Bab 14 Malangnya Nandini

by Karlinanovi 18:56,Aug 06,2023


Pintu di buka dengan sangat kasar dan keras. Membuat orang yang di dalam ruangan berjingkat kaget. Seorang pria yang berwajah dingin tampak memasuki ruangan tempat Nandini di rawat. Jordhan langsung berdiri dari duduknya.

Xavier menatap tajam pada Jordhan. Ya pria yang memasuki ruangan Nandini itu adalah Xavier. Ia mendapatkan kabar jika istrinya di rawat di rumah sakit x dan berada di ruangan VVIP. Tentu bukan hal sulit bagi seorang Xavier masuk ke dalam rumah sakit itu meski waktu besuk sudah habis.

"Beraninya kau paman! Membawa gadis sialan itu ke mari!" Desis Xavier.

Lalu pria itu melangkah mendekati brangkar yang di mana Nandini sedang tertidur tenang. Xavier memindai wajah itu dan berusaha menyimpannya di dalam memori otaknya. Nandini yang masih tertidur akibat pengaruh obat tidur pun tidak terganggu kala pintu di dorong dengan keras oleh Xavier. Pria itu dengan tidak berperasaan mencabut jarum yang menancap di tangan Nandini.

"Tuan!" Teriak Jordhan. Ia menahan tangan tuannya. "Tolong jangan lakukan ini tuan. Bila tuan ingin memberi hukuman. Hukum saja saya, tapi tolong saya mohon jangan nona. Ia sedang sakit, dan esok ia harus di visum untuk memastikan luka lebam yang berada di sekujur tubuhnya!" Lanjut Jordhan memohon pada Xavier. Tapi sayang tak di indahkan oleh Xavier. Ia kembali mencabut jarum itu.

"Argghh," teriak Nandini kesakitan. Ia menatap takut wajah Xavier yang sudah merah padam. "T--tuan!" Cicit Nandini pelan.

Xavier menghempaskan kasar tangan Jordhan. Ia lalu menyeret tubuh lemah itu. Nandini pun terjatuh dari atas ranjang pasien. Jordhan langsung menghampiri, tapi sayang tubuh pria tua itu di tahan oleh beberapa bodyguard yang juga ikut masuk ke dalam ruangan itu.

"A-ampun t-tuan s-sakit!" Ringis Nandini kesakitan akibat tubuhnya yang masih lemah di seret kuat oleh Xavier.

Para bodyguard menatap nanar nona mereka. Meskipun baru bertemu, tapi mereka yakin jika nona mereka orang yang baik. Sedang Jordhan ia sudah menitikkan air matanya melihat perlakuan kasar tuannya. Padahal ini masih malam, mengapa ia tidak membiarkan gadis itu beristirahat walau hanya sekejap saja.

Xavier terus menyeret tubuh Nandini. Tanpa perduli tatapan orang-orang yang berada di sana. Tubuh lemah itu terseok-seok mencoba mengimbangi langkah lebar pria itu.

"Tuan, aku mohon jalannya pelan-pelan, Tuan!" Pinta Nandini memelas pada Xavier.

"Ya Tuhan, padahal ini belum satu minggu aku bersama dengan pria ini, baru satu hari aku berada bersamanya! Tapi ia sudah menyiksaku sampai seperti ini. Tuhan tidak pantaskah aku bahagia, jika memang aku tidak pantas berbahagia. Ambillah nyawaku dari ragaku Tuhan. Aku sudah tidak tahan!" Batin Nandini menangis.

Akhirnya air mata itu pun jatuh juga di mata indahnya. Dokter dan perawat yang menangani Nandini hanya bisa terdiam. Melihat pasien mereka di seret begitu kasar oleh pria yang mereka tahu bernama Xavier Romanov. Jordhan menyusul dari belakang.

Pria itu berlari cepat. Berharap masih bisa menyusul kedua majikannya. Tapi sayang, ketika ia sampai di depan lobby. Xavier sudah melajukan mobilnya keluar dari rumah sakit. Jordhan mengumpat dan memaki Xavier. Para bodyguard pun menyusul dan melihat pria paruh baya itu terduduk di depan lobby.

"Paman!" Panggil salah satu dari mereka.

Jordhan mengalihkan pandangannya menatap pria berkepala plontos itu. Dia ingin sekali memarahi mereka. Tapi dirinya sadar jika ini bukanlah salah mereka. Karena jika mereka melawan, pekerjaan mereka yang jadi jaminannya.

"Maafkan kami paman, sebenarnya kami ingin melindungi nona! Tapi paman tahu sendiri bagaimana tuan kita," ucapnya menyesal.

Jordhan pun mengangguk lemah. Lalu ia berdiri memasuki mobil para pengawal bayangan keluarga Romanov. Jordhan hanya bisa berdoa di dalam hatinya.

"Ya Tuhan, tolong lindungi nonaku, jangan sampai tuan muda berbuat hal yang tidak-tidak! Pria tua tidak berguna, nona semoga engkau baik-baik saja!" Monolog Jordhan.

Mobil melaju membelah gelapnya malam. Perjalanan yang seharusnya memakan waktu hampir satu jam, tapi oleh Xavier di tempuh hanya dengan waktu 30 menit. Entah seperti apa ia mengendarai mobilnya, hingga dalam waktu sesingkat itu, ia bisa sampai di Mansion mewahnya.

"Keluar!" Ucap Xavier dingin.

Nandini yang lemah pun mencoba menggerakkan kakinya. Wajah wanita itu pucat pasi, keringat bercucuran dari tubuhnya. Ia berusaha menguatkan tubuhnya agar tetap berdiri kokoh.

"Masuk!" Lagi ucapan dingin itu menyapa pendengaran Nandini. Para maid berjajar rapi menyambut kedatangan majikannya meski waktu sudah tengah malam.

"Masuk ke dalam gudang yang kau tempati! Dan jangan keluar sebelum aku sendiri yang menyuruhmu keluar!" Kata Xavier datar, lalu ia menatap beberapa maidnya. "Ingat, jangan ada dari kalian yang mendatangi gudang itu. Jika tidak aku sendiri yang akan memberi hukuman pada kalian!" Desis Xavier.

Lalu Nandini melangkah pelan tanpa mendengarkan lagi ucapan Xavier. Saat ini dia hanya ingin merebahkan tubuhnya. Mengistirahatkan tubuh dan pikirannya dari hal-hal yang membuatnya sakit.

Xavier menatap punggul mungil itu. Sebenarnya ia sakit melihat gadis itu. Tapi, ia hanya tidak ingin keliru dalam masalah perasaannya. Ia tidak ingin tersakiti lagi ketika ia mencintai seorang wanita. Jadi biarlah mungkin saat ini, ia yang akan berlaku egois. Hingga waktu menjawab semuanya.

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

67