Bab 10 Part 10

by Neng Gemoy 17:58,Nov 05,2024
POV REVITA (MAMA)

Singkat cerita ku tinggalkan suamiku di dalam kamar dengan keadaan pintu kamar yang terkunci. Aku kini sudah berkumpul dengan Marni dan Susan di kamar Marni. Kami bertiga sangat cepat akrab. Bahkan dalam waktu yang sebentar aku sudah dapat membongkar semua rahasia mereka dengan Suamiku Wijaya.

Maafin Marni yah, Ma. Marni mencuri Papa dari Mama, padahal Marnikan bukan siapa-siapa di rumah ini. Marni merasa bersalah Ma.nampak ada sedikit penyesalan di mata Marni.

Susan juga yah Teh, waktu itu Susan penasaran Teh, tahunya jadi keterusan, tapi sumpah Teh, Susan masih perawan. Abang Jay belum sampai memerawani Susan. Susan minta maaf.kata Susan sambil menundukkan kepala.

Ku tatap kedua gadis muda di depanku. Nampak raut muka mereka gelisah dan sedikit ketakutan. Aku sendiri bukan orang yang mudah marah, apalagi menyangkut suamiku. Bagiku apapun tindakan suamiku selama dia masih tetap mencintaiku aku tidak akan menyalahkannya. Semua karena sejak kami pacaran aku pernah berjanji pada suamiku tidak akan pernah menyalahkan dia untuk semua tindakannya asalkan dia tetap mencintai dan menyayangiku.

Ku raih kedua gadis itu ke dalam pelukanku, kemudian keduanya menangis di dadaku. Aku elus kedua rambut gadis itu. Kalau aku pikir-pikir lagi, sebenarnya
usia kami juga selisih tidak jauh. Marni 17 tahun, Susan baru masuk 23 dan aku sendiri sebentar lagi akan masuk usia 26. Ku rasakan dadaku semakin basah, dengan air mata kedua gadis itu. Aku sangat yakin keduanya benar-benar menyayangi suamiku juga seperti aku. Marni, bercerita kalau sampai detik ini sudah belasan cowok di sekolahnya yang dia tolak lantaran sudah terlanjur cinta kepada suamiku, bahkan rahasianya yang sebenarnya aku sudah tahu dia ungkapkan juga. Sementara Susan, mengakui semua perbuatan yang dilakukan dengan suamiku dulu. Susan mengungkapkan bahwa dalam hatinya tidak ada tempat lain selain untuk Suamiku.

Aku merasa gamang, serba salah sebenarnya. Sudahlah mungkin ini memang sudah suratan takdir. Suamiku memang punya kharisma, kalaupun dia mau bukan hanya aku, Susan atau Marni. Puluhan wanita lain di luar sana bahkan sangat mungkin ditaklukan suamiku dengan mudah.
Pikiranku menerawang teringat kembali sewaktu aku masih SMA kelas tiga dan Suamiku waktu itu baru saja diterima kerja di tempat dia kerja sekarang. Dengan penuh perhatian dia selalu memberikan kejutan-kejutan yang tidak pernah ku duga, entah bunga, coklat atau pun hal-hal kecil yang sebenarnya sangat berarti buatku. Bahkan teman SMA-ku Wulan pernah mengatakan kalau saja suamiku belum pacaran denganku, Wulan pasti akan mengejar-ngejar suamiku padahal Wulan adalah primadona di sekolah wakti itu jadi sangat mudah baginya mendapat cowok manapun. Masa pacaran kami memang tidak pernah kami habiskan dengan hal-hal mesum, mungkin inilah yang menjadikan Suamiku melampiaskan kepada sepupunya Susan yang baru saja aku ketahui dari mulut Susan secara langsung detail kejadiannya.

Beginilah hidup, terkadang ada rahasi-rahasia yang sebaiknya tidak kamu tahu. Ketika kamu mengetahuinya, hidupmu bukan lagi hanya milikmu. Akhirnya, ku putuskan hari itu juga, akan ku bagi suamiku dengan kedua gadis ini. Sementara, aku terhanyut dalam lamunan kedua gadis itu masih menangis dalam pelukku.

Sudah, sudah, Mar, Mama gak marah kok. San, Susan, Teteh ngerti kok perasaan kamu.

Serius Teh?Susan nampak mengusap air matanya.

Mama, gak marah sama Marni?Marni pun menanyakan hal yang sama.

Aku hanya menggelengkan kepalaku. Kedua gadis itu serempak memelukku.

Makasih Ma....Marni memelukku.

Makasih Teh...Susan pun demikian.

Aku merasa sesak di peluk begitu erat.

Sudah...sudah...sambil mencoba melepaskan diri dari pelukan kedua gadis itu. Wajah mereka sudah lebih ceria.

Tuh, bajuku basah semua, gara-gara kalian nih.

Hihihihihi.....kedua gadis itu malah cekikikan.

Teh, Susan boleh manggil teteh Mama juga, habisnya Susan iri sama Marni?tanya Susan kepadaku aku sempat kaget juga mendengarkanya. Tapi, aku maklum saja.

Terserah Susan aja....kataku.

Ma...mama...Susan memanggilku dengan nada manja. Lucu juga, belum hamil tapi kini aku punya dua anak.

Ma, bajunya di lepas aja, basah gitu kok Ma...kata Marni sambil beranjak mengambil t-shirt dari lemarinya.

Pakai ini aja deh Ma, all size kok.Kata Marni sambil menyodorkan t-shirt berwarna pink kepadaku bertuliskan touch me.

Ku lepas bajuku, di depan kedua gadis itu. Keduanya hanya melihat saja dengan wajah penasaran. Sesaat kemudian yang tersisa hanya BH berwarna merah yang
memang tidak mampu menampung seluruh payudaraku yang besar.

Wow, Mam...Payudaranya gede banget.Kata Susan terkagum.

Berapa ukurannya Ma?Tanya Susan. Aku mulai terbiasa dengan panggilan Mama dari Susan.

Mmmm...terakhir sih Mama ukur 36D.kataku.

Marni yang dari tadi berdiri disampingku tiba-tiba meraih payudaraku. Kedua tangan Marni memegang payudaraku kiri dan kanan.

Oh pantes aja Marni ngerasa punya Mama gede banget.kata Marni.

Ih Marni apaan sih.kataku mencoba melepas tangan Marni dari payudaraku yang masih berbalut BH.

Ah Mama Marnikan udah tahu semua punya Mama, lepas aja sekalian deh Ma. BH Mama basah juga tuh.kata Marni.

Tapi lepas dong tangan kamu.sambil ku raih pengait BH di punggungku.

Sini Susan bantu.tahu-tahu Susan sudah dibelakangku.

BH itu pun segera terlepas dari tubuhku, kini aku setengah telanjang hanya berbalut rok span selutut. Ku rasakan kini dari belakang Susan memainkan
payudara besarku.

Ah...Susan geli......perasaan enak melanda di kedua payudaraku. Marni pun tidak tinggal diam. Marni, berusaha mencium bibirku seperti tempo hari. Dengan

Sedikit berjingkat Marni meraih kepalaku dan kemudian kami berciuman. Lidah kami saling membelit. Sementara Susan menciumi tengkuk dan leherku. Bulu kudukku meremang, ku rasakan kegelian luar biasa, enak bercampur aduk. Aku benar-benar terangsang terhanyut dalam permainan Marni dan Susan. Aku masih normal, pikirku. Namun, aku akui ini benar-benar sensasi yang luar biasa. Kalau saja, Suamiku melihat kelakuan kami bertiga entah apa yang dia pikirkan.
Ku pejamkan mataku menikmati permainan mereka. Ku rasakan dua buah tangan menjamah pantatku dan ku rasakan rokku meluncur turun. Mereka benar-benar ingin menelanjangiku. Kini ku rasakan dua buah peyudara menempel di punggungku. Jelas sekali, bukan payudara Marni. Sementara, Marni masih berciuman mesra denganku, ku rasakan tangan Marni meremasi payudaraku begitu pula dengan ku ku remas payudara Marni entah kapan Marni menelanjangi dirinya. Tangan Susan tidak mau menganggur begitu saja. Ku rasakan belaian dan gosokan halus di vaginaku yang masih terbungkus celana dalam. Aduh aku tidak kuat lagi. Dengan posisi ditengah-tengah kedua tubuh. Tangan Susan mencoba masuk kedalam celana dalam ku dan aku sungguh tidak dapat menahan lagi ketika jari Susan memasuki lubang vaginaku yang sudah semakin basah.

Aku mendesah tidak karuan.

Mam....ma...udah mau nyam....pe......suaraku berakhir dengan keluarnya cairan kewanitaanku. Tubuhku menegang, hampir saja aku terjatuh, namun kedua gadis
itu menopang tubuhku.

Gimana Ma, enakkan...?tanya Susan dari belakangku.

Aku hanya mengangguk sambil menoleh, kemudian ku rasakan bibiku di pagut dengan mesra oleh Susan.

Ayo ke ranjang ajaAjak Marni.

Aku seperti terhipnotis mengikuti saja kemauan kedua gadis itu. Aku tidak tahu sejak kapan keduanya sudah telanjang bulat. Tinggal aku sendiri masih mengenakan celana dalam yang sangat basah ini. Kedua gadis itu kemudian berciuman bagai sepasang kekasih, mereka saling raba, saling meremas. Aku malah bengong di pinggiran ranjang.

Loh Ma kok malah bengong?tanya Marni.

Celana dalamnya di lepas juga dong Ma, udah basah gitu.kata Susan.

Kemudian keduanya saling memainkan jari di lubang vagina mereka bergantian.

Aduh...S.ssss....San jangan dal....amm.....dalam Mar.....ni.....mass......perawan....Kata Marni sambil mendesah merasakan jari-jari Susan semakin dalam.

Aw.......en....ank Mar...............ku lihat Susan menikmati permainan jari Marni di dalam lubang vagina Susan.
Sesaat kemudian tubuh kedua gadis itu menegang.

Ahhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh......................desahan panjang bersamaan terdengar dari kedua gadis itu. Aku hanya tersenyum melihat tingkah mereka.

Ayo dong Ma..***bung......masa cuma lihat ajakata Marni lirih masih menikmati sisa orgasmenya.

Ayo Mah...Susan sambil menarik tanganku.

Kini aku berada ditengah-tengah kedua gadis yang baru saja merasakan orgasme. Ku pehatikan wajah sayu mereka. Mereka berdua benar-benar dilanda birahi.
Memang ternyata aku sadari payudaraku memang yang paling besar, Marni ukurannya 32D aku pernah mengukurnya saat membelikannya baju dan lagi aku juga pernah terlibat permainan dengannya, Susan aku taksir berukuran 34C.

Aku berciuman bergantian dengan Marni dan Susan, tangan kami saling raba dan saling meremas. Sungguh sebuah permainan yang sungguh baru sekali ini ku rasakan, aku berada di antara dua perawan yang sudah di mabuk birahi.

Entah siapa yang mulai, mulutku kini sedang emncumbui vagina Susan. Sementara Susan mencumbui vagina Marni, marni sendiri mencumbui vaginaku. Sungguh pemandangan yang sangat menggairahkan, aku membayangan seandainya suamiku melihat kami bertiga dalam keadaan seperti ini aku yakin, dia tidak akan mampu menahan diri. Kami bertiga bagai mesin pencari nafsu, kamar Marni sekarang menjadi medan pertempuran birahi antara tiga wanita. Aku colok vagina Susan dengan jariku, Susan merintih tertahan karena mulutnya masih beradu dengan vagina Marni.

Nghh.....desah Susan.

Bersambung

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

175