Bab 3 Menikah

by Edy official 13:55,Aug 01,2021
Di kediaman pak Revan

Semua lampu sudah di matikan baik ruangan tengah, dapur dan ruang utama semua sudah nampak gelap gulita tak tersisa cahaya sedikitpun. terkecuali lantai dua di sana nampak sangat terang seakan-akan ini masih jam delapan malam padahal jam sudah menunjukkan pukul tepat 11 malam. entah apa yang di lakukan dua wanita itu mereka seperti tidak sadar kalau sekarang sudah tengah malam.

"Aaaaaa.... aaaaaa... aaaaaa..." suara teriakan Kimmy dan Cinta bersama mereka berteriak sekeras mungkin seraya memukul kasar bantal sedangkan yang satunya lagi menjambak bantal dengan sekuat tenaganya. melakukan dengan gaya berbeda, Kimmy nampak tenang memukul bantal ia berusaha setenang mungkin walau hatinya tak karuan merasa tidak tenang. berbeda dengan Cinta, wanita itu sudah dari tadi jungkir balik dengan bantal.

"Aaaaaa... sedikit lagi sedikit lagi sedikit lagi, aaaaaaa..." Cinta sudah tak karuan ia bahkan meloncat-loncat di atas kasur.

"Aaaaaaa Kimmy. Salawat, salawat cium Tine." teriak Cinta kegirangan seraya meloncat di atas kasur.

"Aaaaaa... dia sangat tampan. aaaa... aku nyesel banget enggak nonton kemaren. aaaa..." Kimmy kini sama halnya juga dengan Cinta, ia sudah merasa tak karuan dengan film yang romantis yang mereka tonton.

"Aku enggak tahan Lif aku enggak tahan." teriak Cinta memeluk erat Kimmy.

"Maukah kamu menikah dengan ku...??" (Suara drama dalam tv)

Kimmy dan Cinta sontak berteriak sekeras keras mungkin, mereka merasa sangat senang dan sangat bahagia.

"Terima, terima, terima."

"Yes."

"Aaaaa.... aaaaaa...." mereka berdua loncat kegirangan.

Brukkk....

"Ada apa kenapa kalian berteriak...??" ucap pak Revan sudah setengah mati panik seraya menghampiri Kimmy dan Cinta.

Kimmy dan Cinta sontak langsung diam mereka juga sangat terkejut dengan suara pintu yang begitu keras. "Egrrrr... kami tidak apa-apa Pah." Kimmy turun dari ranjang menghampiri pak Revan.

"Om..." Cinta cengar-cengir tidak tau harus jawab apa.

"Jangan buat jantung Papa copot. cepat katakan kenapa kalian berteriak...??"

"Kami... hehehehe... kami tadi nonton film Pah." Kimmy mengigit bibir bawahnya.

"Nonton film?? kalia berteriak seperti itu tengah malam begini karena nonton film...??"

"Hehehehe... iya Om." Cinta menampakkan gigi putihnya.

"Hahhhh... Kimmy, matikan TV dan langsung tidur ini sudah malam jangan berteriak lagi. kalau tidak satu RW akan datang ke sini mereka pikir ada kebakaran." tutur pak Revan sebelum sesaat melangkah pergi.

"Kalian ya, tidak berubah-ubah ini sudah malam jangan nonton lagi sambung besok saja. Cinta jangan teriak lagi ya, kalau enggak nanti Tante tidak bisa mengendalikan Om lagi." tutur Ibu Susi menasehati.

"Iya Tante, maaf Cinta telah membuat keributan."

"Tidak apa-apa sayang, kalian boleh berteriak tapi jaga waktu jangan tengah malam seperti ini ya." ucap Ibu Susi setelah itu langsung pergi.

"Tuh kan kita kenak marah, kamu sih di bilangin jangan berteriak." ucap Kimmy seraya menutup pintu kembali.

"Lah kok aku, kamu kan juga sama berteriak." jelas Cinta tak terima.

"Ya Allah Cin..." Kimmy menutup mulutnya rapat-rapat. "Dari tadi TV nyala terus...??"

Brukkk... Kimmy memukul pelan bahu Cinta. "Kenapa kamu tidak mematikan TV kalau Papa lihat bagaimana, nanti Papa pikir macam-macam lagi." gerutu Kimmy. dia tidak tau harus menaruh wajahnya di mana kalau sampai pak Revan meliha apa yang mereka tonton dari tadi. tidak kebayang pasti pak Revan akan berpikir kalau putrinya yang satu ini berkeinginan lain 😁.

"Aaauuu... memangnya kenapa sih Lif...??" tanya Cinta tidak tau apa maksud dari perkataan Kimmy.

"Ya Tuhan Cinta, kalau masalah cogan aja nyambungnya cepat kayek listrik tapi kalau yang lain lambat kayek keong." kesal Kimmy ia langsung mematikan TV. "Tidur sana jangan di pikirkan lagi, mau kamu pikir sampek kucing bertanduk pun otak kamu enggak akan nyampek."

"Aaaahhh..." ---

*****

Pagi itu masih di keluarga pak Revan seusai sarapan pagi mereka semua pergi bersantai di taman belakang rumah menikmati hembusan angin yang sejuk. secangkir teh hangat dan roti Roma kelapa membuat santai mereka lebih sempurna.

Sedangkan Cinta, gadis itu sesuai sarapan pagi dia langsung pamit pulang setelah mendapat panggilan telepon dari ibunya. padahal ia sangat ingin menghabiskan waktu weekend bersama keluarga Kimmy, berlibur bersama keluarga pak Revan memanglah epic pikir Cinta karena semuanya gratis tanpa mengeluarkan uang sepeserpun. Cinta sukanya gratisan wkwkwkw.

keluarga pak Revan termasuk salah satu pengusaha sukses di Indonesia tapi tidak sesukses pak Edy yang bisnisnya sudah berkembang pesat ke negara orang. pak Revan hanya memiliki beberapa saham saja dengan antar pembisnis. pikir pak Revan itu udah lebih dari cukup untuk menghidupkan keluarga kecilnya itu. apalagi anak pak Revan perempuan semua setelah menikah mereka pasti akan di pergi ikut suami. Hem, tidak ada yang bisa di suruh mengurus bisnisnya.

"Pah Mah, Kimmy mau sambung S2 boleh?? Kimmy pengen sambung S2 di Inggris." ucap Kimmy mengutarakan niatnya.

"Tidak." sahut pak Revan cepat.

"Maksud Papa khukhukhku... Papa sudah tua nak Papa tidak ingin kamu pergi jauh lagi." sambung pak Revan lagi berpura-pura batu mungkin ini saatnya mengeluarkan jurus jitu pikir pak Revan.

"Tapi Pah."---

"Khukhukhku..." pek Revan semakin memperkeras batuknya.

"Pah minum dulu." ibu Susi menyodorkan gelas berisi kopi hitam hangat.

"Papa tidak apa-apa...??" tanya Kimmy bangkit dari kursi mendekati pak Revan.

"Khuk... Papa sudah tua nak Papa ingin melihat kamu bahagia sebelum Papa mati."

"Aaaa... Papa jangan bicara seperti itu, Papa akan baik-baik saja Kimmy enggak akan pergi ke mana-mana Kimmy janji." tutur Kimmy sedih memeluk pak Revan.

"Suuttttt..." pak Revan mengedipkan matanya pada Ibu Susi. " Ok." Mengajukan jempol.

"Apa kamu mau memenuhi permintaan Papa sebelum Papa meninggal. ukhukukkk...."

"Aaaa... hik... jangan bicara seperti itu." Kimmy semakin mempererat pelukannya.

"Kamu mau kan nak...??" dengan nada serak.

"Hik... hik... iya Kimmy mau, Papa mau apapun akan Kimmy penuhi." Kimmy tidak bisa menahan air matanya lagi ia merasa sangat sedih mendengar pak Revan berbicara seperti itu.

"Papa ingin kamu menikah dengan teman anak Papa. kamu maukah menikah dengannya khukhukhku...."

"Ya Allah suamiku seharusnya kamu jadi aktor saja tidak udah jadi pengusaha, bakat mu sungguh luar binasa." Ibu Susi menggeleng kepalanya.

"Huppp... hik... iya Kimmy mau." mungkin kini saatnya ia membalas semua kebaikan Papanya pikir Kimmy. penderitaan tidaklah penting selain kebahagiaan orang tua. tidak apa-apa menikah sama orang yang tidak pernah aku kenal sama sekali dari pada aku harus melihat Papa menangis karena diriku.


Selamat membaca novel kedua otor semoga kalian suka jangan lupa untuk tinggalkan like dan komentar


Bersambung ....

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

102