Bab 7 Masuk Rumah Sakit

by Karlinanovi 18:51,Aug 06,2023


"Bodoh!" ucap Xavier pedas dan kejam."Kamu tahu, tadi kakakmu menanyakanmu! Dan sudah aku tegaskan jika dia tidak perlu lagi mengurusi hidupmu! Karena nasibmu berada dalam genggaman tanganku!" Desis Xavier sambil mencengkram kuat kedua pipi Nandini.

Nandini meringis merasakan sakit di kedua pipinya. Di tambah dengan air dingin yang mengguyur tubuh mungilnya. Seketika membuat tubuh kecil itu menggigil, tapi sayang Xavier tidak memperdulikan Nandini.

Air itu terus mengguyur tubuh mungilnya. Sungguh kasihan Nandini, sudah di paksa menjadi pengganti. Kini ia di siksa tanpa ampun oleh pria yang berstatus suaminya.

"A--apa s--salahku? M-mengapa n--nasibku s--seperti ini! M-mengapa a--anda melimpahkan kemarahan anda padaku? Padahal aku sama sekali tidak tahu apa-apa! Bukankah seharusnya anda berterima kasih. Karena saya sudah menyelamatkan anda dari rasa malu!" Jawab Nandini dengan terbata. Bibir gadis itu bergetar, menahan rasa dingin yang menjalar ke tubuhnya.

Xavier diam, ia mengepalkan tangannya. "Tahu apa kau!" Ucap Xavier sambil kembali menjambak rambut Nandini.

Nandini terisak, menangis merasai tubuhnya yang ringkih. Tubuh kecil itu terus-terusan di pukuli sejak dari rumah ibunya. Dan kini ia juga mendapatkan hal serupa di rumah pria yang berstatus suami.

Gadis itu menatap nanar pada pria yang menatapnya tajam dan nyalang. Xavier ikut menatap mata hazel Nandini. Entah kenapa, ia merasa melihat luka yang begitu dalam di mata itu. Lantas ia pun melepas cengkraman tangannya. Dan berlalu dari sana meninggalkan Nandini yang terisak menangis di bawah shower yang masih mengalir.

"Ayah, aku sudah tidak kuat. Ajak aku pergi," lirih Nandini.

Xavier pun sempat mendengar ucapan lirih Nandini. Nafasnya masih memburu. Ia kesal dan juga marah entah karena apa! Dan perkataan gadis itu terus terngiang di telinganya.

"Kenapa aku jadi memikirkan ucapannya! Tidak, ia tetap harus menggantikan peran Meylan yang pergi begitu saja!" Gumam Xavier.

Sementara Nandini ia mencoba bangkit meski harus tertatih-tatih. Ia menangisi nasib yang selalu tidak berpihak padanya. Dari dulu selalu saja ia yang menjadi pelampiasan.

"Tuhan, tolong bantu aku! Kuatkan hatiku kuatkan ragaku, sampai akhirnya aku menyerah," gumam Nandini dan keluar dari dalam kamar mandi. Ia tidak sadar jika Xavier duduk di sofa kamar.

"Siapa yang menyuruhmu keluar dari kamar mandi!" Ucap Xavier dingin.

Nandini sontak menghentikan langkah kakinya. Ia lalu memutar tubuhnya dengan perlahan. Dan ia melihat pria itu sedang duduk di sofa. Mata tajamnya menatap nyalang.

Pria itu memindai tubuh kecil nan kurus itu. Tubuhnya bergetar. Bibir mungil itu sudah membiru. Nandini mencoba memberanikan diri menatap Xavier. Lama hingga perlahan, matanya menggelap.

Brukk

Gadis itu jatuh pingsan. Xavier hanya diam menatapnya tanpa berniat menolongnya. Tak lama Jordhan memasuki kamar tuannya.

Deg!

Matanya melotot melihat gadis itu tergeletak di lantai yang dingin itu. Sedang Xavier hanya diam. Jordhan mematung, ingin sekali ia membawa tubuh kecil itu.

"T--tuan kenapa dengan nona?" Tanya pria paruh baya itu.

"Pingsan!" Jawab Xavier singkat.

Mata Jordhan terbelalak kala mendengar jawaban dari mulut majikannya. Ia pun langsung mendekati tubuh itu. Mengangkat kepalanya yang sudah memucat. Tubuhnya pun panas.

"Siapa suruh kau mendekatinya!" Ujar Xavier datar dan dingin.

"T--tapi tuan," sanggah Jordhan.

"Letakkan."

Dengan terpaksa Jordhan kembali meletakkan tubuh Nandini. "MAAFKAN PRIA TIDAK BERGUNA INI NAK!" lirih Jordhan perih di dalam hatinya.

Xavier di dampingi Jordhan masih setia duduk di atas sofa. Masih setia menatap gadis yang tergeletak itu. Satu menit lima menit hingga lima belas menit lamanya, Nandini tak kunjung membuka matanya. Tak tahan, Jordhan pun merangseuk mengangkat tubuh Nandini.

Xavier meradang, ia marah karena Jordhan sudah mulai membangkang darinya.

"Jordhan letak kembali!" Teriak Xavier.

Tapi sayang, Jordhan tidak memperdulikan teriakan tuannya itu. Biarlah jika kelak ia akan di hukum yang penting saat ini memastikan keadaan Nandini.

"Bertahan Nak, aku mohon," ucap Jordhan di sela langkahnya.

"Arghhhh!"

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

67