Bab 5 Part 5
by Dinda Tirani
18:37,Aug 09,2023
“Iyya nih Put… Dah lama yah nunggunya ? Maaf agak terlambat” Ucap Nayla pada akhwat bercadar itu.
“Ah santai aja mbak… Kita juga baru pada dateng kok… Aku sama Putri juga baru dateng… Tadi cuma pemanasan aja biar gak kaku di depan kamera” Ucap sang fotografer menyela.
“Hihihi Putri mah gak bakalan kaku kok… Paling cuma malu – malu, iya gak Put ?” Tanya Nayla pada Putri.
“Yeeee gak yah… Orang dah lama kenal” Ucap Putri mengelak yang membuat Nayla tertawa.
Obrolan hangat pun terjadi di lokasi photoshoot sebelum sesi perfotoan dimulai. Di depan Nayla terdapat akhwat bercadar bernama Putri. Usianya baru 20 tahun. Ia juga masih kuliah di kampus yang sama dengan Nayla sebelum kelulusannya. Nama lengkapnya adalah Putri Nadila Khoirunnisa. Tingginya hampir sama dengan Nayla yakni 157 cm. Beratnya jauh lebih ringan daripada Nayla yakni 44 kg. Ia juga mempunyai kebiasaan yang sama dengan Nayla. Yakni sama – sama terbiasa menggunakan gamis lebar serta cadar atau masker yang menutupi sebagian wajahnya.
Putri terlihat sangat cantik dengan pakaian serba pink yang dikenakannya. Hijabnya berwarna pink, gamisnya juga berwarna pink bahkan roknya pun sama. Hanya cadarnya saja yang memiliki warna berbeda yakni berwarna hitam. Meski demikian, kecantikannya masih terpancar pada dirinya. Matanya begitu indah membuat siapapun mudah jatuh hati padanya. Beruntungnya ada satu lelaki yang bisa mendapatkan hatinya. Yakni sang fotografer bernama Andri yang kini duduk disebelahnya. Mereka memang sering melakukan project bersama. Bahkan Nayla juga mengenalnya. Andri pun mengejutkan orang – orang ketika dirinya tiba – tiba melamar Putri tepat setelah selesai melakukan sesi perfotoan. Untungnya Putri menerimanya, kalau tidak Andri bisa – bisa malu tujuh turunan.
“Ah itu dia bos besar udah datang… Siap – siap yuk” Ucap Andri saat melihat manager yang ingin diendorsekan produknya datang. Nayla dan Putri pun berdiri. Mereka mendekati ibu manager itu untuk mendengarkan pengarahan darinya.
Terlihat Nayla dan Putri manggut – manggut saja saat mendengarkan pengarahan dari ibu manager. Sang ibu manager juga mengarahkan apa saja pakaian yang akan kedua selebgram ini kenakan. Ia juga meminta mereka berdua untuk merekam video untuk mempromosikan produknya. Setelah pengarahan selesai, mereka berdua pun diminta berganti pakaian untuk bersiap – siap melakoni sesi perfotoan pertama.
Cekreekk… Cekreekk… Cekreekk…
Andri dengan profesional bergerak kesana – kemari untuk mencari sudut terbaik untuk memotret modelnya. Berulang kali Andri meminta modelnya untuk lebih tersenyum lagi. Ia juga meminta modelnya untuk melakukan pose memutar agar gamis yang dikenakannya terkena efek – efek terbang tertiup angin.
Saat giliran Nayla, Andri berulang kali kedapatan tersenyum melihat kecantikan Nayla. Memang kecantikan Nayla tidak ada tandingannya. Andri dengan senang hati mengarahkan Nayla untuk berpose lebih cantik lagi. Untungnya Putri sedang berada di ruang ganti untuk melakukan sesi perfotoan kedua dengan produk gamis yang berbeda. Andri jadi lebih bebas berduaan dengan Nayla. Andri tersenyum. Andri memotret Nayla dengan begitu bahagia.
Andai dirimu belum menikah Nay…
Batin Andri saat memotret model favoritnya itu.
Sambil terus memotret, ia mengingat – ngingat terus momen – momen saat pertama kali bertemu dengannya. Ia agak menyesal karena tak langsung mengungkapkan perasaannya. Andai waktu itu ia mengungkapkannya terlebih dahulu. Mungkin dirinya yang akan menjadi suaminya sekarang.
Seketika ia melihat Putri datang mendekat. Putri datang dengan senyuman saat mendatangi calon suaminya. Putri pun bertanya untuk meminta pendapatnya.
“Mas, gimana penampilanku ?” Tanya Putri saat mengenakan produk gamis terbaru yang akan diendorsekannya.
“Kamu cantik banget Put… Coba gaya dulu” Ucap Andri sambil memotretnya.
Cekreekk !!!
“Hihihihi makasih, mas” Ucap Putri bahagia setelah dipuji oleh calon pengantinnya.
“Cieeee… Cieeee habis dibilang cantik” Ucap Nayla pada Putri.
“Hihihi namanya juga cewek… Ya cantik lah” Jawab Putri yang membuat Nayla tertawa.
Diam – diam Andri pun ikut tertawa. Namun bukan karena tawa yang Putri berikan. Melainkan karena tawa yang Nayla berikan.
Maafin aku Put, udah jadiin kamu pelampiasan rasa kecewaku… Sejujurnya, aku masih mencintai Nayla… Hanya dia wanita yang kucinta selamanya…
Batin Andri sambil membelakangi mereka berdua.
Waktu terus berlalu. Sesi perfotoan terus berlangsung. Tak terasa jam sudah menunjukan pukul satu siang. Ibu manager pun memberikan waktu istirahat bagi mereka selama satu jam untuk makan siang dan juga beribadah bagi yang menjalankan. Putri & Nayla yang kelaparan memilih untuk menyantap makan siang terlebih dahulu. Sedangkan Andri memilih menetap untuk berdiskusi dengan bagian editing untuk memilah – milah hasil jepretannya.
“Mau makan apa nih kita mbak ?” Tanya Putri kelaparan.
“Apa yah ? Bakso aja di depan gimana ?” Tanya Nayla saat melihat warung bakso di depan tempat mereka bekerja.
“Yeee bakso mana bikin kenyang… Eh itu ramen aja gimana ?” Tanya Putri yang membuat Nayla tertarik.
“Wah boleh juga… Biar kayak Naruto hihihi” Ucap Nayla tertawa saat teringat serial kartun favoritnya dulu.
“Hihihi Sakura dong yang cantik” Ucap Putri.
“Mending Hinata yang suka ramen… Mana itunya gede lagi” Ucap Nayla bercanda dengan sesama wanita.
“Hihihi tau lah yang gede” Ucap Putri agak iri saat melihat ukuran payudara Nayla.
“Hihihi nanti punya kamu juga gede kok, pas udah nikah tapi” Ucap Nayla memotivasi.
“Loh emang bisa gitu ? Apa gara – gara sering diremes sama suami yah ?” Tanya Putri malu – malu saat menanyakan hal itu.
“Hihihi bisa jadi” Ucap Nayla ikut malu saat teringat perlakuan suaminya dulu yang gemar memainkan kedua payudaranya.
Saat sedang asyik – asyiknya membahas hal – hal yang berbau kewanitaan. Mereka berdua dikejutkan oleh seseorang yang tiba – tiba mendekat.
“Mbak Nayla. . . .” Ucap seseorang yang membuat kedua akhwat bercadar itu menoleh.
Astaghfirullah pak Beni ? Kenapa dia ada disini ?
Batin Nayla terkejut.
“Iya, ada apa ?” Tanya Nayla dengan dingin sambil memperhatikan tubuhnya. Pak Beni sedang bertelanjang dada. Tangan kirinya memegangi sapu dan tangan kanannya memegangi kantung kresek.
“Mbak laper ? Ini saya ada sesuatu buat mbak” Ucap pak Beni sambil menyerahkan kantong kresek itu.
Ihhh apaan sih sok deket ? Mau ngasih apa juga ?
Batin Nayla saat terpaksa menerimanya.
“Makasih” Jawab Nayla dengan dingin tanpa sempat melihat isi dari kantung kresek itu.
Pria tua kekar itu hanya tersenyum sambil memandang wajahnya. Jelas Nayla pun tak nyaman. Akhirnya dengan tergesa – gesa ia izin pamit agar bisa menjauh dari kejaran pria tua itu.
“Maaf aku mau pergi, permisi” Ucap Nayla sambil menarik tangan Putri.
“Eh mbak…. Itu… Itu siapa ?” Tanya Putri dengan lirih setelah semakin jauh dari tukang sapu jalanan itu.
“Dia pak Beni… Tetangga aku… Kata orang – orang sih, dia agak gimana gitu… Aneh deh pokoknya… Jangan deket – deket, tadi pagi aja tangan aku dipegang – pegang olehnya” Ucap Nayla.
“Heh dipegang – pegang ?” Tanya Putri.
“Iya, untung ada pak Urip pembantu aku… Dia nyelametin aku” Jawab Nayla.
“Tapi, dia keliatan baik deh” Ucap Putri sambil melihat sosok pak Beni lagi.
“Hush jangan diliatin… Cuekin aja” Ucap Nayla menegur Putri.
“Oh yah, emangnya isi dari kresek itu apaan yah ?” Tanya Putri.
“Hemmm apa yah ? Oh cuma roti ternyata” Ucap Nayla saat melihatnya.
“Roti ? Sepotong roti ?” Tanya Putri.
Nayla pun hanya mengangguk. Ia lalu mengangkat kedua bahunya pertanda ia tak tahu apa maksud dari pria tua aneh itu.
*-*-*-*
SORENYA
Sesi perfotoan telah berakhir. Nayla dan Putri pun pamit kepada ibu manager sekaligus berterima kasih karena sudah diberi kesempatan untuk mengendorse produk mereka. Jelas ini pengalaman besar bagi mereka berdua. Sayangnya jalan yang mereka berdua tempuh berbeda. Putri pun pulang duluan diboncengi Andri. Sedangkan Nayla menaiki motornya sendiri setelah berbelok ke arah kiri.
“Hah, mas Miftah apa kabar yah ? Daritadi kok susah dihubungi… Apa jangan – jangan datanya dimatiin yah ?” Lirih Nayla ditengah perjalanan pulangnya.
Jujur, ia sangat merindukan sosoknya. Apalagi di malam ini dirinya harus tidur sendiri. Ia jadi ketakutan kalau harus tidur sendiri. Padahal ia membutuhkan teman yang bisa diajaknya bercerita tentang hari ini. Ia ingin mengeluarkan keluh kesahnya. Kalau suaminya tidak ada, kepada siapa ia harus bercerita ?
Tak lama kemudian, ia pun tiba di depan rumahnya. Terlihat pak Urip sedang menyapu halaman. Lantai pun sudah bersih. Nayla sangat senang dengan kinerja pembantunya itu.
“Assalamu’alaikum pak… Makasih pak atas kerja kerasnya” Ucap Nayla tersenyum.
“Eh non Nayla dah pulang… Walaikumsalam… Hakhakhak, kerjaan saya cuma nyapu doang kok… Gak ada keras – kerasnya sama sekali” Ucap pak Urip merendah yang membuat Nayla tersenyum saja.
“Oh yah non… Tadi saya buatin jus alpukat kesukaan non di kulkas… Kalau non haus bisa diambil langsung disana yah” Ucap Pak Urip perhatian yang membuat Nayla senang.
“Oh yah ? Makasih banget yah pak… Kebetulan aku capek banget hari ini” Ucap Nayla sambil membawa kantung kresek di tangan kanannya.
“Oh yah non… Maap” Panggil pak Urip yang membuat Nayla berhenti melangkah.
“Iya pak ?” Tanya Nayla setelah berbalik badan.
“Saya izin pulang dulu yah… Udah jam setengah lima… Saya mau nemenin istri di rumah” Pinta pak Urip yang membuat Nayla tersenyum.
“Huft kirain apa… Iya silahkan pak… Makasih yah untuk kerja kerasnya” Ucap Nayla dengan ramah.
“Sama – sama non… Mari” Ucap pak Urip pamit pergi.
“Pintu gerbangnya ditutup sekalian gak non ?” Lanjut pak Urip setelah melewati pintu gerbangnya.
“Gak usah pak… Siapa tau ada tamu nanti” Ucap Nayla yang membuat pak Urip membiarkan pintu gerbang rumah majikannya terbuka.
Setelah pak Urip pulang. Nayla pun bergegas menuju dapur untuk mencari jus buatan pembantunya. Saat melewati ruang tamunya, ia menaruh kantung kresek itu di meja. Ia pun merenggangkan kedua tangannya naik untuk menghilangkan rasa lelahnya.
“Aaaahhhh capek banget hari ini” Desah Nayla dengan sedikit menguap. Rasanya ia ingin beristirahat. Ia ingin tidur saja setelah lelah bekerja seharian.
Saat tiba di depan kulkasnya. Ia pun mengambil segelas jus buatan pak Urip lalu menaikan cadarnya kemudian meminumnya hingga habis sambil duduk di kursi dekat meja makan rumahnya. Rasanya memang nikmat saat menenggak jus dingin yang terbuat dari buah – buahan segar. Setelah menghabiskannya, ia pun menutupi mulutnya lagi menggunakan cadarnya lalu berpindah menuju ruang tamu rumahnya.
“Hah kok aku laper yah ? Padahal tadi udah makan semangkuk ramen” Ucap Nayla sambil memegangi perutnya.
“Mungkin karena gak pake nasi kali yah hihihi” Ucap Nayla sambil membuka kantung kresek yang tadi dibawanya.
Ia pun menemukan roti yang masih disegel dengan plastik seolah baru dibeli. Meski ia tahu kalau roti ini didapatnya dari pak Beni, ia tetap ingin memakannya karena ia yakin pasti roti ini memang baru dibeli di toko. Sehingga ia tidak begitu mencurigainya.
Nayla kembali menaikan cadarnya lalu menggigit roti demi roti sambil mengecek isi hapenya siapa tau ada pesan masuk yang tidak sempat ia baca.
Sambil menscroll – scroll isi hapenya. Entah kenapa tiba – tiba rasa kantuk datang menguasai. Matanya merem melek padahal mulutnya masih memakan roti yang dipegang menggunakan tangan kanannya. Pandangannya mulai samar – samar. Ia pun heran dengan apa yang sedang terjadi pada tubuhnya.
“Astaghfirullah… Kenapa aku jadi ngantuk banget sih ?” Ucap Nayla sambil memegangi kepalanya.
Bersambung
“Ah santai aja mbak… Kita juga baru pada dateng kok… Aku sama Putri juga baru dateng… Tadi cuma pemanasan aja biar gak kaku di depan kamera” Ucap sang fotografer menyela.
“Hihihi Putri mah gak bakalan kaku kok… Paling cuma malu – malu, iya gak Put ?” Tanya Nayla pada Putri.
“Yeeee gak yah… Orang dah lama kenal” Ucap Putri mengelak yang membuat Nayla tertawa.
Obrolan hangat pun terjadi di lokasi photoshoot sebelum sesi perfotoan dimulai. Di depan Nayla terdapat akhwat bercadar bernama Putri. Usianya baru 20 tahun. Ia juga masih kuliah di kampus yang sama dengan Nayla sebelum kelulusannya. Nama lengkapnya adalah Putri Nadila Khoirunnisa. Tingginya hampir sama dengan Nayla yakni 157 cm. Beratnya jauh lebih ringan daripada Nayla yakni 44 kg. Ia juga mempunyai kebiasaan yang sama dengan Nayla. Yakni sama – sama terbiasa menggunakan gamis lebar serta cadar atau masker yang menutupi sebagian wajahnya.
Putri terlihat sangat cantik dengan pakaian serba pink yang dikenakannya. Hijabnya berwarna pink, gamisnya juga berwarna pink bahkan roknya pun sama. Hanya cadarnya saja yang memiliki warna berbeda yakni berwarna hitam. Meski demikian, kecantikannya masih terpancar pada dirinya. Matanya begitu indah membuat siapapun mudah jatuh hati padanya. Beruntungnya ada satu lelaki yang bisa mendapatkan hatinya. Yakni sang fotografer bernama Andri yang kini duduk disebelahnya. Mereka memang sering melakukan project bersama. Bahkan Nayla juga mengenalnya. Andri pun mengejutkan orang – orang ketika dirinya tiba – tiba melamar Putri tepat setelah selesai melakukan sesi perfotoan. Untungnya Putri menerimanya, kalau tidak Andri bisa – bisa malu tujuh turunan.
“Ah itu dia bos besar udah datang… Siap – siap yuk” Ucap Andri saat melihat manager yang ingin diendorsekan produknya datang. Nayla dan Putri pun berdiri. Mereka mendekati ibu manager itu untuk mendengarkan pengarahan darinya.
Terlihat Nayla dan Putri manggut – manggut saja saat mendengarkan pengarahan dari ibu manager. Sang ibu manager juga mengarahkan apa saja pakaian yang akan kedua selebgram ini kenakan. Ia juga meminta mereka berdua untuk merekam video untuk mempromosikan produknya. Setelah pengarahan selesai, mereka berdua pun diminta berganti pakaian untuk bersiap – siap melakoni sesi perfotoan pertama.
Cekreekk… Cekreekk… Cekreekk…
Andri dengan profesional bergerak kesana – kemari untuk mencari sudut terbaik untuk memotret modelnya. Berulang kali Andri meminta modelnya untuk lebih tersenyum lagi. Ia juga meminta modelnya untuk melakukan pose memutar agar gamis yang dikenakannya terkena efek – efek terbang tertiup angin.
Saat giliran Nayla, Andri berulang kali kedapatan tersenyum melihat kecantikan Nayla. Memang kecantikan Nayla tidak ada tandingannya. Andri dengan senang hati mengarahkan Nayla untuk berpose lebih cantik lagi. Untungnya Putri sedang berada di ruang ganti untuk melakukan sesi perfotoan kedua dengan produk gamis yang berbeda. Andri jadi lebih bebas berduaan dengan Nayla. Andri tersenyum. Andri memotret Nayla dengan begitu bahagia.
Andai dirimu belum menikah Nay…
Batin Andri saat memotret model favoritnya itu.
Sambil terus memotret, ia mengingat – ngingat terus momen – momen saat pertama kali bertemu dengannya. Ia agak menyesal karena tak langsung mengungkapkan perasaannya. Andai waktu itu ia mengungkapkannya terlebih dahulu. Mungkin dirinya yang akan menjadi suaminya sekarang.
Seketika ia melihat Putri datang mendekat. Putri datang dengan senyuman saat mendatangi calon suaminya. Putri pun bertanya untuk meminta pendapatnya.
“Mas, gimana penampilanku ?” Tanya Putri saat mengenakan produk gamis terbaru yang akan diendorsekannya.
“Kamu cantik banget Put… Coba gaya dulu” Ucap Andri sambil memotretnya.
Cekreekk !!!
“Hihihihi makasih, mas” Ucap Putri bahagia setelah dipuji oleh calon pengantinnya.
“Cieeee… Cieeee habis dibilang cantik” Ucap Nayla pada Putri.
“Hihihi namanya juga cewek… Ya cantik lah” Jawab Putri yang membuat Nayla tertawa.
Diam – diam Andri pun ikut tertawa. Namun bukan karena tawa yang Putri berikan. Melainkan karena tawa yang Nayla berikan.
Maafin aku Put, udah jadiin kamu pelampiasan rasa kecewaku… Sejujurnya, aku masih mencintai Nayla… Hanya dia wanita yang kucinta selamanya…
Batin Andri sambil membelakangi mereka berdua.
Waktu terus berlalu. Sesi perfotoan terus berlangsung. Tak terasa jam sudah menunjukan pukul satu siang. Ibu manager pun memberikan waktu istirahat bagi mereka selama satu jam untuk makan siang dan juga beribadah bagi yang menjalankan. Putri & Nayla yang kelaparan memilih untuk menyantap makan siang terlebih dahulu. Sedangkan Andri memilih menetap untuk berdiskusi dengan bagian editing untuk memilah – milah hasil jepretannya.
“Mau makan apa nih kita mbak ?” Tanya Putri kelaparan.
“Apa yah ? Bakso aja di depan gimana ?” Tanya Nayla saat melihat warung bakso di depan tempat mereka bekerja.
“Yeee bakso mana bikin kenyang… Eh itu ramen aja gimana ?” Tanya Putri yang membuat Nayla tertarik.
“Wah boleh juga… Biar kayak Naruto hihihi” Ucap Nayla tertawa saat teringat serial kartun favoritnya dulu.
“Hihihi Sakura dong yang cantik” Ucap Putri.
“Mending Hinata yang suka ramen… Mana itunya gede lagi” Ucap Nayla bercanda dengan sesama wanita.
“Hihihi tau lah yang gede” Ucap Putri agak iri saat melihat ukuran payudara Nayla.
“Hihihi nanti punya kamu juga gede kok, pas udah nikah tapi” Ucap Nayla memotivasi.
“Loh emang bisa gitu ? Apa gara – gara sering diremes sama suami yah ?” Tanya Putri malu – malu saat menanyakan hal itu.
“Hihihi bisa jadi” Ucap Nayla ikut malu saat teringat perlakuan suaminya dulu yang gemar memainkan kedua payudaranya.
Saat sedang asyik – asyiknya membahas hal – hal yang berbau kewanitaan. Mereka berdua dikejutkan oleh seseorang yang tiba – tiba mendekat.
“Mbak Nayla. . . .” Ucap seseorang yang membuat kedua akhwat bercadar itu menoleh.
Astaghfirullah pak Beni ? Kenapa dia ada disini ?
Batin Nayla terkejut.
“Iya, ada apa ?” Tanya Nayla dengan dingin sambil memperhatikan tubuhnya. Pak Beni sedang bertelanjang dada. Tangan kirinya memegangi sapu dan tangan kanannya memegangi kantung kresek.
“Mbak laper ? Ini saya ada sesuatu buat mbak” Ucap pak Beni sambil menyerahkan kantong kresek itu.
Ihhh apaan sih sok deket ? Mau ngasih apa juga ?
Batin Nayla saat terpaksa menerimanya.
“Makasih” Jawab Nayla dengan dingin tanpa sempat melihat isi dari kantung kresek itu.
Pria tua kekar itu hanya tersenyum sambil memandang wajahnya. Jelas Nayla pun tak nyaman. Akhirnya dengan tergesa – gesa ia izin pamit agar bisa menjauh dari kejaran pria tua itu.
“Maaf aku mau pergi, permisi” Ucap Nayla sambil menarik tangan Putri.
“Eh mbak…. Itu… Itu siapa ?” Tanya Putri dengan lirih setelah semakin jauh dari tukang sapu jalanan itu.
“Dia pak Beni… Tetangga aku… Kata orang – orang sih, dia agak gimana gitu… Aneh deh pokoknya… Jangan deket – deket, tadi pagi aja tangan aku dipegang – pegang olehnya” Ucap Nayla.
“Heh dipegang – pegang ?” Tanya Putri.
“Iya, untung ada pak Urip pembantu aku… Dia nyelametin aku” Jawab Nayla.
“Tapi, dia keliatan baik deh” Ucap Putri sambil melihat sosok pak Beni lagi.
“Hush jangan diliatin… Cuekin aja” Ucap Nayla menegur Putri.
“Oh yah, emangnya isi dari kresek itu apaan yah ?” Tanya Putri.
“Hemmm apa yah ? Oh cuma roti ternyata” Ucap Nayla saat melihatnya.
“Roti ? Sepotong roti ?” Tanya Putri.
Nayla pun hanya mengangguk. Ia lalu mengangkat kedua bahunya pertanda ia tak tahu apa maksud dari pria tua aneh itu.
*-*-*-*
SORENYA
Sesi perfotoan telah berakhir. Nayla dan Putri pun pamit kepada ibu manager sekaligus berterima kasih karena sudah diberi kesempatan untuk mengendorse produk mereka. Jelas ini pengalaman besar bagi mereka berdua. Sayangnya jalan yang mereka berdua tempuh berbeda. Putri pun pulang duluan diboncengi Andri. Sedangkan Nayla menaiki motornya sendiri setelah berbelok ke arah kiri.
“Hah, mas Miftah apa kabar yah ? Daritadi kok susah dihubungi… Apa jangan – jangan datanya dimatiin yah ?” Lirih Nayla ditengah perjalanan pulangnya.
Jujur, ia sangat merindukan sosoknya. Apalagi di malam ini dirinya harus tidur sendiri. Ia jadi ketakutan kalau harus tidur sendiri. Padahal ia membutuhkan teman yang bisa diajaknya bercerita tentang hari ini. Ia ingin mengeluarkan keluh kesahnya. Kalau suaminya tidak ada, kepada siapa ia harus bercerita ?
Tak lama kemudian, ia pun tiba di depan rumahnya. Terlihat pak Urip sedang menyapu halaman. Lantai pun sudah bersih. Nayla sangat senang dengan kinerja pembantunya itu.
“Assalamu’alaikum pak… Makasih pak atas kerja kerasnya” Ucap Nayla tersenyum.
“Eh non Nayla dah pulang… Walaikumsalam… Hakhakhak, kerjaan saya cuma nyapu doang kok… Gak ada keras – kerasnya sama sekali” Ucap pak Urip merendah yang membuat Nayla tersenyum saja.
“Oh yah non… Tadi saya buatin jus alpukat kesukaan non di kulkas… Kalau non haus bisa diambil langsung disana yah” Ucap Pak Urip perhatian yang membuat Nayla senang.
“Oh yah ? Makasih banget yah pak… Kebetulan aku capek banget hari ini” Ucap Nayla sambil membawa kantung kresek di tangan kanannya.
“Oh yah non… Maap” Panggil pak Urip yang membuat Nayla berhenti melangkah.
“Iya pak ?” Tanya Nayla setelah berbalik badan.
“Saya izin pulang dulu yah… Udah jam setengah lima… Saya mau nemenin istri di rumah” Pinta pak Urip yang membuat Nayla tersenyum.
“Huft kirain apa… Iya silahkan pak… Makasih yah untuk kerja kerasnya” Ucap Nayla dengan ramah.
“Sama – sama non… Mari” Ucap pak Urip pamit pergi.
“Pintu gerbangnya ditutup sekalian gak non ?” Lanjut pak Urip setelah melewati pintu gerbangnya.
“Gak usah pak… Siapa tau ada tamu nanti” Ucap Nayla yang membuat pak Urip membiarkan pintu gerbang rumah majikannya terbuka.
Setelah pak Urip pulang. Nayla pun bergegas menuju dapur untuk mencari jus buatan pembantunya. Saat melewati ruang tamunya, ia menaruh kantung kresek itu di meja. Ia pun merenggangkan kedua tangannya naik untuk menghilangkan rasa lelahnya.
“Aaaahhhh capek banget hari ini” Desah Nayla dengan sedikit menguap. Rasanya ia ingin beristirahat. Ia ingin tidur saja setelah lelah bekerja seharian.
Saat tiba di depan kulkasnya. Ia pun mengambil segelas jus buatan pak Urip lalu menaikan cadarnya kemudian meminumnya hingga habis sambil duduk di kursi dekat meja makan rumahnya. Rasanya memang nikmat saat menenggak jus dingin yang terbuat dari buah – buahan segar. Setelah menghabiskannya, ia pun menutupi mulutnya lagi menggunakan cadarnya lalu berpindah menuju ruang tamu rumahnya.
“Hah kok aku laper yah ? Padahal tadi udah makan semangkuk ramen” Ucap Nayla sambil memegangi perutnya.
“Mungkin karena gak pake nasi kali yah hihihi” Ucap Nayla sambil membuka kantung kresek yang tadi dibawanya.
Ia pun menemukan roti yang masih disegel dengan plastik seolah baru dibeli. Meski ia tahu kalau roti ini didapatnya dari pak Beni, ia tetap ingin memakannya karena ia yakin pasti roti ini memang baru dibeli di toko. Sehingga ia tidak begitu mencurigainya.
Nayla kembali menaikan cadarnya lalu menggigit roti demi roti sambil mengecek isi hapenya siapa tau ada pesan masuk yang tidak sempat ia baca.
Sambil menscroll – scroll isi hapenya. Entah kenapa tiba – tiba rasa kantuk datang menguasai. Matanya merem melek padahal mulutnya masih memakan roti yang dipegang menggunakan tangan kanannya. Pandangannya mulai samar – samar. Ia pun heran dengan apa yang sedang terjadi pada tubuhnya.
“Astaghfirullah… Kenapa aku jadi ngantuk banget sih ?” Ucap Nayla sambil memegangi kepalanya.
Bersambung
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved