Bab 4 Part 4

by Dinda Tirani 18:37,Aug 09,2023
“LEPASIN !” Jerit Nayla sambil menggerakan lengannya. Suaranya yang terlampau keras membuat ibu – ibu yang mulai berdatangan membeli sayur di mang Yono pun menoleh. Pak Urip yang sedang menyirami halaman juga keluar dan mendapati majikannya sedang digoda oleh tukang sapu jalanan itu.
“Heyyy heyyy ada apa ini ! Masih berani gangguin non Nayla… Pergii !!! Pergiii !!!” Ucap Mang Yono sambil mengarahkan selang air itu ke tukang sapu jalanan itu.
Orang itu dengan terpaksa pun pergi meninggalkan mereka. Saat ia berjalan melewati ibu – ibu yang sedang membeli sayur mang Yono. Ia mendengar ibu – ibu itu membicarakan dirinya. Namun ia menghiraukan. Ia terus berjalan melewatinya begitu saja.
“Makasih yah pak Urip… Kalau gak ada bapak mungkin orang itu udah . . . Ah serem deh, pokoknya makasih banget yah pak” Ucap Nayla merasa lega karena ada pembantu tambunnya yang menyelematkannya dari perlakuan tukang sapu itu.
“Tenang, kalau pak Beni ngeganggu lagi… Saya akan siram mukanya biar dia sadar siapa yang sedang diganggunya itu” Ucap Pak Urip yang membuat Nayla tersenyum senang.
“Makasih banget yah pak… Makasih sekali lagi… Maaf waktunya mepet banget, aku mau ke dalem dulu yah… Mau siap – siap pergi soalnya” Ucap Nayla teringat kalau ada sesi perfotoan di pagi hari.
“Siap non, serahkan rumah kepada saya… Saya akan menjaganya dengan sekuat tenaga” Ucap Pak Urip kepada majikannya.
“Makasih… Aku izin pergi dulu yah” Ucap Nayla pergi dengan terburu – buru.
“Iya non, hati – hati yah” Ucap Pak Urip.
Setelah majikan alimnya itu pergi ke dalam rumahnya. Pak Urip pun menoleh ke arah jalan yang dilewati oleh pak Beni tadi. Ia dengan ketus pun mencaci sosoknya menggunakan matanya. Ia pun menatap sosok kekar itu. Ia hanya tersenyum sambil mengarahkan selang itu ke tanaman yang ada di belakangnya.
“Dasar kerjaannya ganggu aja !” Lirih pak Urip.
Beni, tidak diketahui nama lengkapnya. Ia merupakan pria misterius yang tinggal tepat disebelah kanan rumah Nayla. Orang – orang hanya tahu kalau sehari – harinya ia bekerja sebagai tukang sapu jalanan. Sosoknya kekar. Kalau jalan pasti tegap. Lengannya berotot dan ada tato yang dicetak di dada kanannya. Kulitnya juga berwarna gelap. Ia juga mempunyai kumis tebal yang tidak dirawat olehnya. Sehari – harinya ia terbiasa menggunakan topi. Ia bahkan sering bertelanjang dada untuk memamerkan kejantanan tubuhnya.
Ada rumor mengatakan kalau pak Beni dulunya adalah seorang preman pasar. Ada juga yang mengatakan kalau pak Beni dulunya ditinggal nikah sehingga membuatnya sedikit gila. Makanya terkadang ia suka mencuri – curi pandang tiap kali ada wanita cantik yang lewat. Termasuk diri Nayla yang merupakan tetangga dekatnya.
Untuk kalimat terakhir, itu bukanlah rumor belaka. Ya, Nayla sendiri berani mengonfirmasinya karena ia seringkali memergoki pak Beni mengintipnya dari luar pagar rumahnya. Bahkan ia pernah memergoki pak Beni memasuki pagar rumahnya tanpa sebab sebelum diusir oleh suaminya. Bahkan ia pernah mendapati celana dalamnya hilang saat ia gantung dijemuran. Ia pun mencurigai pak Beni sebagai pelakunya. Makanya ia begitu ketakutan saat lengannya dipegang oleh pria kekar itu tadi. Untungnya ada penyelamatnya yakni pak Urip. Nayla jadi terbebas. Ia pun dengan lega melanjutkan aktifitasnya.
*-*-*-*​
BEBERAPA SAAT KEMUDIAN
“Oke waktunya berangkat… Untung masih ada waktu lebih” Ucap Nayla setelah bersiap dengan gamis berwarna putihnya.
Dengan pakaian serba putih mulai dari hijab di ujung kepala sampai gamis yang menutupi mata kaki. Nayla telah bersiap untuk bekerja mempromosikan hijab yang akan diendorsekannya.
Nayla pun tak sabar untuk berpose di depan kamera. Ia merasa percaya diri dengan kecantikan yang ia miliki. Sebagai selebgram bercadar, ada pesan yang ingin ia sampaikan kepada followers – followersnya terutama akhwat – akhwat penggemarnya. Ia ingin menunjukkan kepada mereka kalau menggunakan cadar tidak serta merta membuat mereka ketinggalan zaman. Cadar tidak membuat kecantikan mereka tertutupi. Justru membuat mereka semakin cantik dibandingkan dengan wanita yang gemar memamerkan lekuk tubuh mereka di depan khalayak ramai. Itulah motivasi terbesar Nayla ingin menjadi selebgram. Ia ingin berdakwah di tengah pekerjaannya sebagai selebgram bercadar.
Nayla berjalan menuju depan rumahnya untuk menaiki motornya. Ia pun memasukannya kuncinya ke dalam lubang kunci motornya. Ia kemudian menstarternya hingga motor matic berwarna pinknya menyala seketika.
“Pak Urip, aku mau pergi dulu yah… Tolong jaga rumah” Ucap Nayla kepada pria tua yang sedang memotong rumput itu.
“Iya non, hati – hati di jalan yah” Ucap pak Urip sambil tersenyum.
“Iyya pak, makasih… Wassalamualaikum” Ucap Nayla saat berjalan pergi.
“Walaikumsalam non” Ucap Pak Urip sambil tersenyum. Setelah majikannya pergi. Ia pun mendesah di dalam hati.
“Hah, bisa – bisanya tadi pak Beni mau bertindak macem – macem… Jaga diri yah non… Saya gak bisa jagain non kalau non lagi di luar rumah” Ucap pak Urip yang kemudian melanjutkan kembali pekerjaannya.
*-*-*-*​
Sesampainya Nayla di tempat kerja.
Nayla bergegas memarkir motornya lalu melepas helmnya. Akhwat bercadar itu pun berjalan menuju fotografer yang tengah fokus memfoto modelnya. Nayla tersenyum tiap kali melihat model itu bergaya. Model itu memang cantik. Nayla pun bangga karena ada akhwat lain yang sepertinya yang bergaya di depan kamera menggunakan cadarnya.
“Cieee yang difotoin calon” Ucap Nayla setelah sang fotografer menyudahi foto – fotonya.
“Hihihi mbak Nayla… Baru dateng yah ?” Tanya akhwat itu lekas menghampiri.
Bersambung

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

198