Bab 12 Sadarnya Nandini

by Karlinanovi 18:55,Aug 06,2023


Seorang gadis yang terbaring di ranjang pasien baru saja siuman. Pria paruh baya yang menunggunya sejak tadi, begitu senang kala gadis cantik nan ayu itu sudah tersadar. Gadis itu tersenyum pada pria paruh baya tersebut.

"Apa yang kamu rasakan, Nak? Aku akan memanggilkan dokter untuk memeriksamu!" Ujar Jordhan lalu memencet tombol yang ada di dekat brankar yang di tempati oleh Nandini.

Nandini tersenyum. Ia bersyukur karena di tempatnya yang baru, masih ada orang yang baik kepadanya. Dia merasa mempunyai seorang ayah ketika Jordhan memperhatikannya.

Jordhan pun merasa bersyukur dengan kedatangan Nandini di rumah majikannya. Setidaknya rasa rindu terhadap putrinya bisa sedikit terobati. Hanya saja, nasib Nandini tidak beruntung karena mendapatkan suami yang seperti Xavier.

"Aku tidak apa-apa paman, jangan terlalu khawatir!" Ucap Nandini tersenyum, tak lama ia melanjutkan ucapannya. "Bagaimana aku bisa berada di sini paman? Siapa yang membawaku kemari?" Tanyanya lirih.

Jordhan pun duduk di kursi tepat di samping Nandini setelah sebelumnya ia memencet tombol itu. Dia menggenggam tangan kecil itu, iba sungguh ia ingin menangis kala dokter menjelaskan keadaannya. Tapi lihatlah senyum tak pernah luntur dari bibir mungilnya.

"Apa paman boleh tanya sesuatu, Nak!" Tanya Jordhan serius.

"Mau bertanya apa paman?" Jawab Nandini polos.

Jordhan terkekeh melihat raut muka polos Nandini. Ia pun mengelus surai hitam legam gadis itu. Badannya masih terasa hangat, dan ia masih terlihat lemah.

Jordhan menatap intens mata gadis itu. Mata hazel kecoklatan yang mampu membuat siapa saja yang melihatnya merasa tenang. Begitu juga Jordhan, ia langsung jatuh cinta pada pandangan pertama kala melihat mata hazel yang indah nan menenangkan itu.

"Tapi paman berharap kamu akan berkata jujur pada paman. Supaya paman bisa mengambil langkah apa kedepannya! Paman akan membantumu sebisa paman, jadi paman harap kamu berkata jujur!" Tutur Jordhan.

Nandini merasa tegang. Sebab baru kali ini ia melihat pria itu sampai serius seperti itu. Lalu ia pun mengangguk, karena dirinya yakin dan percaya pada pria paruh baya itu. Meski ini adalah pertemuan pertama mereka.

"Sebenarnya, apa yang terjadi pada tubuhmu, Nak? Hingga dokter bertanya pada paman, jika tubuhmu banyak luka lebam. Paman akan mengajakmu untuk di visum supaya kelak bukti visum bisa menjerat orang-orang yang sudah menyakitimu," kata Jordhan lembut.

"A--apa m--maksud p--paman? B--bagaimana d--dokter i--itu b--bisa t--tahu j--jika t--tubuhku t--terdapat l--lebam?" Tanya Nandini terbata.

Jordhan sudah menduga. Jika luka yang di dapatkan gadis itu di sebabkan oleh orang terdekatnya. Tapi siapa?.

Dirinya harus bisa meyakinkan gadis itu.

"Kamu bisa percaya pada paman, Nak! Paman tidak akan melakukan apapun pada mereka. Paman hanya ingin mengetahui siapa yang sudah membuatmu seperti ini!" Ucap Jordhan.

Ceklek

Pintu terdengar terbuka. Seorang dokter pria masuk ke dalam ruangan Nandini. Dokter itu tampak tersenyum meneduhkan ketika melihat Nandini.

"Bagaimana, apa yang kamu rasakan saat ini?" Tanya dokter itu ketika memulai memeriksa kondisi Nandini.

"Sudah lebih baik dok, alhamdulillah," jawab Nandini lemah.

Sang dokter pun mengangguk. Lalu ia mulai memeriksa, memastikan jika memang pasiennya itu sudah dalam keadaan sehat. Beberapa menit kemudian dokter itu pun berlalu dari sana, dan kemungkinan Nandini bisa pulang esok hari.

Dan gadis itu pun bersedia untuk di visum. Rencananya sebelum pulang. Ia akan di visum terlebih dahulu.

*

*

Arshaka masih menatap datar wajah adiknya. Ingin sekali ia menghadiahi bogem mentah padanya. Tapi, ia tidak akan setega itu.

"Kamu lupa apa yang sering ibu katakan pada kita dulu hmm, jangan sampai kau melupakannya Vier! Meski Nandini itu hanyalah pengganti Meylan. Tapi sekarang ia berada dalam tanggung jawabmu!" Arshaka berkata sambil menatap dingin Xavier.

Terdengar helaan nafas Xavier. "Aku hanya ingin perempuan tidak tahu diri itu merasakan sakit seperti yang aku rasakan saat ini! Aku hanya ingin---" ucapannya terpotong oleh Arshaka.

"Apa kamu yakin jika dia akan merasa sedih jika Nandini terluka! Padahal kenyataannya dia sendiri sudah sering menyiksanya! Dan aku yakin apa yang kamu lakukan saat ini jika ia tahu, bukan sebuah penyesalan yang ia rasakan. Melainkan sebuah kepuasan. Karena ia tidak perlu turun tangan untuk menyiksa adiknya bahkan untuk melenyapkannya. Karena sekarang ada tangan pengganti yang akan menggantikan tugasnya!" Ujar Arshaka.

Xavier mematung mendengar ucapan yang barusan terlontar dari bibir kakaknya.

"Yang ada ia akan sangat berterima kasih padamu. Dan ia dengan seenaknya akan kembali padamu tanpa rasa bersalah sedikit pun!" Lanjut Arshaka. "Pikirkan apa yang aku katakan saat ini, sebelum semuanya terlambat dan kau menyesali semuanya. Sebelum kau kehilangan gadis sebaik dia! Atau mungkin nanti aku saja yang akan membawa Nandini pergi dan mungkin saja aku yang akan menggantikan peranmu untuk menjadi suaminya!" Ucap Arshaka mengejek.

Tangan Xavier mengepal. Ia menatap kesal pada kakaknya. Sedang Arshaka berlalu dari sana tanpa perduli akan tatapan adiknya. Di sela langkahnya ia terkekeh kala melihat raut muka Xavier, Arshaka yakin jika sebenarnya laki-laki itu sudah mulai menyukai Nandini. Dan semoga saja ia tidak terlambat menyadarinya.

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

67