Bab 5 Tetaplah disini

by Jenang_gula 10:29,Jan 13,2021
..~Ada yang baru dan lebih menarik. Jangan palingkan hatimu, aku takut kamu terluka. Tetaplah disini bersama ku saja, karena hanya aku yang bisa mengertimu (Eric)~..


Waktu sangat cepat berlalu, dan tanpa terasa musim ini pun berganti dengan musim yang lainnya, bunga mawar telah berguguran dan digantikan dengan kuncup bunga yang baru.
Masa-masa SMP telah usai. Kekonyolan harus ditinggalkan dan berganti dengan masa remaja yang sangat indah. Putih abu-abu yang sangat dinantikan para remaja di dalam hidupnya. Begitu banyak aksi yang sudah diagendakan oleh semua siswa yang menginjak masa ini. Bukan hanya manis, pahit pun akan menjadi cerita yang sangat indah untuk dikenang nanti.
Bahkan cinta pertama akan kita temukan di sini, itulah yang banyak orang bicarakan dan terlalu sering kita dengar. Meskipun sepertinya mustahil kalau memang sudah waktunya datang siapa yang bisa menghalanginya.
~
Hari kedua masuk SMA tidak ada yang mengesankan menurut Mayang, pemandangan cowok tampan hanya mampu membawa angin segar saja, tetapi tidak dengan hatinya. Bukan karena janjinya kepada Eric, tetapi karena memang dia tidak menginginkan sesuatu yang lebih. Bermain aman lebih baik saat ini daripada harus mengambil resiko dalam permainan yang disusun oleh anak orang kaya.
Setelah kemarin ada acara berkenalan dengan kakak kelas yang masuk anggota OSIS dan para guru pengajar, hari ini acara MOS diisi dengan tanya jawab dan permainan sederhana agar lebih mengakrabkan para murid saja. Memang keberuntungan berpihak kepada Mayang, selain sudah kenal dari SMP, Mayang juga masih satu kelas dengan Eric saat ini. Jadi dia tidak perlu bekerja keras saat ada kegiatan yang menyuruhnya bertingkah aneh, dia bisa membuat Eric jadi bahan percobaannya. Itu cukup melegakan bukan.
Saat jam istirahat sudah tiba, Mayang pergi ke kantin sekolah karena cacing di dalam perutnya sudah unjuk rasa sejak tadi. Lagi, dia lupa sarapan lagi, bukan lupa tetapi karena ibunya terlalu sibuk sehingga tidak sempat memasak untuk sarapan pagi. Eric sebenarnya tahu tentang kebiasaan Mayang, tetapi Mayang memang tidak mau menerima sesuatu yang bisa saja merendahkan harga dirinya. Lebih baik kelaparan dari pada dianggap menumpang hidup dengan orang lain, dan berakhir dengan hutang budi.
Sudah cukup siang untuk nasi pecel saat ini, namun menu itu bisa menjadi pilihan karena isinya yang bisa mengenyangkan perut dan harganya yang terbilang murah di kantong.
Tiga siswa memperhatikan Mayang, namun Mayang tetap menikmati makanannya karena tahu bahwa siswa itu adalah senior di sini.
Tak berselang lama, salah seorang siswa yang menurut Mayang lebih dominan di antara mereka berjalan mendekati meja yang Mayang gunakan saat ini.
“Hai cantik”, sapa salah seorang yang dari tadi memperhatikan Mayang.
“Hai kak”, jawab Mayang.
“Nama kamu siapa?”
“Mayang, kalau kakak?”
“Marco, anak kepala sekolah”, jawab Marco sambil menekankan setiap katanya.
Mayang nyengir dan melanjutkan acara makannya. Bukan sekelas Mayang, dan dia pun sadar akan hal itu. Makan dalam keheningan karena tidak tahu harus mengobrolkan apa. Meskipun Marco tetap mengawasi setiap gerak-geriknya namun rasa lapar lebih menguasai dirinya saat ini.
Mayang melihat ke arah Marco yang masih setia menungguinya dari tadi, “Kakak sudah makan?”, tanya Mayang karena ingin Marco pergi dan kembali ke teman-temannya.
“Menemanimu lebih penting saat ini”, jawab Marco sambil tersenyum dan mengedipkan salah satu matanya.
Untuk pertama kalinya ada seorang cowok yang menggodanya dan itu mampu membuat jantung Mayang berdetak tak karuan, pipinya panas dan nafasnya sedikit sesak. Entah perasaan apa ini padahal Mayang juga yakin bahwa dia tidak menyukai Marco dalam hal yang disebut cinta oleh sebagian siswi rasakan saat bertemu pujaannya. Mayang segera meraih gelas es teh manis miliknya sendiri dan meminumnya hampir setengahnya, tidak lucu kan kalau sampai dia pingsan hanya karena rayuan receh seperti ini.
Marco yang menyadari kegugupan Mayang tersenyum jahil, setidaknya gombalan nya pasti akan membekas di hati Mayang. “Nanti pulangnya sama aku ya?”, ajak Marco.
“Makasih kak, aku pulang sama Eric saja”, tolak Mayang halus.
“Cowok kamu?”
“Sahabat aku kak”
“Ada gitu cewek cowok sahabatan?”
“Ada kak, aku buktinya”, Mayang membersihkan peralatan makannya dan berniat untuk berdiri.Makan dengan diperhatikan oleh seseorang yang keren seperti saat ini bisa membuat Mayang tersedak nanti.
“Gak kamu habisin?”, tanya Marco. Mayang bergumam dan Marco ikut berdiri dari duduknya. “Kamu habisin dulu, aku akan kesana”, kata Marco sambil menunjuk teman yang ditinggalkannya tadi. Mayang mengangguk sambil tersenyum terpaksa karena dia sangat tidak nyaman dengan keadaan ini. “Kalo kamu butuh apa-apa cari aku aja, pasti aku bantu”, imbuh Marco sambil berlalu meninggalkan Mayang yang tersenyum simpul sambil menganggukkan kepalanya ke arah Marco.

Sepeninggal Marco, Eric datang sambil membawa semangkuk mi dan minuman soda dingin, “Mi gue dingin nih nunggu lo selesai uwu-uwuan tadi”, kata Eric sambil mendaratkan bokongnya di bangku yang tadi diduduki Marco dan mulai mengaduk mi nya sendiri dan memasukkannya ke dalam mulut.
“Apa an sih, Cuma ngobrol biasa aja”, kata Mayang.
“Biasa tapi ngajak pulang bareng”, kata Eric lagi sambil terus menyuapi dirinya sendiri. “Inget kamu gak boleh pacaran?!!”, Eric mengingatkan taruhannya karena dia yang membantu Mayang bisa sampai diterima di sekolah ini.
Mayang menyebikkan bibirnya dan membuang muka karena Eric terlalu sering menggunakan kalimat itu saat Mayang melihat atau pun melirik siswa yang menarik perhatiannya, dan sekarang Mayang malah mengobrol dengan seorang siswa yang sebenarnya cukup tampan, apalagi dia adalah anak kepala sekolah. Andai saja keadaan lebih baik dari sekarang pasti Mayang akan mempertimbangkan Marco, siapa yang bisa menolaknya.
Eric melihat Mayang yang tersenyum sendiri sambil memainkan makanannya segera membersihkan sisa makanan dari sendoknya dan mengamati apakah sendok yang dipegangnya bersih dari sisa kuah mi yang dimakannya.
PLETAKK
“Au....ngapain sih lu?”, Mayang melotot ke arah Eric sambil mengusap keningnya yang tadi diketok sendok oleh Eric.
Eric tertawa puas karena telah berhasil membangunkan Mayang dari pikiran konyolnya. Eric cukup yakin bahwa Mayang sedang mengkhayalkan Marco tadi, dan itu bisa membuat Mayang lupa dengan janjinya untuk tidak berpacaran selama masa SMA ini. “Bersih in gih, kotor banget tuh isinya”, kata Eric cuek lalu melanjutkan acara makannya.
“Enak aja, gue masih suci kali otaknya. Dari pada elu dikunciin di ruang ganti”, sindir Mayang mengingatkan kejadian di masa SMP dulu.
Eric yang mendengar itu tertawa terbahak-bahak, dia tidak mengangka kalau Mayang masih saja mengingatnya.
Begitulah Mayang dan Eric. Meskipun terkadang mereka bisa menjengkelkan namun tetap bisa membuat keduanya merasa nyaman.

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

66