Bab 3 Sepasang Anak Laki-laki Dan Perempuan Yang Lucu
by Sisca
09:35,Sep 06,2019
“Iya ya? Siapa yang tadi pergi sendirian ke wc dan mengunci pintu hampir saja terkunci dari dalam tidak bisa keluar? Untung saja ada kunci cadangan, kalau tidak, kamu bakal tetap di wc dan tidak bisa terbang pulang kembali.” Ibu mematahkan omongan anak perempuannya yang mengatakan kalau dia tidak membuat repot di dalam pesawat.
Anak perempuannya tersenyum tersipu malu, lalu dengan cepat mengalihkan topik pembicaraan, “Bibi, aku dan kakak mau makan besar, mami sudah setuju, bibi traktir kita makan ya, please!”
“Kalian satu-satu mau membuat bibi jatuh miskin ya, sekali pulang minta di traktir makan besar, untung bibi bawa uang cukup, ayo kita pergi makan!” Wanita berambut pendek itu tersenyum melirik ke arah wanita cantik di sebelahnya, “Monica, sudah hampir 5 tahun! Kali ini akhirnya kamu rela untuk pulang kesini?”
“Aku harus pulang mengunjungi makam ibuku.” Monica menghela nafas, kedudukan ibunya di hatinya tidak pernah berkurang apalagi hilang, 5 tahun tidak pergi melihatnya, dia merasa dirinya sungguh-sungguh bukan anak berbakti.
“Kamu kapan berencana pulang kembali?”
“Anak-anak bilang mau melihat-lihat sini, mungkin sampai 1 minggu kedepan!”
“Cuma satu minggu ya! Cepat sekali! Tinggal disini satu bulan lagi, aku akan menanggung makan dan tempat tinggal kalian.” Janji Celine Xia pada Monica Su.
Monica bukannya tidak ingin tinggal di kota ini, tapi kota ini dari awal sudah membuatnya benci, walaupun disini masih ada ayah yang merupakan keluarga kandungnya, tapi dia tidak mau berhubungan lagi dengan ayahnya.
Selesai makan besar, 2 anaknya kelelahan dan langsung pulang ke apartemen Celine istirahat, kedua anaknya tertidur, Monica dan Celine akhirnya bisa leluasa berbicara dan bercerita banyak hal.
“Ayahmu sekarang tidak tahu kalau kamu punya 2 anak?” Celine dengan penasaran bertanya.
“Aku tentu saja tidak akan membiarkan mereka tahu hal ini, seumur hidupku, aku tidak akan berhubungan lagi dengan keluarga ini.” Suara Monica terdengar begitu yakin dan serius.
“Benar juga, kamu sekarang juga sudah ada kerjaan, juga mampu menjaga kedua anakmu, hidup mandiri tidak perlu memohon pada mereka.” Selesai bicara, Celine mendekatkan mulutnya di telinga Monica dengan suara kecil berbisik, “Kedua anak ini masih belum tahu siapa ayah mereka kan!”
Ekspresi wajah Monica langsung berubah, dia menggeleng-gelengkan kepalanya, “Seumur hidupku takkan membiarkan mereka tahu akan hal ini.”
Celine mengernyitkan dahinya, “Aneh sekali, kalau disesuaikan dengan keadaan, kakakmu dengan putra perusahan Lau 5 tahun yang lalu sudah merencanakan pernikahan tapi kenapa sampai sekarang masih belum bertunangan?”
Monica menggeleng-gelengkan kepalanya, “Tidak tahu, dan aku tidak mau tahu.”
Keluarga itu baginya, untuk seumur hidupnya dia tidak ingin lagi ada hubungan dengan mereka, ibunya dulu didekati ayahnya hingga hamil, awalnya ayahnya ingin punya anak laki-laki, tapi tak disangka ibunya malah melahirkannya anak perempuan, ayah sejak saat itu tidak lagi mempedulikan ibunya, tidak menganggap ibunya, dan ibunya setiap hari karena stress jatuh sakit, dan berakhir dengan sakit stressnya yang akut dan meninggal.
Tengah malam.
Monica membawa anaknya pergi ke makam ibunya berdoa dan membakar dupa, ekspresi wajah kedua anaknya juga terlihat begitu serius, membantu ibunya membersihkan makam yang di penuhi rumput, Monica Su beberapa kali diam-diam menitikkan air mata, tidak membiarkan kedua anaknya tahu.
“ibu, nenek tidur di dalam sini ya?” Mata anak perempuannya berkaca-kaca menunjuk pada makam neneknya, dia masih belum mengerti akan hidup mati seseorang.
Monica tersenyum tipis, “Iya, nenek tidur di dalam sana.”
“Nenek kapan bangun?”
“Michelle, nenek tidak akan bangun lagi, dia akan tidur disini untuk waktu yang sangat lama.” Monica berusaha menahan rasa sedihnya menjawab pertanyaan anak perempuannya.
Anak perempuannya memegang kepalanya seperti tengah berpikir dan bertanya lagi, “ibu, nenek kita disini, nah ayah kita ada dimana?”
Anak laki-lakinya mendengar pertanyaan adiknya sontak berhenti mencabut rumput, menengadahkan kepalanya melihat ibunya, dia terlihat sangat penasaran.
Monica sedikit kaget dan tanpa ragu berbohong pada anaknya, “Ayah kalian ada disana.” Menunjuk salah satu pemakaman yang agak jauh dari pemakaman ibunya.
Berusaha menghentikan rasa penasaran anaknya, dia mau tidak mau harus berbohong, dan saat ini, adalah waktu yang tepat untuk menghentikan rencana anaknya untuk pergi mencari tahu keberadaan Ayahnya.
Anak perempuannya tersenyum tersipu malu, lalu dengan cepat mengalihkan topik pembicaraan, “Bibi, aku dan kakak mau makan besar, mami sudah setuju, bibi traktir kita makan ya, please!”
“Kalian satu-satu mau membuat bibi jatuh miskin ya, sekali pulang minta di traktir makan besar, untung bibi bawa uang cukup, ayo kita pergi makan!” Wanita berambut pendek itu tersenyum melirik ke arah wanita cantik di sebelahnya, “Monica, sudah hampir 5 tahun! Kali ini akhirnya kamu rela untuk pulang kesini?”
“Aku harus pulang mengunjungi makam ibuku.” Monica menghela nafas, kedudukan ibunya di hatinya tidak pernah berkurang apalagi hilang, 5 tahun tidak pergi melihatnya, dia merasa dirinya sungguh-sungguh bukan anak berbakti.
“Kamu kapan berencana pulang kembali?”
“Anak-anak bilang mau melihat-lihat sini, mungkin sampai 1 minggu kedepan!”
“Cuma satu minggu ya! Cepat sekali! Tinggal disini satu bulan lagi, aku akan menanggung makan dan tempat tinggal kalian.” Janji Celine Xia pada Monica Su.
Monica bukannya tidak ingin tinggal di kota ini, tapi kota ini dari awal sudah membuatnya benci, walaupun disini masih ada ayah yang merupakan keluarga kandungnya, tapi dia tidak mau berhubungan lagi dengan ayahnya.
Selesai makan besar, 2 anaknya kelelahan dan langsung pulang ke apartemen Celine istirahat, kedua anaknya tertidur, Monica dan Celine akhirnya bisa leluasa berbicara dan bercerita banyak hal.
“Ayahmu sekarang tidak tahu kalau kamu punya 2 anak?” Celine dengan penasaran bertanya.
“Aku tentu saja tidak akan membiarkan mereka tahu hal ini, seumur hidupku, aku tidak akan berhubungan lagi dengan keluarga ini.” Suara Monica terdengar begitu yakin dan serius.
“Benar juga, kamu sekarang juga sudah ada kerjaan, juga mampu menjaga kedua anakmu, hidup mandiri tidak perlu memohon pada mereka.” Selesai bicara, Celine mendekatkan mulutnya di telinga Monica dengan suara kecil berbisik, “Kedua anak ini masih belum tahu siapa ayah mereka kan!”
Ekspresi wajah Monica langsung berubah, dia menggeleng-gelengkan kepalanya, “Seumur hidupku takkan membiarkan mereka tahu akan hal ini.”
Celine mengernyitkan dahinya, “Aneh sekali, kalau disesuaikan dengan keadaan, kakakmu dengan putra perusahan Lau 5 tahun yang lalu sudah merencanakan pernikahan tapi kenapa sampai sekarang masih belum bertunangan?”
Monica menggeleng-gelengkan kepalanya, “Tidak tahu, dan aku tidak mau tahu.”
Keluarga itu baginya, untuk seumur hidupnya dia tidak ingin lagi ada hubungan dengan mereka, ibunya dulu didekati ayahnya hingga hamil, awalnya ayahnya ingin punya anak laki-laki, tapi tak disangka ibunya malah melahirkannya anak perempuan, ayah sejak saat itu tidak lagi mempedulikan ibunya, tidak menganggap ibunya, dan ibunya setiap hari karena stress jatuh sakit, dan berakhir dengan sakit stressnya yang akut dan meninggal.
Tengah malam.
Monica membawa anaknya pergi ke makam ibunya berdoa dan membakar dupa, ekspresi wajah kedua anaknya juga terlihat begitu serius, membantu ibunya membersihkan makam yang di penuhi rumput, Monica Su beberapa kali diam-diam menitikkan air mata, tidak membiarkan kedua anaknya tahu.
“ibu, nenek tidur di dalam sini ya?” Mata anak perempuannya berkaca-kaca menunjuk pada makam neneknya, dia masih belum mengerti akan hidup mati seseorang.
Monica tersenyum tipis, “Iya, nenek tidur di dalam sana.”
“Nenek kapan bangun?”
“Michelle, nenek tidak akan bangun lagi, dia akan tidur disini untuk waktu yang sangat lama.” Monica berusaha menahan rasa sedihnya menjawab pertanyaan anak perempuannya.
Anak perempuannya memegang kepalanya seperti tengah berpikir dan bertanya lagi, “ibu, nenek kita disini, nah ayah kita ada dimana?”
Anak laki-lakinya mendengar pertanyaan adiknya sontak berhenti mencabut rumput, menengadahkan kepalanya melihat ibunya, dia terlihat sangat penasaran.
Monica sedikit kaget dan tanpa ragu berbohong pada anaknya, “Ayah kalian ada disana.” Menunjuk salah satu pemakaman yang agak jauh dari pemakaman ibunya.
Berusaha menghentikan rasa penasaran anaknya, dia mau tidak mau harus berbohong, dan saat ini, adalah waktu yang tepat untuk menghentikan rencana anaknya untuk pergi mencari tahu keberadaan Ayahnya.
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved