Bab 2 Part 2
by Neng Gemoy
17:42,Nov 05,2024
Meskipun bisa dikatakan aku memiliki istri yang sempurna namun bagaimana pun aku laku-laki. Pelan-pelan ku pentangkan kaki Marni. Dalam posisi telentang tentu saja sangat mudah melakukannya. Aku segera melepas celana kolorku. Penisku seperti sudah ingin masuk ke dalam sarangnya. Namun, aku berusaha bersabar meski nafsu sudah diubun-ubun. Pelan dan pasti ku remas pelan payudara Marni yang sedang tumbuh berkembang itu. Ku naikkan BH nya tanpa melepaskannya hingga dapat ku lihat dengan jelas payudara membulat indah dengan puting susu mungil menghiasinya. Ku sedot pelan payudara Marni.
Ah....Ss...desah Marni
Aku sempat kaget ku pikir dia akan terbangun. Namun dugaanku salah. Marni hanya mendesah saja sesekali menggeliat. Pasti dia merasakan nikmat.
Bosan dengan payudara Marni ku geser CD marni ke samping dan hanya dapat ku lihat celah lembab dihiasi bulu halus yang sangat jarang.
Masih perawan rupanya dia.batinku.
Segera ku tempatkan kepala penisku di bibir kemaluan Marni. Pelan-pelan ku gosok-gosokkan kepala kemaluanku di bibir vagina Marni. Hasilnya Marni merintih dan mendesah tertahan. Untung saja Marni masih tertidur kalau tidak apa jadinya.
Ku dorong masuk ke dalam pelan. Ku lihat Marni meringis seperti kesakitan, ku dorong lagi sedikit demi sedikit akhirnya kepala penisku sudah tertanam dalam vagina Marni. Ku rasakan kepala penisku seperti di selimuti cairan. Terangsang juga dia pikirku. Akal sehatku masih menguasaiku. Sehingga aku tak melanjutkan aksiku lebih jauh.
Dengan kepala penis yang sudah dimakan vagina Marni segera ku maju mundurkan penisku hanya sampai kepalanya saja. Rasanya ternyata enak juga. Sang pemilik vagina pun ku rasa merasakan hal yang sama dengan yang ku rasa. 15 Menit aku merasa ada yang mau keluar. Baru kali ini ku rsakan sensasi seperti ini. Serasa memperkosa seorang gadis. Semakin ku percepat sodokanku dan tepat sebelum spermaku menyembur ku tarik penisku dari dalam vagina Marni dan spermaku menyemprot tepat ke perut Marni. Nasib masih dipihakku Marni masih terlelap mungkin karena masih capek jadi dia tetap terlelap. Segera ku bersihkan spermaku di atas perut Marni tapi dengan apa.
Aha...ku ambil kolorku dan segera ku lap spermaku. Ku rapikan kembali BH dan CD Marni kemudian aku keluar dari kamar Marni tanpa memakai celana lagi dengan penuh kepuasan.
Aku berharap malam-malam berikutnya dapat ku rasakan lagi hal seperti ini. Aku segera masuk ke dalam kamar dan kemudian tertidur memeluk istriku.
.......
Semenjak kedatangan Marni suamiku seakan bertambah semangat. Apa yang terjadi padanya. Padahal ku lihat tak sekalipun Marni dan suamiku terlibat dalam sebuah percakapan yang intim/ Aku masih berpikir positif tak tahu apa yang telah dilakukan suamiku. Selama ini aku sangat percaya suamiku adalah orang yang sangat setia dan bertanggung jawab jadi tidak mungkin dia akan menghianatiku. Ah..mungkin dia mendapat hiburan karena sampai sekarang belum diberi momongan aku sendiri juga senang ada teman di rumah. Walau sebenarnya aku juga sibuk mengurus butik-butik ku.
Suamiku semakin sibuk pula dengan pekerjaannya selain bekerja sebagai pegawai pemerintahan orang tua suamiku juga menyuruh suamiku mengurus perkebunan kelapa sawit keluarga mereka. Jadilah suamiku semakin sibuk. Namun, dia tetap memberikan kepuasan batin padaku. Meski ku sadari sepertinya suamiku masih belum puas dengan pelayananku. Aku pun bertekad untuk lebih bisa memuaskan suamiku. Suamiku sendiri kemudian mengubah kamar lantai atas satunya untuk ruang kerja lengkap dengan perpustakaan dan multimedia. Beberapa kali aku lihat ke dalam ruang itu. Wow..suamiku benar-benar gila. Ruang itu benar-benar lengkap kecuali dapur tidak ada. Suamiku pun menyediakan ranjang di kamar itu. Sudahlah aku pikir suamiku ingin bekerja sambil bersantai.
Sudah sebulan lamanya Marni tinggal di rumah kami. Rasanya baru kemarin dia datang ke rumah kami. Hari ini Papa Suamiku bermaksud mendaftarkan Marni ke SMA, maklumlah Marni di desa hanya mampu mengenyam pendidikan hingga SMP saja. Aku bisa paham karena memang kehidupan keluarga Mbok Imah memang serba apa adanya. Untunglah suamiku juga bukan orang pelit. Selain, Marni suamiku punya beberapa anak asuh lainnya.
Pa, papa, jadi mau daftarin Marni sekolah?tanyaku.
Jadilah Ma, kasihan jugakan anak masih umur 16 tahun harus putus sekolah. Seenggaknya sampai SMA lah Ma. Tapi kalau memang Marni punya potensi bias jadi
Papa bantu sampai kuliah.Papar suamiku.
Mama bangga deh sama Papa,sambil ku kecup pipi Suamku.
---
Hari itu kami berdua mengantar Marni mendaftarkan sekolah. Tidak ada proses berbelit-belit karena suamiku termasuk orang yang cukup di kenal di sekolahan Marni mendaftar. Yayasan sekolah tersebut merupakan milik sahabat Ayah mertuaku, ayah suamiku. Selain itu, ini bukan pertama kalinya. Ku lihat Marni cukup cantik untuk gadis desa, perawakan yang kecil namun terlihat tubuh itu memiliki bentuk yang indah. Aku sendiri yakin 2-3 tahun lagi Marni akan tumbuh menjadi gadis yang cantik. Apalagi hari ini dia memakai rok di atas lutut dan baju yang serasi. Mungkin harus ku ajari berdandan pikirku.
Maaf Ndoro Marni jadi ngrepoti!ujar Marni.
Lho kan sudah dibilangin jangan panggil saya Ndoro, panggil saja Mas, Kak, Abang atau Papa juga gapapa.ku dengar obrolan suamiku dan Marni di dalam mobil.
Iya nih Marni sering gitu lho Pa, masa Mama dipanggil Ndoro.ujarku.
Ku perhatikan suamiku dari belakang. Nampak suamiku sesekali melirik paha Marni yang terekspos. Tapi biarlah namanya juga laki-laki.
Tuhkan, dibilangin. Tutur suamiku
Gini aja deh Mar, kita buat kesepakatan gimana kamu mau panggil kami. Gimana Mar?Tanya suamiku.
Iya Mar.aku pun menyetujui.
Mmm....tampak Marni berpikir.
Hingga belokan terakhir menuju rumah kami, kami masih belum mendapat jawaban dari Marni. Sementara suamiku masih fokus menyetir. Memang kami tidak punya sopir jadi suamiku sendiri seringkali menjadi sopir buatku karena memang aku lebih suka duduk di belakang. Sedangkan Marni ku biarkan duduk di sebelah suamiku.
Tiba-tiba Marni berujar,Boleh saya Panggil Pak Wijaya dengan Papa, dan Ibu Revita Mama?
Aku agak terkejut mendengarnya, ku rasa suamiku pun sama karena sempat suamiku menginjak rem mobil.Mungkin Marni masih menyimpan kesedihan karena kehilangan orang tuanya.
Gimana Ma?tanya suamiku.
Boleh sih Pa, lagian kayaknya mama juga pengen cepet punya anak sendiri siapa tahu bisa jadi pancingan.ujarku.
Oke deh kalo begitu.balas suamiku.
Kamu boleh panggil Papa dan Mama ke kita, ya kan Ma.tanya suamiku
Aku mengiyakan dengan isyarat anggukan kepala.
Makasih Ndo,,,, eh Pa makasih Ma.tutur Marni.
Oh iya besok kamu sudah bisa masuk sekolah, Mar.tutur suamiku.
Ma seragamnya sudah adakan?tanya suamiku.
Sudah Pa, sudah Mama mintakan ke sekolah.jawabku
Tidak lama kemudian mobil kami sampai di depan rumah. Suamiku membunyikan klakson mobil yang kemudian di sambut Mbok Imah. Sampai di rumah aku pun bergegas ke kamar Mandi, rasanya gerah lagian juga sudah sore. Ku nyalakan shower. Ku dinginkan kepalaku. Entah apa yang ku pikirkan. Aku rasa suamiku memiliki ketertarikan terhadap Marni. Tapi apa iya?
Ma, mama, papa ikut mandi dong,suamiku tiba-tiba nyelonong ke kamar mandi.
Ih papa nakal.ujarku merajuk manja.
Bagaimana tidak, tiba-tiba suamiku masuk ke kamar mandi dan langsung memelukku dari belakang sementara di bawah sana ku tahu Penis suamiku sudah menegang terjepit diantara sela pahaku.
Aduh cantik bener nih, seksi lagi. Istri siapa sih?rayu suamiku sambil memainkan payudaraku dengan tangannya.
Ah papa, nanti dulu. Kita mandi dulu Pa.cegahku tidak bersungguh-sungguh.
Ah mama kelamaan Ma, Papa udah gak tahan nih.kata suamiku sambil mengangkat satu pahaku sementara tangan yang lain memandu penisnya memasuki vaginaku
dari belakang.
Aku hanya dapat berpegangan pada dinding kamar mandi. Vaginaku memang sudah basah dari tadi. Ku akui aku memang cepat basah.
Bless.penis suamiku masuk ke dalam vaginaku.
Suamiku tidak buru-buru, di diamkan sejenak penis besar itu di dalam vaginaku. Aku semakin bernafsu, nafasku semakin tidak teratur. Tidak berapa lama suamiku mulai memaju mundurkan penisnya. Ditarik- didorong begitu pelan berulang-kali, kemudian semakin cepat dan semakin cepat. Tangan suamiku tidak tinggal diam begitu saja. Sementara penisnya bekerja, payudaraku menjadi sasaran, bibirnya pun ikut menjelajahi leher jenjangku.
ah.....ssh...ah....ah...ah....ah....desahku tak tertahan.
Bersambung
Ah....Ss...desah Marni
Aku sempat kaget ku pikir dia akan terbangun. Namun dugaanku salah. Marni hanya mendesah saja sesekali menggeliat. Pasti dia merasakan nikmat.
Bosan dengan payudara Marni ku geser CD marni ke samping dan hanya dapat ku lihat celah lembab dihiasi bulu halus yang sangat jarang.
Masih perawan rupanya dia.batinku.
Segera ku tempatkan kepala penisku di bibir kemaluan Marni. Pelan-pelan ku gosok-gosokkan kepala kemaluanku di bibir vagina Marni. Hasilnya Marni merintih dan mendesah tertahan. Untung saja Marni masih tertidur kalau tidak apa jadinya.
Ku dorong masuk ke dalam pelan. Ku lihat Marni meringis seperti kesakitan, ku dorong lagi sedikit demi sedikit akhirnya kepala penisku sudah tertanam dalam vagina Marni. Ku rasakan kepala penisku seperti di selimuti cairan. Terangsang juga dia pikirku. Akal sehatku masih menguasaiku. Sehingga aku tak melanjutkan aksiku lebih jauh.
Dengan kepala penis yang sudah dimakan vagina Marni segera ku maju mundurkan penisku hanya sampai kepalanya saja. Rasanya ternyata enak juga. Sang pemilik vagina pun ku rasa merasakan hal yang sama dengan yang ku rasa. 15 Menit aku merasa ada yang mau keluar. Baru kali ini ku rsakan sensasi seperti ini. Serasa memperkosa seorang gadis. Semakin ku percepat sodokanku dan tepat sebelum spermaku menyembur ku tarik penisku dari dalam vagina Marni dan spermaku menyemprot tepat ke perut Marni. Nasib masih dipihakku Marni masih terlelap mungkin karena masih capek jadi dia tetap terlelap. Segera ku bersihkan spermaku di atas perut Marni tapi dengan apa.
Aha...ku ambil kolorku dan segera ku lap spermaku. Ku rapikan kembali BH dan CD Marni kemudian aku keluar dari kamar Marni tanpa memakai celana lagi dengan penuh kepuasan.
Aku berharap malam-malam berikutnya dapat ku rasakan lagi hal seperti ini. Aku segera masuk ke dalam kamar dan kemudian tertidur memeluk istriku.
.......
Semenjak kedatangan Marni suamiku seakan bertambah semangat. Apa yang terjadi padanya. Padahal ku lihat tak sekalipun Marni dan suamiku terlibat dalam sebuah percakapan yang intim/ Aku masih berpikir positif tak tahu apa yang telah dilakukan suamiku. Selama ini aku sangat percaya suamiku adalah orang yang sangat setia dan bertanggung jawab jadi tidak mungkin dia akan menghianatiku. Ah..mungkin dia mendapat hiburan karena sampai sekarang belum diberi momongan aku sendiri juga senang ada teman di rumah. Walau sebenarnya aku juga sibuk mengurus butik-butik ku.
Suamiku semakin sibuk pula dengan pekerjaannya selain bekerja sebagai pegawai pemerintahan orang tua suamiku juga menyuruh suamiku mengurus perkebunan kelapa sawit keluarga mereka. Jadilah suamiku semakin sibuk. Namun, dia tetap memberikan kepuasan batin padaku. Meski ku sadari sepertinya suamiku masih belum puas dengan pelayananku. Aku pun bertekad untuk lebih bisa memuaskan suamiku. Suamiku sendiri kemudian mengubah kamar lantai atas satunya untuk ruang kerja lengkap dengan perpustakaan dan multimedia. Beberapa kali aku lihat ke dalam ruang itu. Wow..suamiku benar-benar gila. Ruang itu benar-benar lengkap kecuali dapur tidak ada. Suamiku pun menyediakan ranjang di kamar itu. Sudahlah aku pikir suamiku ingin bekerja sambil bersantai.
Sudah sebulan lamanya Marni tinggal di rumah kami. Rasanya baru kemarin dia datang ke rumah kami. Hari ini Papa Suamiku bermaksud mendaftarkan Marni ke SMA, maklumlah Marni di desa hanya mampu mengenyam pendidikan hingga SMP saja. Aku bisa paham karena memang kehidupan keluarga Mbok Imah memang serba apa adanya. Untunglah suamiku juga bukan orang pelit. Selain, Marni suamiku punya beberapa anak asuh lainnya.
Pa, papa, jadi mau daftarin Marni sekolah?tanyaku.
Jadilah Ma, kasihan jugakan anak masih umur 16 tahun harus putus sekolah. Seenggaknya sampai SMA lah Ma. Tapi kalau memang Marni punya potensi bias jadi
Papa bantu sampai kuliah.Papar suamiku.
Mama bangga deh sama Papa,sambil ku kecup pipi Suamku.
---
Hari itu kami berdua mengantar Marni mendaftarkan sekolah. Tidak ada proses berbelit-belit karena suamiku termasuk orang yang cukup di kenal di sekolahan Marni mendaftar. Yayasan sekolah tersebut merupakan milik sahabat Ayah mertuaku, ayah suamiku. Selain itu, ini bukan pertama kalinya. Ku lihat Marni cukup cantik untuk gadis desa, perawakan yang kecil namun terlihat tubuh itu memiliki bentuk yang indah. Aku sendiri yakin 2-3 tahun lagi Marni akan tumbuh menjadi gadis yang cantik. Apalagi hari ini dia memakai rok di atas lutut dan baju yang serasi. Mungkin harus ku ajari berdandan pikirku.
Maaf Ndoro Marni jadi ngrepoti!ujar Marni.
Lho kan sudah dibilangin jangan panggil saya Ndoro, panggil saja Mas, Kak, Abang atau Papa juga gapapa.ku dengar obrolan suamiku dan Marni di dalam mobil.
Iya nih Marni sering gitu lho Pa, masa Mama dipanggil Ndoro.ujarku.
Ku perhatikan suamiku dari belakang. Nampak suamiku sesekali melirik paha Marni yang terekspos. Tapi biarlah namanya juga laki-laki.
Tuhkan, dibilangin. Tutur suamiku
Gini aja deh Mar, kita buat kesepakatan gimana kamu mau panggil kami. Gimana Mar?Tanya suamiku.
Iya Mar.aku pun menyetujui.
Mmm....tampak Marni berpikir.
Hingga belokan terakhir menuju rumah kami, kami masih belum mendapat jawaban dari Marni. Sementara suamiku masih fokus menyetir. Memang kami tidak punya sopir jadi suamiku sendiri seringkali menjadi sopir buatku karena memang aku lebih suka duduk di belakang. Sedangkan Marni ku biarkan duduk di sebelah suamiku.
Tiba-tiba Marni berujar,Boleh saya Panggil Pak Wijaya dengan Papa, dan Ibu Revita Mama?
Aku agak terkejut mendengarnya, ku rasa suamiku pun sama karena sempat suamiku menginjak rem mobil.Mungkin Marni masih menyimpan kesedihan karena kehilangan orang tuanya.
Gimana Ma?tanya suamiku.
Boleh sih Pa, lagian kayaknya mama juga pengen cepet punya anak sendiri siapa tahu bisa jadi pancingan.ujarku.
Oke deh kalo begitu.balas suamiku.
Kamu boleh panggil Papa dan Mama ke kita, ya kan Ma.tanya suamiku
Aku mengiyakan dengan isyarat anggukan kepala.
Makasih Ndo,,,, eh Pa makasih Ma.tutur Marni.
Oh iya besok kamu sudah bisa masuk sekolah, Mar.tutur suamiku.
Ma seragamnya sudah adakan?tanya suamiku.
Sudah Pa, sudah Mama mintakan ke sekolah.jawabku
Tidak lama kemudian mobil kami sampai di depan rumah. Suamiku membunyikan klakson mobil yang kemudian di sambut Mbok Imah. Sampai di rumah aku pun bergegas ke kamar Mandi, rasanya gerah lagian juga sudah sore. Ku nyalakan shower. Ku dinginkan kepalaku. Entah apa yang ku pikirkan. Aku rasa suamiku memiliki ketertarikan terhadap Marni. Tapi apa iya?
Ma, mama, papa ikut mandi dong,suamiku tiba-tiba nyelonong ke kamar mandi.
Ih papa nakal.ujarku merajuk manja.
Bagaimana tidak, tiba-tiba suamiku masuk ke kamar mandi dan langsung memelukku dari belakang sementara di bawah sana ku tahu Penis suamiku sudah menegang terjepit diantara sela pahaku.
Aduh cantik bener nih, seksi lagi. Istri siapa sih?rayu suamiku sambil memainkan payudaraku dengan tangannya.
Ah papa, nanti dulu. Kita mandi dulu Pa.cegahku tidak bersungguh-sungguh.
Ah mama kelamaan Ma, Papa udah gak tahan nih.kata suamiku sambil mengangkat satu pahaku sementara tangan yang lain memandu penisnya memasuki vaginaku
dari belakang.
Aku hanya dapat berpegangan pada dinding kamar mandi. Vaginaku memang sudah basah dari tadi. Ku akui aku memang cepat basah.
Bless.penis suamiku masuk ke dalam vaginaku.
Suamiku tidak buru-buru, di diamkan sejenak penis besar itu di dalam vaginaku. Aku semakin bernafsu, nafasku semakin tidak teratur. Tidak berapa lama suamiku mulai memaju mundurkan penisnya. Ditarik- didorong begitu pelan berulang-kali, kemudian semakin cepat dan semakin cepat. Tangan suamiku tidak tinggal diam begitu saja. Sementara penisnya bekerja, payudaraku menjadi sasaran, bibirnya pun ikut menjelajahi leher jenjangku.
ah.....ssh...ah....ah...ah....ah....desahku tak tertahan.
Bersambung
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved