Bab 2 Lima Tahun Kemudian

by Sisca 09:35,Sep 06,2019
Pukul 3 dini hari, dia dengan keadaan berantakan keluar dari kamar, seorang wanita cantik dengan dress warna merah maroon yang seksi muncul dari samping kamar, tubuhnya yang langsing dan tinggi, wajahnya yang cantik mengagumkan, dia adalah nona besar keluarga Su, Devina Su, tapi saat ini, pandangan matanya menunjukkan kalau dia sedang kesal.
“Kenapa lama sekali?” Dia dengan menggertakan gigi menahan rasa kesal bertanya.
Air mata Monica Su belum kering, rambut panjangnya yang hitam tidak bisa menutupi leher jenjang putihnya yang memerah dipenuhi bekas ciuman, dia menggigit bibirnya, “Kirim uangnya padaku.”
“Minta sama ayahku sana!” Devina malas meladeni Monica, dia mendorong pintu kamar dan masuk ke dalam, ketika melihat kamar yang terang karena cahaya bulan yang masuk, melihat posisi tidur laki-laki di atas ranjang, ya laki-laki itu memiliki kharisma yang membuat banyak orang tergila-gila padanya, Devina dengan perasaan bahagia cepat naik ke atas ranjang dan berbaring di sebelahnya, dan dia tanpa ragu-ragu memeluk pinggang laki-laki itu, dia bisa merasakan suhu tubuh Andi yang panas dan memabukkan.
Monica dari hotel berlari seperti orang gila, dengan menangis menekan nomor hp ayahnya dan meneleponnya, dia sudah menyelesaikan misinya, dan menyuruh ayahnya untuk memenuhi janjinya mengirimkan uang untuk biaya operasi ibunya.
Saat itu, Dewin Su masih sadar, dan dia berjanji pada Monica, “Besok pagi, aku akan mengirimkan uangnya padamu.”
“Aku mau sekarang.” Monica menekan tiap kata yang keluar dari mulutnya.
“Baiklah! Uangnya sebentar lagi akan masuk ke rekeningmu.”
Monica dari luar hotel memanggil taksi pergi ke rumah sakit, di dalam taksi pandangan matanya menatap keluar jendela, tiba-tiba hpnya berbunyi, dia mengambil hpnya dan melihat, yang meneleponnya adalah dokter ibunya, dia dengan tergesah mengangkat teleponnya, “Halo! Dokter Li.”
“Nona Su, ada berita buruk yang harus saya sampaikan padamu.”
“Ibuku kenapa?”
“Ibumu baru saja meninggal.” Suara dokter Li sangat tenang.
Tapi, hati Monica sebaliknya, begitu hancur, hp yang di genggamnya bergetar memberitahunya kalau rekening bank Monica baru saja masuk uang sebesar 1M.
“Ibu...” Monica dari dalam taksi memanggil ibunya, dengan penuh kesedihan menangis, supir taksi mobil melihat keadaan Monica dengan baik hati mempercepat kecepatan mobil menuju rumah sakit.
Semuanya sudah terlambat, walaupun dia sudah menukar tubuhnya dengan uang, tapi juga tidak bisa menyelamatkan nyawa ibunya, di jalan menuju rumah sakit, tangannya meraba kalung di atas lehernya, kalung yang di dalam liontinnya terdapat fotonya dan ibunya hilang tidak ada lagi di lehernya.
Dan selanjutnya air matanya luruh tak terhentikan, apakah ini semua sudah menjadi takdirnya?
Takdirnya yang harus di tinggalkan oleh ibunya?
5 tahun kemudian.
Bandara internasional kota A, seorang wanita dengan tubuh rampingnya mengenakan coat berwarna cokelat muda mendorong troli khusus koper, dan di atas koper yang di dorongnya duduk seorang gadis kecil cantik yang lucu dan menggemaskan, mengenakan dress putri berwarna pink dengan rambut hitam yang panjang sepinggang disimpul dua bagian dengan pita.
Dan di sebelah gadis kecil itu duduk seorang anak laki-laki kecil terlihat begitu keren mengenakan atasan hitam, jeans biru pendek, sepatu bola putih, merangkul tas, wajahnya terlihat tenang mengikuti gadis kecil itu.
“ibu, kami nanti boleh tidak meminta bibi untuk mentraktir kami makan besar?”
“Kalau bibi bersedia.” Wanita itu tersenyum menatap penuh kasih sayang pada anak perempuannya.
Gadis kecil itu mengedipkan bola matanya yang besar, “Asalkan aku yang meminta pada bibi, bibi pasti bersedia.”
“Tenang saja, bibi banyak uang.” Anak laki-laki kecil menambah satu kalimat.
Mata kedua anak itu melihat keadaan sekitarnya dengan penuh penasaran, walaupun negara ini adalah negara mereka, tapi dari mereka lahir baru kali ini mereka pulang ke negaranya, jadi wajar saja kalau mereka saat ini terlihat begitu penasaran.
Baru saja tiba di tempat penjemputan tamu kedatangan langsung terdengar suara orang yang tengah menyambut mereka, “Michelle, Michael.”
“Bibi.” Michelle dengan happy memanggil bibinya, merentangkan kedua tangannya minta di peluk.
Selanjutnya terlihat seorang wanita berambut pendek dengan langkah besar berjalan ke arah Michelle merentangkan kedua tangannya memeluk Michelle, lalu di wajah merah muda Michelle menciumnya, lalu melihat lagi di sampingnya berdiri seorang ibu dan anak laki-lakinya, dia tertawa, “Akhirnya pulang juga, di atas pesawat capek tidak?”
“Bibi, kami semua sangat anteng.” Michael mengangkat alisnya mengeluarkan satu kalimat.
Michelle dengan cepat menganggukkan kepala, berkata, “Iya, kami tidak ribut, tidak berantem, tidak membuat ibu repot.”

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

374