Bab 10 Part 10
by Dinda Tirani
18:40,Aug 09,2023
Tepat setelah mereka memasuki kamar. Tepatnya lagi di depan ranjang tidur pak Beni. Tiba – tiba pak Beni menarik lepas kaus yang Nayla kenakan. Pak Beni dengan cepat juga melepas kait bra yang menyembunyikan dada indahnya. Nayla pun berteriak setelah pakaiannya dilucuti oleh pak Beni.
“Aaahhhh jangaannn… Jangann dilepas paakk… Aaahhhh” Jerit Nayla saat tubuhnya didorong oleh pak Beni sehingga membuatnya terjatuh dalam posisi tengkurap diatas ranjang tidur pak Beni.
Baru saja terjatuh, pak Beni langsung menarik lepas celana training yang Nayla kenakan. Pak Beni juga menarik lepas celana dalam yang Nayla kenakan. Dalam sekejap Nayla sudah bertelanjang bulat menyisakan hijab dan cadar berwarna merahnya.
“Yahahahaha… Orang – orang pernah bilang kalau ada yang pake hijab merah jangan sampai lepas, gitu kan yah ?” Ucap pak Beni sambil menelanjangi dirinya yang membuat mata Nayla membuka lebar saat melihat bentuk fisiknya.
Nayla awalnya merasa ngeri. Namun semakin lama ia melihatnya, ia terpesona oleh tubuh pak Beni. Tubuh pak Beni begitu indah dimata wanita. Tubuhnya begitu kekar dengan dada bidang serta perut kotak – kotak yang menghiasinya. Belum lagi dengan lengan berototnya. Belum lagi dengan bulu jembutnya yang begitu lebat serta penis gagah perkasa yang sudah mengacung tegak.
Nayla pun bergidik ngeri. Baru kali ini dirinya melihat aurat seorang lelaki selain milik suami. Baru kali ini ia melihat seorang lelaki yang begitu seksi.
“Jangaannn… Jangaannn mendekat paakk… Toloongg jangaannn” Ucap Nayla tersadar dari lamunan kotornya.
Sebagai wanita biasa, siapa sih yang tidak tergoda dengan tubuh indah pak Beni. Terlepas dari usianya yang sudah terlampau tua. Terlepas dari wajahnya yang terkesan buruk rupa. Belum lagi dengan tato di dada yang menjelaskan kalau pak Beni bukanlah laki – laki yang baik hati. Nayla sempat terkesan bahkan terpesona oleh tubuh kekarnya.
Namun sebagai akhwat bercadar yang sudah pernah menikah. Sebagai akhwat bercadar yang dulu sempat belajar di pondok pesantren. Ia tahu kalau membiarkan tubuhnya diperkosa oleh pria kekar itu adalah kesalahan. Ia pun berusaha menolak meski ia sendiri tahu, dirinya tidak memiliki kesempatan untuk kabur dari sergapan pria tua itu.
“Maaf saya sudah gak kuat… Saya ingin menggenjotmu sampai puas” Ucap pak Beni sambil memegangi paha Nayla lalu menariknya hingga akhwat cantik itu terseret ke arahnya.
“Aaaaahhhh lepaskaaannnnn !!!” Jerit Nayla panik saat pria tua kekar itu terlihat bernafsu ingin menyetubuhinya lagi.
Kaki Nayla pun dilebarkan. Nayla sedang mengangkan dalam posisi terlentang dihadapan pria tua yang sudah telanjang.
“Jangaannn pakk… Jangaannn… Jangaannn aaaaaahhhhhh” Desah Nayla saat merasakan penis jantan itu kembali ambles di dalam liang senggamanya.
“Ouuhhhhh mantapnyaaaaa” Desah pak Beni dengan sangat puas.
“Hah… Hah… Hah… Hah” Baik pak Beni ataupun Nayla, mereka berdua terengah – engah setelah kemaluan mereka kembali bersatu. Pak Beni dengan penuh nafsu menatap mata Nayla. Nayla dengan lemas juga menatap mata pak Beni. Mata mereka saling melakukan kontak tanpa mereka sadari. Pak Beni pun tersenyum yang membuat Nayla bergegas membuang wajahnya ke samping.
“Mari kita mulai lagi pertempurannya, sayang” Ucap pak Beni yang perlahan mulai menggerakkan pinggulnya yang membuat suara jeritan Nayla mulai kembali terdengar.
“Mmpphhhh… Mmpphhh” desah Nayla saat terbaring diatas ranjang tidur pria tua itu.
Pergerakan pak Beni memang terkesan lambat. Namun itu sudah cukup untuk membuat buah dada Nayla bergoyang indah. Mata Pak Beni pun terpaku pada pergerakan lembut payudara itu. Berulang kali lidahnya keluar tuk menjilati tepi bibirnya yang kering. Kedua tangannya pun tak berhenti mengelusi paha bagian dalam Nayla yang membuat akhwat bercadar itu merinding merasakan persenggamaan ini.
“Paaakk tolloonngg… Sudahhh… Sudaahhh aaahhhhhh” desah Nayla meminta berhenti meski hatinya berkata ingin melanjuti.
“Aaahhh… Aahhh… Gak usah munafik mbak… Saya tau tubuh mbak sedang menikmati, iya kan ?” Tanya Pak Beni yang membuat Nayla kesal merasa tidak terima.
“Gak mungkin pak… Mana mungkin aku menikmati pemerkosaan ini ! Lepaskannn… Lepaskaaan aaahhhhh” Desah Nayla saat merasakan genjotan Pak Beni dipercepat.
“Yahahaha munafik sekali… Keliatan sekali dari wajahmu, kalau mbak sangat menikmati genjotan saya, iya kan ?” Desah Pak Beni saat tubuhnya agak menunduk untuk mendekap pinggang ramping bidadari cantik itu.
“Aaahhhh… Aaahhhh… Enggaaakkk… Engaakkk pakk… Aaaaaahhhhh” desah Nayla memejam tak kuasa menahan hujaman yang begitu kuat.
Penis pak Beni dengan brutal keluar masuk menggesek dinding rahim bidadari itu. Gesekannya yang begitu cepat membuat rahim Nayla semakin basah oleh cairan cintanya yang perlahan mulai menggenangi. Suara cipratan air pun terdengar dari dalam. Suara hantaman antar pinggul juga terdengar keras yang membuat Nayla tak tahan lagi selain berteriak kencang.
“Aaaahhh… Aaahhhhhh… Aaaahhhhh” Jerit Nayla sambil mencengkram kuat sprei ranjang tidur pria tua itu.
“Aaaahh… Aaahhh… Mantapppnyaa… Mantap sekali jepitan memekmu, sayanggg” Desah pak Beni sambil mengamati gerakan payudara Nayla yang meloncat – loncat.
Ya, gerakan buah dada Nayla terlampau kuat. Gerakan buah dadanya terlihat seperti mau terlepas saja. Hantaman pinggul pak Beni menjadi penyebabnya. Bahkan tubuh polos Nayla tergerak maju mundur diatas ranjang tidur pria tua itu. Bahkan ranjang tidur yang menjadi TKP pertempuran mereka sampai bergoyang hingga terdengar bunyi denyitan disana. Usapan tangan pak Beni di tubuhnya yang mulanya berada di pinggangnya mulai menjalar ke perutnya. Usapan tangannya pun naik tuk membelai payudaranya. Pak Beni tengah memegangi payudaranya ditengah sodokannya yang semakin kuat. Pak Beni begitu puas. Rasanya sangat nikmat saat menyetubuhi akhwat bercadar dengan gaya barbar.
“Aaaahhhh… Aaahhhh… Aaaaahhhhhh” Desah Nayla merasa tak sanggup lagi. Hujamannya membuat birahinya melayang ke angkasa.
Ia heran, kenapa bisa – bisanya ia nyaris berorgasme ditengah pemerkosaan yang ia terima. Saat matanya membuka. Ia mendapati pak Beni tengah menunduk hingga dada mereka saling bersentuhan. Nayla pun buru – buru membuang muka. Ia tak mau melihat sosok pria tua itu dengan jarak yang begitu dekat.
“Aaahhhh… Aahhhh… Aaahhhh… Buka cadarmu sayang” Ucap pak Beni saat menaikan cadar Nayla lalu menutupi pandangannya menggunakan cadar itu. Bibir Nayla pun terlihat namun matanya tertutupi cadarnya. Pak Beni pun tersenyum. Dengan rakus bibirnya datang untuk mencumbu bibir manis itu.
“Mmpphhhh… Mmppphhhhhh” Desah mereka saat saling cumbu.
Pak Beni yang sudah menindihi tubuh Nayla sangat menikmati kelezatan bibirnya. Kedua tangannya pun mendekap tangan Nayla lalu merenggangkannya ke samping. Matanya pun memejam ditengah cumbuan bibirnya yang begitu kejam. Pinggulnya juga terus bergerak naik turun tuk membombardir liang senggama akhwat bercadar itu.
Kepuasan tak terkira dialami oleh mereka berdua. Bedanya, pak Beni menunjukkannya secara terang – terangan sedangkan Nayla menyembunyikannya karena tak ingin harga dirinya terenggut oleh pria tua itu. Ia tak mau pria tua itu terlihat senang karena telah membuatnya keenakan.
Plookk… Plokkk… Plookkk !!!
Pinggul Pak Beni terus menggempur. Suara hantaman pinggul itu terdengar semakin keras seiring nafsu birahi pak Beni yang semakin ganas. Sela – sela jemari Nayla teremas. Hujamannya bibirnya semakin kuat yang membuatnya semakin puas.
“Aaahhhh… Aaahhhh… Puas sekali rasanya menikmati tubuhmu ini sayangg… Terima ini… Terima lebih kuat lagi” Desah pak Beni setelah melepas cumbuannya.
Plokkk… Plokkk… Plokkk…
Terdengar hantaman pinggul mereka berdua semakin keras.
“Aaaahhhh… Aaahhhh… Aaahhhhh cukkuupppp” desah Nayla merasa tak sanggup menahan gairah birahinya lagi.
“Aaaahhhhh… Aahhhhh… Aaahhhh… Kayaknya ada yang mau keluar nih ? Iya gak ? Memek mbak udah berdenyut yah ?” Ucap pak Beni yang membuat Nayla merasa malu.
“Hentikaannnn… Hentikaannn paakk… Akuu enggakk… Akuuu aahhhh… Aaahhhhh” Desah Nayla tak sanggup lagi yang membuatnya hanya bisa mendesah.
“Yahahahha saya juga mbak… Gimana kalau kita sama – sama keluar di rahim mbak… Siapa tahu nanti mbak bisa hamil oleh perbuatan saya ini” Ucap Pak Beni yang membuat mata Nayla membuka lebar.
“Tappii… Engggakk… Aku gak mauuu… Aku gak mauu hamil paakkk… Aku gak mau hamil dari bapaaakkk… Aaaahhhh… Aahhhh… Aaahhhhh” Ucap Nayla ketakutan mendengar ucapan pria tua itu.
“Terlambat… Saya sudah meniatkannya… Saya akan membuang pejuh saya di titik terdalam rahim mbak” Ucap pak Beni yang membuat Nayla ketakutan.
“Aaahhhhhh enggaakk… Enggaakkk… Aaaahhhhhhhh… Toloongggg“ Desah Nayla semakin keras.
Hujaman pak Beni semakin kuat. Gerakannya juga semakin cepat. Gesekannya terasa nikmat. Terlihat wajah tuanya semakin berhasrat saat melihat tubuh polos akhwat bercadar itu. Begitu juga dengan susu bulatnya yang jarang diperlihatkannya itu. Juga dengan pentil berwarna pinknya serta ekspresi wajahnya yang ketakutan saat akan dihamili olehnya membuat pak Beni semakin tidak tahan lagi. Nafasnya terasa sesak. Dadanya terasa sempit. Ia tak kuat untuk menahan birahinya lagi.
“Aaahhhh… Aahhhh… Aaahhhh sayaa akan keluaaar… Saya mau keluuuaarrr” Desah pak Beni yang membuat Nayla ketakutan.
“Aaahhhhh jangaannn… Jangaannn pakkk… Jangannn di dalemmm” Ucap Nayla sambil terus menjerit merasakan hujaman pak Beni yang semakin liar. Kedua tangannya bahkan mencengkram sprei ranjang tidur pak Beni saat tubuhnya terhempas maju mundur menahan serangan birahi pria tua berbadan kekar itu.
Bersambung
“Aaahhhh jangaannn… Jangann dilepas paakk… Aaahhhh” Jerit Nayla saat tubuhnya didorong oleh pak Beni sehingga membuatnya terjatuh dalam posisi tengkurap diatas ranjang tidur pak Beni.
Baru saja terjatuh, pak Beni langsung menarik lepas celana training yang Nayla kenakan. Pak Beni juga menarik lepas celana dalam yang Nayla kenakan. Dalam sekejap Nayla sudah bertelanjang bulat menyisakan hijab dan cadar berwarna merahnya.
“Yahahahaha… Orang – orang pernah bilang kalau ada yang pake hijab merah jangan sampai lepas, gitu kan yah ?” Ucap pak Beni sambil menelanjangi dirinya yang membuat mata Nayla membuka lebar saat melihat bentuk fisiknya.
Nayla awalnya merasa ngeri. Namun semakin lama ia melihatnya, ia terpesona oleh tubuh pak Beni. Tubuh pak Beni begitu indah dimata wanita. Tubuhnya begitu kekar dengan dada bidang serta perut kotak – kotak yang menghiasinya. Belum lagi dengan lengan berototnya. Belum lagi dengan bulu jembutnya yang begitu lebat serta penis gagah perkasa yang sudah mengacung tegak.
Nayla pun bergidik ngeri. Baru kali ini dirinya melihat aurat seorang lelaki selain milik suami. Baru kali ini ia melihat seorang lelaki yang begitu seksi.
“Jangaannn… Jangaannn mendekat paakk… Toloongg jangaannn” Ucap Nayla tersadar dari lamunan kotornya.
Sebagai wanita biasa, siapa sih yang tidak tergoda dengan tubuh indah pak Beni. Terlepas dari usianya yang sudah terlampau tua. Terlepas dari wajahnya yang terkesan buruk rupa. Belum lagi dengan tato di dada yang menjelaskan kalau pak Beni bukanlah laki – laki yang baik hati. Nayla sempat terkesan bahkan terpesona oleh tubuh kekarnya.
Namun sebagai akhwat bercadar yang sudah pernah menikah. Sebagai akhwat bercadar yang dulu sempat belajar di pondok pesantren. Ia tahu kalau membiarkan tubuhnya diperkosa oleh pria kekar itu adalah kesalahan. Ia pun berusaha menolak meski ia sendiri tahu, dirinya tidak memiliki kesempatan untuk kabur dari sergapan pria tua itu.
“Maaf saya sudah gak kuat… Saya ingin menggenjotmu sampai puas” Ucap pak Beni sambil memegangi paha Nayla lalu menariknya hingga akhwat cantik itu terseret ke arahnya.
“Aaaaahhhh lepaskaaannnnn !!!” Jerit Nayla panik saat pria tua kekar itu terlihat bernafsu ingin menyetubuhinya lagi.
Kaki Nayla pun dilebarkan. Nayla sedang mengangkan dalam posisi terlentang dihadapan pria tua yang sudah telanjang.
“Jangaannn pakk… Jangaannn… Jangaannn aaaaaahhhhhh” Desah Nayla saat merasakan penis jantan itu kembali ambles di dalam liang senggamanya.
“Ouuhhhhh mantapnyaaaaa” Desah pak Beni dengan sangat puas.
“Hah… Hah… Hah… Hah” Baik pak Beni ataupun Nayla, mereka berdua terengah – engah setelah kemaluan mereka kembali bersatu. Pak Beni dengan penuh nafsu menatap mata Nayla. Nayla dengan lemas juga menatap mata pak Beni. Mata mereka saling melakukan kontak tanpa mereka sadari. Pak Beni pun tersenyum yang membuat Nayla bergegas membuang wajahnya ke samping.
“Mari kita mulai lagi pertempurannya, sayang” Ucap pak Beni yang perlahan mulai menggerakkan pinggulnya yang membuat suara jeritan Nayla mulai kembali terdengar.
“Mmpphhhh… Mmpphhh” desah Nayla saat terbaring diatas ranjang tidur pria tua itu.
Pergerakan pak Beni memang terkesan lambat. Namun itu sudah cukup untuk membuat buah dada Nayla bergoyang indah. Mata Pak Beni pun terpaku pada pergerakan lembut payudara itu. Berulang kali lidahnya keluar tuk menjilati tepi bibirnya yang kering. Kedua tangannya pun tak berhenti mengelusi paha bagian dalam Nayla yang membuat akhwat bercadar itu merinding merasakan persenggamaan ini.
“Paaakk tolloonngg… Sudahhh… Sudaahhh aaahhhhhh” desah Nayla meminta berhenti meski hatinya berkata ingin melanjuti.
“Aaahhh… Aahhh… Gak usah munafik mbak… Saya tau tubuh mbak sedang menikmati, iya kan ?” Tanya Pak Beni yang membuat Nayla kesal merasa tidak terima.
“Gak mungkin pak… Mana mungkin aku menikmati pemerkosaan ini ! Lepaskannn… Lepaskaaan aaahhhhh” Desah Nayla saat merasakan genjotan Pak Beni dipercepat.
“Yahahaha munafik sekali… Keliatan sekali dari wajahmu, kalau mbak sangat menikmati genjotan saya, iya kan ?” Desah Pak Beni saat tubuhnya agak menunduk untuk mendekap pinggang ramping bidadari cantik itu.
“Aaahhhh… Aaahhhh… Enggaaakkk… Engaakkk pakk… Aaaaaahhhhh” desah Nayla memejam tak kuasa menahan hujaman yang begitu kuat.
Penis pak Beni dengan brutal keluar masuk menggesek dinding rahim bidadari itu. Gesekannya yang begitu cepat membuat rahim Nayla semakin basah oleh cairan cintanya yang perlahan mulai menggenangi. Suara cipratan air pun terdengar dari dalam. Suara hantaman antar pinggul juga terdengar keras yang membuat Nayla tak tahan lagi selain berteriak kencang.
“Aaaahhh… Aaahhhhhh… Aaaahhhhh” Jerit Nayla sambil mencengkram kuat sprei ranjang tidur pria tua itu.
“Aaaahh… Aaahhh… Mantapppnyaa… Mantap sekali jepitan memekmu, sayanggg” Desah pak Beni sambil mengamati gerakan payudara Nayla yang meloncat – loncat.
Ya, gerakan buah dada Nayla terlampau kuat. Gerakan buah dadanya terlihat seperti mau terlepas saja. Hantaman pinggul pak Beni menjadi penyebabnya. Bahkan tubuh polos Nayla tergerak maju mundur diatas ranjang tidur pria tua itu. Bahkan ranjang tidur yang menjadi TKP pertempuran mereka sampai bergoyang hingga terdengar bunyi denyitan disana. Usapan tangan pak Beni di tubuhnya yang mulanya berada di pinggangnya mulai menjalar ke perutnya. Usapan tangannya pun naik tuk membelai payudaranya. Pak Beni tengah memegangi payudaranya ditengah sodokannya yang semakin kuat. Pak Beni begitu puas. Rasanya sangat nikmat saat menyetubuhi akhwat bercadar dengan gaya barbar.
“Aaaahhhh… Aaahhhh… Aaaaahhhhhh” Desah Nayla merasa tak sanggup lagi. Hujamannya membuat birahinya melayang ke angkasa.
Ia heran, kenapa bisa – bisanya ia nyaris berorgasme ditengah pemerkosaan yang ia terima. Saat matanya membuka. Ia mendapati pak Beni tengah menunduk hingga dada mereka saling bersentuhan. Nayla pun buru – buru membuang muka. Ia tak mau melihat sosok pria tua itu dengan jarak yang begitu dekat.
“Aaahhhh… Aahhhh… Aaahhhh… Buka cadarmu sayang” Ucap pak Beni saat menaikan cadar Nayla lalu menutupi pandangannya menggunakan cadar itu. Bibir Nayla pun terlihat namun matanya tertutupi cadarnya. Pak Beni pun tersenyum. Dengan rakus bibirnya datang untuk mencumbu bibir manis itu.
“Mmpphhhh… Mmppphhhhhh” Desah mereka saat saling cumbu.
Pak Beni yang sudah menindihi tubuh Nayla sangat menikmati kelezatan bibirnya. Kedua tangannya pun mendekap tangan Nayla lalu merenggangkannya ke samping. Matanya pun memejam ditengah cumbuan bibirnya yang begitu kejam. Pinggulnya juga terus bergerak naik turun tuk membombardir liang senggama akhwat bercadar itu.
Kepuasan tak terkira dialami oleh mereka berdua. Bedanya, pak Beni menunjukkannya secara terang – terangan sedangkan Nayla menyembunyikannya karena tak ingin harga dirinya terenggut oleh pria tua itu. Ia tak mau pria tua itu terlihat senang karena telah membuatnya keenakan.
Plookk… Plokkk… Plookkk !!!
Pinggul Pak Beni terus menggempur. Suara hantaman pinggul itu terdengar semakin keras seiring nafsu birahi pak Beni yang semakin ganas. Sela – sela jemari Nayla teremas. Hujamannya bibirnya semakin kuat yang membuatnya semakin puas.
“Aaahhhh… Aaahhhh… Puas sekali rasanya menikmati tubuhmu ini sayangg… Terima ini… Terima lebih kuat lagi” Desah pak Beni setelah melepas cumbuannya.
Plokkk… Plokkk… Plokkk…
Terdengar hantaman pinggul mereka berdua semakin keras.
“Aaaahhhh… Aaahhhh… Aaahhhhh cukkuupppp” desah Nayla merasa tak sanggup menahan gairah birahinya lagi.
“Aaaahhhhh… Aahhhhh… Aaahhhh… Kayaknya ada yang mau keluar nih ? Iya gak ? Memek mbak udah berdenyut yah ?” Ucap pak Beni yang membuat Nayla merasa malu.
“Hentikaannnn… Hentikaannn paakk… Akuu enggakk… Akuuu aahhhh… Aaahhhhh” Desah Nayla tak sanggup lagi yang membuatnya hanya bisa mendesah.
“Yahahahha saya juga mbak… Gimana kalau kita sama – sama keluar di rahim mbak… Siapa tahu nanti mbak bisa hamil oleh perbuatan saya ini” Ucap Pak Beni yang membuat mata Nayla membuka lebar.
“Tappii… Engggakk… Aku gak mauuu… Aku gak mauu hamil paakkk… Aku gak mau hamil dari bapaaakkk… Aaaahhhh… Aahhhh… Aaahhhhh” Ucap Nayla ketakutan mendengar ucapan pria tua itu.
“Terlambat… Saya sudah meniatkannya… Saya akan membuang pejuh saya di titik terdalam rahim mbak” Ucap pak Beni yang membuat Nayla ketakutan.
“Aaahhhhhh enggaakk… Enggaakkk… Aaaahhhhhhhh… Toloongggg“ Desah Nayla semakin keras.
Hujaman pak Beni semakin kuat. Gerakannya juga semakin cepat. Gesekannya terasa nikmat. Terlihat wajah tuanya semakin berhasrat saat melihat tubuh polos akhwat bercadar itu. Begitu juga dengan susu bulatnya yang jarang diperlihatkannya itu. Juga dengan pentil berwarna pinknya serta ekspresi wajahnya yang ketakutan saat akan dihamili olehnya membuat pak Beni semakin tidak tahan lagi. Nafasnya terasa sesak. Dadanya terasa sempit. Ia tak kuat untuk menahan birahinya lagi.
“Aaahhhh… Aahhhh… Aaahhhh sayaa akan keluaaar… Saya mau keluuuaarrr” Desah pak Beni yang membuat Nayla ketakutan.
“Aaahhhhh jangaannn… Jangaannn pakkk… Jangannn di dalemmm” Ucap Nayla sambil terus menjerit merasakan hujaman pak Beni yang semakin liar. Kedua tangannya bahkan mencengkram sprei ranjang tidur pak Beni saat tubuhnya terhempas maju mundur menahan serangan birahi pria tua berbadan kekar itu.
Bersambung
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved