannya dipenuhi kebingungan dan penghinaan.
"Namamu Derrick?"
"Ya."
"Ikut denganku."
Pak Dani mengajak Derrick masuk tanpa berkata apa-apa lagi.
Satpam memandang punggung mereka dan menggelengkan kepalanya, sambil bergumam, "Sungguh beruntung, kenapa aku tidak memiliki kerabat yang begitu kaya?"
Berjalan melewati taman vila Keluarga Heis, Derrick menjadi semakin yakin bahwa Keluarga Heis sedang menjadi sasaran. Pola Fengsui disini tidak berubah, tapi energi bumi telah terganggu, keberuntungan Keluarga Heis pasti akan terpengaruh, semuanya pasti akan berjalan tidak lancar akhir-akhir ini.
Derrick mengangkat kepalanya dan menatap awan gelap di langit.
Pak Dani membawanya ke salah satu vila yang didekorasi dengan megah. Ada seorang wanita anggun duduk di sofa ruang tamu. Dia terawat dengan baik, tidak tahu berapa usianya.
"Nyonya, aku telah membawanya ke sini," kata Pak Dani. Lalu dia berdiri di samping dengan hormat.
Wanita itu mengamati Derrick, tatapannya tampak rumit. Dia mengambil cangkir teh di sebelahnya dan menyesapnya dengan lembut, seolah ingin menggunakan aroma teh untuk menghilangkan kesialan yang disebabkan oleh pemuda lusuh di depannya.
"Apakah kamu Derrick?" tanya wanita itu dengan tenang.
"Ya."
"Kamu berasal dari pegunungan?"
"Ya."
Derrick menjawab "ya" dua kali berturut-turut. Melihat wanita itu tidak bermaksud mempersilakannya duduk, Derrick berjalan ke kursi kayu antik di sebelahnya dan duduk dengan tenang. Dia tidak peduli dengan aturan masyarakat kota.
Mata Pak Dani terbelalak. Kursi itu begitu istimewa bahkan dia pun tidak pernah berani duduk di atasnya. Pak Dani hendak membentaknya, tapi wanita itu menghentikannya.
"Lupakan saja, anak yang baru keluar dari pegunungan tidak tahu peraturan." Wanita itu tersenyum, tetapi rasa jijik di matanya semakin meningkat.
"Aku mencari Tuan Marco." Derrick tidak ingin berbicara omong kosong, jadi dia ingin segera menjelaskan kepada Tuan Tua dan pergi.
"Kamu tidak bisa menemui Tuan Tua sesuka hati. Kalau ada sesuatu, kamu bisa memberitahuku. Kamu bisa memanggilku Nyonya Jane." Wanita itu mengungkapkan identitasnya.
"Memberitahumu?"
Derrick agak malu. Orang yang awalnya ingin dia temui adalah Tuan Marco, tetapi tiba-tiba digantikan oleh Nyonya Jane. Dilihat dari usianya, wanita ini jelas bukan istri Marco, maka dia adalah menantu Marco. Sebelum pertunangan itu dibatalkan, berarti wanita yang duduk di hadapannya adalah calon ibu mertuanya.
Ekspresi malunya menarik perhatian Nyonya Jane, Nyonya Jane tersenyum dan berkata, "Kamu juga merasa malu, kan?"
Derrick mengangguk dengan jujur, "Ya."
Nyonya Jane tersenyum semakin bangga, "Kamu juga merasa malu mengatakan ini dan merasa keterlaluan, bukan?"
"Ya." Derrick agak bingung, "Apakah kamu tahu apa yang kulakukan di sini?"
"Aku tentu tahu." Nyonya Jane menghela napas pelan, "Derrick, nama ini telah melekat di hatiku delapan belas tahun yang lalu, itu seperti duri, bagaimana aku bisa melupakannya."
Derrick sangka hal ini akan merepotkan. Sepertinya Keluarga Heis menganggap pernikahan ini sangat serius.
"Lalu, apa, aku..." Derrick berusaha keras mengungkapkan kata-katanya, mencoba mengatasi rasa canggung yang mungkin timbul selanjutnya.
"Enggak perlu terburu-buru." Nyonya Jane memotongnya, "Kamu baru saja datang dari pegunungan. Aku akan memberitahumu tentang situasi Keluarga Heis terlebih dahulu."
"Keluarga Heis telah diwariskan selama lebih dari seratus tahun. Dalam hal kekayaan dan status, Keluarga Heis bisa dianggap sebagai salah satu keluarga teratas di Kota Izuno. misalnya kursi yang kamu duduk saat ini merupakan kursi antik kuno dengan ukiran pola naga, beberapa tahun yang lalu dilelang dengan harga empat puluh enam miliar rupiah."
Nyonya Jane berhenti sejenak dan sengaja menatap Derrick, tetapi Derrick tampak tenang, Nyonya Jane agak kecewa.
"Kursi ini disiapkan khusus untuk kepala Keluarga Heis. Kamu adalah 'orang luar' pertama yang duduk di kursi ini selama bertahun-tahun."
Dia sengaja menekankan kata "orang luar" untuk mengingatkan Derrick akan identitasnya.
"Apakah kamu mengerti maksudku?"
Derrick mengangguk, "Aku mengerti, Keluarga Heis sangat kaya."
Pak Dani yang berdiri di belakang Nyonya Jane hampir tidak bisa tahan tawa, bukankah orang ini bodoh?
Nyonya Jane agak terkejut, dia tidak menganggap Derrick bodoh. Kemungkinan besar Derrick berpura-pura bodoh. Ada begitu banyak tuan muda yang ingin menjadi menantu Keluarga Heis, tidak masalah kalau berpura-pura bodoh sejenak, inilah orang cerdas.
"Kalau begitu aku akan mengatakannya lebih jelas lagi. Keluarga kaya seperti Keluarga Heis sangat memperhatikan status. Misalnya aku, marga keluargaku Lise dan kami berasal dari Kota Hima. Keluarga Lise juga salah satu keluarga terkenal di Kota Hima. Dengan status yang sama, kedua keluarga bisa saling membantu dalam bisnis, pasangan suami istri juga bisa memiliki topik dan pengejaran yang sama."
"Maksud Nyonya..."
"Maksudku, Keluarga Heis tidak akan menikahkan putrinya dengan orang miskin yang tidak berstatus." Perkataan Nyonya Jane sangat tegas dan tidak bisa diragukan, "Bahkan sebagai suami matrilokal juga tidak bisa."
Derrick tiba-tiba merasa lucu. Dia datang untuk membatalkan pertunangan, tapi kelihatannya dirinya yang telah ditolak oleh orang lain.
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved