Bab 1 Prolog
by Jenang_gula
10:18,Jan 13,2021
..~Cinta harus saling memiliki, maaf aku akan egois tentang ini (Author)~..
Mayang. Gadis manis yang selalu berusaha menyenangkan keluarganya, terutama ibu nya. Satu-satunya wanita kesayangannya, tempat berkeluh kesah dan membagi semua kegundahan hatinya.
Eric. Cowok kasar yang tidak bisa diatur, apa pun yang dia inginkan selalu ingin dia dapatkan. Jangankan Mayang, ibundanya saja sudah angkat tangan bila menyangkut dengan keinginan Eric.
Bersahabat sejak kelas 8 SMP karena rumah mereka berjarak cukup dekat. Setelah ayah Eric pindah dari Surabaya dan menetap di Malang, kota kelahiran Mayang. Bagaimana bila persahabatan itu menjadi aneh karena ada salah satu diantara mereka yang jatuh cinta, bagaimana bila ternyata ada yang merasa tidak selevel atas satu sama lain, apakah mereka tetap bisa bersatu?
Saat seorang lelaki bisa meyakinkan hati Mayang, atau seorang perempuan yang mampu mencuri hati Eric, siapa yang akan bertahan demi keadaan mereka yang sudah terlalu bergantung antara satu sama lain. Siapa yang kalah?
~~
..~Cahayanya yang menyilaukan mampu menusuk ke dalam retina mata, tapi hati ini akan selalu menyesuaikan agar bisa selalu beriringan denganmu (Eric)~..
Hari-hari sekolah seperti biasa, sangat membosankan bagi Mayang. Meskipun dia tidak cantik, tapi wajah manisnya cukup membuat beberapa siswa mendekatinya. Dan Mayang selalu berusaha membatasi dirinya sendiri agar tidak dilecehkan oleh teman-temannya. Entah itu cowok atau cewek. Dia cukup sadar diri karena bukan dari keluarga yang kaya apalagi sekarang berada di sekolah favorit. Menjadi pelari tercepat saat SD dan beberapa kali ikut pertunjukan tari daerah cukup bisa memberinya nama untuk bisa masuk ke sekolah elite ini.
“Selamat pagi”, seorang guru masuk dengan siswa yang mampu menarik perhatian siswi di kelas saat itu, tak terkecuali Mayang. “Hari ini ibu akan mengenalkan teman baru, pindahan dari Surabaya. Ibu harap kalian bisa cepat akrab dan tidak jail kali ini”, tidak ada yang menjawab. Hanya ada bisikan-bisikan gaib yang mengganggu telinga Mayang. “Ayo silakan perkenalkan diri”
“Eric”
“...”
“Sudah bu”, jawab siswa itu dan menoleh ke bu guru.
“Wah...ternyata kamu irit ya. Sudah ya namanya Eric”, jawab bu guru dan langsung mempersilahkan siswa itu duduk di belakang Mayang, karena hanya bangku itu yang kosong saat ini.
Mayang mengerutkan alis tebalnya, sedikit heran karena ternyata siswa itu cukup cuek, padahal Mayang yakin bahwa siswa itu juga tahu kalau para siswi disini menunggunya berbicara banyak. Ternyata hanya nama saja yang siswa bernama Eric itu sebutkan.
Jam pelajaran telah usai, saatnya istirahat dan ke kantin untuk memberi makan cacing di dalam perut Mayang yang rata itu.
Mayang melirik ke arah siswa baru itu dan menyebikkan bibirnya ke arah Eric, namun tanpa sengaja Eric juga melihat Mayang saat ini, karena hanya siswi itu yang tidak mendekat ke arahnya. Padahal sudah hampir semua siswi di kelas ini mengerubunginya seperti semut menyelubungi gula. Eric heran, apa mungkin dia tidak cukup menarik hati gadis yang tidak terlalu cantik seperti yang baru saja menatapnya sedikit sinis itu.
Saat banyak siswi yang menanyakan hal-hal konyol seperti ini, Eric sungguh sangat bosan. Ini bukan pertama kalinya bagi Eric, dia sudah menyalaminya berkali-kali dan sudah hafal dengan situasi ini.
Eric tetap pada pendiriannya. Diam memainkan game Onet kegemarannya saat mengusir rasa bosan seperti ini. Eric sudah berkali-kali mengalami hal seperti ini. Menjadi anak seorang tentara yang harus mengabdi kepada negara membuatnya sering berpindah tempat tinggal. Entah sudah keberapa, bahkan Eric sampai malas mengingatnya.
~
Mayang berjalan pelan menyusuri gang rumahnya. Panas yang tak terlalu terik namun tetap mampu membuat dahinya berkeringat dan membuatnya terlihat kelelahan. Langkahnya terhenti saat tiba-tiba motor thruimp berhenti di dekatnya. Seorang siswa dengan helm fullface membuka kaca pelindungnya dan mengisyaratkan agar Mayang naik di atas boncengan motornya. Mayang yang mengetahui sorot mata milik siapa itu tidak menghiraukan ajakan siswa itu dan terus melanjutkan langkahnya.
Eric yang tersinggung atas penolakan Matang akhirnya meninggalkan gadis sombong itu sendirian dan berlalu menuju ke rumahnya.
~~
Sangat sial Mayang kali ini. Karena semalam terlalu lama menangis akhirnya dia bangun kesiangan. Memang bapak dan ibu Mayang sering bertengkar untuk alasan yang sepele maupun masalah yang serius. Ekonomi membuat keluarganya berbeda dengan keluarga yang lain di luar sana.
Dia sedikit berlari untuk mengejar jam keberangkatan angkot agar bisa tepat waktu mengantarkannya ke sekolah. Namun motor yang mau memboncengnya kemarin berlalu melewati Mayang dengan kecepatan yang tidak terlalu kencang.
“Hey.... Eric!!”, seru Mayang.
Eric mengerem motornya dan menoleh ke belakang. Sebenarnya Eric melihat Mayang tadi namun dia malas karena dia sudah ditolak kemarin padahal niatnya baik saat itu.
“Aku nebeng ya, gak usah pake helm nanti aku tutup kepala ku pake jaketnya ini. Ayo buruan”, Mayang menarik jaket hoodienya untuk menutupi kepala dan berpegangan pada perut Eric.
Eric segera menarik gas motornya karena memang waktu sudah lumayan siang dan akan terlambat jika tidak cepat berangkat. Eric malas mempermasalahkannya karena tidak mau mengganggu konsentrasinya saat mengendarai motor saat ini. Meskipun canggung dan tidak berniat berbicara tentang apa pun Eric membiarkan suasana seperti ini sampai tiba di halaman sekolahnya.
“Makasih ya, kapan-kapan aku traktir. Maaf kemarin aku nyuwekin kamu, aku gak suka kamu sok dekat sama aku. Kan kita baru ketemu masak kamu mau bonceng aku”
Eric ingin menjawab kalau bukan itu maksudnya, namun Mayang segera memotong gerakannya bahkan sebelum Eric mengeluarkan sepatah kata pun.
“Yang ini tadi pengecualian, jadi gak usah protes. Makasih Eric”, jelas Mayang dan langsung berlalu meninggalkan Eric yang masih bengong di atas motor.
Eric melepas helm dan tersenyum geli atas kejadian barusan, dia tidak menyangka bahwa ternyata Mayang sangat menggemaskan.
Mayang. Gadis manis yang selalu berusaha menyenangkan keluarganya, terutama ibu nya. Satu-satunya wanita kesayangannya, tempat berkeluh kesah dan membagi semua kegundahan hatinya.
Eric. Cowok kasar yang tidak bisa diatur, apa pun yang dia inginkan selalu ingin dia dapatkan. Jangankan Mayang, ibundanya saja sudah angkat tangan bila menyangkut dengan keinginan Eric.
Bersahabat sejak kelas 8 SMP karena rumah mereka berjarak cukup dekat. Setelah ayah Eric pindah dari Surabaya dan menetap di Malang, kota kelahiran Mayang. Bagaimana bila persahabatan itu menjadi aneh karena ada salah satu diantara mereka yang jatuh cinta, bagaimana bila ternyata ada yang merasa tidak selevel atas satu sama lain, apakah mereka tetap bisa bersatu?
Saat seorang lelaki bisa meyakinkan hati Mayang, atau seorang perempuan yang mampu mencuri hati Eric, siapa yang akan bertahan demi keadaan mereka yang sudah terlalu bergantung antara satu sama lain. Siapa yang kalah?
~~
..~Cahayanya yang menyilaukan mampu menusuk ke dalam retina mata, tapi hati ini akan selalu menyesuaikan agar bisa selalu beriringan denganmu (Eric)~..
Hari-hari sekolah seperti biasa, sangat membosankan bagi Mayang. Meskipun dia tidak cantik, tapi wajah manisnya cukup membuat beberapa siswa mendekatinya. Dan Mayang selalu berusaha membatasi dirinya sendiri agar tidak dilecehkan oleh teman-temannya. Entah itu cowok atau cewek. Dia cukup sadar diri karena bukan dari keluarga yang kaya apalagi sekarang berada di sekolah favorit. Menjadi pelari tercepat saat SD dan beberapa kali ikut pertunjukan tari daerah cukup bisa memberinya nama untuk bisa masuk ke sekolah elite ini.
“Selamat pagi”, seorang guru masuk dengan siswa yang mampu menarik perhatian siswi di kelas saat itu, tak terkecuali Mayang. “Hari ini ibu akan mengenalkan teman baru, pindahan dari Surabaya. Ibu harap kalian bisa cepat akrab dan tidak jail kali ini”, tidak ada yang menjawab. Hanya ada bisikan-bisikan gaib yang mengganggu telinga Mayang. “Ayo silakan perkenalkan diri”
“Eric”
“...”
“Sudah bu”, jawab siswa itu dan menoleh ke bu guru.
“Wah...ternyata kamu irit ya. Sudah ya namanya Eric”, jawab bu guru dan langsung mempersilahkan siswa itu duduk di belakang Mayang, karena hanya bangku itu yang kosong saat ini.
Mayang mengerutkan alis tebalnya, sedikit heran karena ternyata siswa itu cukup cuek, padahal Mayang yakin bahwa siswa itu juga tahu kalau para siswi disini menunggunya berbicara banyak. Ternyata hanya nama saja yang siswa bernama Eric itu sebutkan.
Jam pelajaran telah usai, saatnya istirahat dan ke kantin untuk memberi makan cacing di dalam perut Mayang yang rata itu.
Mayang melirik ke arah siswa baru itu dan menyebikkan bibirnya ke arah Eric, namun tanpa sengaja Eric juga melihat Mayang saat ini, karena hanya siswi itu yang tidak mendekat ke arahnya. Padahal sudah hampir semua siswi di kelas ini mengerubunginya seperti semut menyelubungi gula. Eric heran, apa mungkin dia tidak cukup menarik hati gadis yang tidak terlalu cantik seperti yang baru saja menatapnya sedikit sinis itu.
Saat banyak siswi yang menanyakan hal-hal konyol seperti ini, Eric sungguh sangat bosan. Ini bukan pertama kalinya bagi Eric, dia sudah menyalaminya berkali-kali dan sudah hafal dengan situasi ini.
Eric tetap pada pendiriannya. Diam memainkan game Onet kegemarannya saat mengusir rasa bosan seperti ini. Eric sudah berkali-kali mengalami hal seperti ini. Menjadi anak seorang tentara yang harus mengabdi kepada negara membuatnya sering berpindah tempat tinggal. Entah sudah keberapa, bahkan Eric sampai malas mengingatnya.
~
Mayang berjalan pelan menyusuri gang rumahnya. Panas yang tak terlalu terik namun tetap mampu membuat dahinya berkeringat dan membuatnya terlihat kelelahan. Langkahnya terhenti saat tiba-tiba motor thruimp berhenti di dekatnya. Seorang siswa dengan helm fullface membuka kaca pelindungnya dan mengisyaratkan agar Mayang naik di atas boncengan motornya. Mayang yang mengetahui sorot mata milik siapa itu tidak menghiraukan ajakan siswa itu dan terus melanjutkan langkahnya.
Eric yang tersinggung atas penolakan Matang akhirnya meninggalkan gadis sombong itu sendirian dan berlalu menuju ke rumahnya.
~~
Sangat sial Mayang kali ini. Karena semalam terlalu lama menangis akhirnya dia bangun kesiangan. Memang bapak dan ibu Mayang sering bertengkar untuk alasan yang sepele maupun masalah yang serius. Ekonomi membuat keluarganya berbeda dengan keluarga yang lain di luar sana.
Dia sedikit berlari untuk mengejar jam keberangkatan angkot agar bisa tepat waktu mengantarkannya ke sekolah. Namun motor yang mau memboncengnya kemarin berlalu melewati Mayang dengan kecepatan yang tidak terlalu kencang.
“Hey.... Eric!!”, seru Mayang.
Eric mengerem motornya dan menoleh ke belakang. Sebenarnya Eric melihat Mayang tadi namun dia malas karena dia sudah ditolak kemarin padahal niatnya baik saat itu.
“Aku nebeng ya, gak usah pake helm nanti aku tutup kepala ku pake jaketnya ini. Ayo buruan”, Mayang menarik jaket hoodienya untuk menutupi kepala dan berpegangan pada perut Eric.
Eric segera menarik gas motornya karena memang waktu sudah lumayan siang dan akan terlambat jika tidak cepat berangkat. Eric malas mempermasalahkannya karena tidak mau mengganggu konsentrasinya saat mengendarai motor saat ini. Meskipun canggung dan tidak berniat berbicara tentang apa pun Eric membiarkan suasana seperti ini sampai tiba di halaman sekolahnya.
“Makasih ya, kapan-kapan aku traktir. Maaf kemarin aku nyuwekin kamu, aku gak suka kamu sok dekat sama aku. Kan kita baru ketemu masak kamu mau bonceng aku”
Eric ingin menjawab kalau bukan itu maksudnya, namun Mayang segera memotong gerakannya bahkan sebelum Eric mengeluarkan sepatah kata pun.
“Yang ini tadi pengecualian, jadi gak usah protes. Makasih Eric”, jelas Mayang dan langsung berlalu meninggalkan Eric yang masih bengong di atas motor.
Eric melepas helm dan tersenyum geli atas kejadian barusan, dia tidak menyangka bahwa ternyata Mayang sangat menggemaskan.
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved