Bab 7 Antonio vs Dean

by Missecha 20:11,Jun 29,2021
"Sial, kenapa juga tanganku harus dibebat seperti ini sih," rutuk Antonio. Dengan sedikit berusaha Antonio pun berhasil memakai celana panjangnya, sekarang giliran dirinya mencoba memakai kemejanya, pelan pelan Antonio berhasil memasukan kedua tangannya, hingga dia berhasil memakainya namun Antonio sedikit kesulitan saat dia mencoba mengancing kemejanya.
Umpatan terus keluar dari mulutnya karena rasa kesalnya tidak bisa menggunakan tangannya dengan baik.


Tok! Tok! Tok!


"Siapa lagi sih!" geram Antonio kesal saat ada yang mengetuk pintu kamarnya.


Tok! Tok! Tok!
(Kembali terdengae suara ketukan di pintu kamarnya)

Antonio yang memang sudah tidak bisa menahan emosinya lagi itupun akhirnya membuka dengan kasar pintunya.
"Ada apa?" senprot Antonio saat membuka pintu kamarnya.

Manda yang adalah orang yang mengetuk pintu itupun terkaget bukan main.

"Apa kamu harus teriak teriak seperti ini?" sindir Manda.

"Ada apa cepat katakan?" balas Antonio masih dengan rasa kesalnya

"Aku izin mau pergi dulu," ucap Manda aingkat dan cepat.

"Apa? pergi? kamu mau pergi enak enakan sementara aku sedang kesusahan," ketus Antonio memberikan balasan.

Kesusahan? emang dia lagi kurang uang?~pikir Manda.

"Aku mau ke panti ........."

"Masuk, masuk kamu,* ujar Antonio menyela dan menarik Manda masuk ke dalam kamarnya. "Kamu gak bisa pergi sebelum menyelesaikan tugasmu," serunya lagi.

"Tunggu dulu, tugas apa maksud kamu?" potong Manda.

"Tugas apa? Cih! gadis ini benar benar lupa ingatan, ini," sambung Antonio sambil menunjukkan tangannya yang terbebat. "Ini karena kamu jadi kamu harus bertanggung jawab," lanjutnya lagi.

"Kamu menyalahkanku? jelas jelas kamu sendiri yang melukai tanganmu," balas Manda. "Lagi aneh, hobi kok pukul tembok," ucap Manda pelan.

"Amanda Wiradijaya!" seru Antonio.

"Antonio Wiradijaya," balas Manda tak mau kalah.

"Cih! kamu sudah berani melawanku yah, cepat kancingkan kemejaku," ucap Antonio.

"Iyah..." balas Manda asal dan Manda pun mulai mengancingkan kemeja Antonio. Membuat posisi keduanya kembali dalam posisi intim dan dekat.

"Shampo apa yang kamu pakai? cih! wanginya norak sekali, bahkan parfummu sangat menyengat... dan apa itu yang kamu pakai di bibirmu? cepat hapus itu, kamu terlihat jelek sekali," ujar Antonio tanpa sadar mengomentari Amanda.
Sial, kenapa wangi sekali rambut bahkan sabunnya bahkan parfumnya, dan kenapa hari ini dia memakai lipstik, apa jangan jangan mau bertemu dengan pria itu lagi~batin Antonio.


Manda tidak ingin menjawab pertanyaan Antonio, dia tau hanya buang buang waktu dan tenaga meladeni Antonio.
"Sudah selesai," ucap Manda. "Tugasku sekarang sudah selesai, jadi aku sudah bisa pergi sekarang," serunya lagi kepada sang suami.

"Hem! aku antar kamu," balas Antonio tetap dengan gaya dinginnya dan tanpa ekspresi itu.

"Apa? antara? owh, tidak usah... aku bisa pergi sendi....."

"Aku melakukan ini bukan untukmu, jadi jangan berpikir macam macam, aku gak mau nanti Mama tau kalau aku menelantarkanmu dan tidak bertanggung jawab," potongnya Antonio cepat tetap terlihat dingin dan seolah olah acuh.

Aku tau Antonio, semua yang kamu lakukan bukan dari hatimu ~batin Manda.
"Tenang saja, aku mengerti, kita berdua melakukan ini untuk Mama," lirih Manda pelan dan berjalan keluar kamar. "Aku tunggu dibawah kalau begitu," ucap Manda pelan.

Sementara Antonio hanya bisa menatap punggung sang Istri yang sudah berjalan menjauhinya.



**

"Sudah siap?" tanya Antonio saat berada di dalam mobilnya.

"Iya," balas Manda singkat tanpa menatap wajah sang suami yang bertanya padanya.

"Pakai seatbeltmu dengan benar..." perintah Antonio.

Manda pun memasang seatbeltnya. Setelah itu Antonio mulai menjalankan mobilnya, namun tidak seperti biasanya, kali ini Antonio melajukan kendaraannya sangat pelan sekali seolah olah sengaja memperlambat lajunya kendaraan tanpa sadarnya selain itu kondisi tangannya juga membuatnya harus pelan pelan memegang kemudi.
Sesekali dia mencuri pandang memandang Manda di sebelahnya yang tetap fokus menatap keluar jendela dan diam tanpa kata.

Merasa dicueki oleh Manda, Antonio pun menginjak pedal gas dan menambah kecepatan laju mobilnya, bahkan rasa sakit di tangannya tidak dirasakannya lagi dan ternyata cara ini berhasil membuat Manda berpaling padanya.

"Antonio, bisakah kamu memelankan laju mobilnya?" tanya Manda, suaranya mulai bergetar ketakutan.

"Kenapa? lagipula aku sudah biasa membawa mobil seperti ini," balas Antonio yang justru semakin menambah speed mobilnya.

"Antonio!" pekik Manda takut. Reflek Manda pun memeluk tubuh Antonio karena rasa takutnya.

Antonio pun kaget mendapat pelukan dari Manda, namun dia bisa merasakan tubuh Manda bergetar hebat, Antonio pun menurunkan laju mobilnya.
"Ehem! hey sudah... aku sudah menurunkan kecepatan mobilnya," ucap Antonio sungkan tanpa menyentuh tubuh Manda.

"Ehhm.. maa---aaf, maaf, maafkan aku," balas Manda terbata bata. Manda pun kembali ke posisinya. Namun Manda yang memang takut itu pun tidak bisa membohongi dirinya, tangannya masih gemetaran.
Antonio bisa melihat dengan jelas kedua tangan Manda yang dipangku di pangkuan Manda.

Dia benar benar ketakutan sepertinya~pikir Antonio.

Kembali kesunyian menyapa di sisa perjalanan mereka menuju panti asuhan.
Di saat yang bersamaan mobil Antonio masuk ke halaman panti asuhan, saat jtu juga mobil Dean sudah lebih dulu berada di halaman depan, tepat di depan mobil Antonio. Bahkan Dean sudah menunggu Manda di depan

"Teerima ka-aasih," seru Manda pada Antonio.

"Hem!" balas Antonio singkat namun pandangannya tertuju pada sosok Dean yang tidak kalah tampan darinya sudah berdiri di depan mobilnya.

Manda pun melepas seatbeltnya, namun karena tangannya masih bergetar dirinya agak sedikit kesulitan.

Dia benar benar ketakutan sepertinya,astaga~batin Antonio.
"Biar kubantu."
Antonio langsung membantu Manda membuka seatbeltnya. "Sudah."

"Aku, aku turun dulu ya," seru Manda. Manda pun segera turun. Namun sesaat dirinya membuka pintu mobil, kondisi lutut dan kaki Manda ternyata masih lemas dan membuatnya tidak bisa menahan bobot tubuhnya sendiri, Manda pun hampir terjatuh beruntung Dean yang sudah melihat Manda langsung bergerak cepat berlari ke arah Manda dan menahan tubuh Manda dengan memeluknya.

Kejadian yang cepat itupun terjadi di hadapan Antonio, meski merasa belum memiliki perasaan terhadap Manda namun emosi Antonio mendadak terpancing kembali melihat istrinya dipeluk pria lain. Antonio dengan cepat keluar dari mobilnya.

"Kamu gak apa apa de?" tanya Dean penuh khawatir.

"Aku........"

"Lepaskan!"
Antonio menarik tangan Manda dari pelukan Dean dan mendorong Dean sehingga kini posisi Manda sudah berganti berada dalam pelukan Antonio.

"Mohon maaf.. tapi tidak dibenarkan memeluk kepunyaan orang lain," sindir Antonio sinis pada Dean. "Are you okay?" tanya Antonio sambil mengecek keadaan Manda.

"Ehm.. aku, aku gak apa apa Antonio," balas Manda kikuk. "Ehmm.. Antonio, itu.. itu Kak Dean, Kak Dean ini Antonio," seru Manda lagi. Dia merasa bingung berada di posisi ini.

Antonio dan Dean pun masih saling memandang dengan pikiran masing masing.

"Hai! saya Dean," ucap Dean tanpa berjabat tangan.

"Antonio Wiradijaya, suaminya Manda," jawab Antonio tegas dan penuh penekanan.
"Kalau kamu tidak sehat lebih baik kita pulang saja," seru Antonio lagi.

"Ahh.. aku gak apa apa Antonio."

Apa yang akan mereka lakukan seharian di Panti? apa sebaiknya aku tidak usah ke kantor? laki laki yang bernama Dean ini sepertinya menyukai Manda~batin Antonio.


Kring
(Dering ponsel Antonio berbunyi)

"Ramon!" gumam Antonio.

Manda bisa melihat nama Ramon tertera di layar ponsel Antonio.
"Kembalilah ke kantor, Ka Ramon pasti membutuhkanmu," seru Manda. "Aku baik baik saja.... apa sekarang kamu khawatir padaku?" bisik Manda.

Reflek kedua mata Antonio memandang sinis ke arah Manda.
"Jangan mimpi, aku hanya tidak ingin Mama marah padaku kalau kamu sakit," balas Antonio.

"Aku pergi dulu," ucap Antonio dingin sambil berjalan menuju mobilnya meninggalkan Manda dan Dean.




Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

45