Bab 15 Kebohongan Pertama

by Rachel Kim 00:51,Mar 01,2024
“Park Ae Ra, kenapa kamu tidak menjawab pertanyaanku? Apa pertanyaanku sesulit itu untuk kamu jawab?” tanya Ji Hwan tegas.
Ketegasan yang muncul di saat tertentu. Saat Ji Hwan merasa Aura menyembunyikan sesuatu darinya. Entah apa. Dan itulah yang ingin Ji Hwan cari tahu!
Axel memandang Aura dengan cemas, ingin membantu tapi tidak mungkin. Bukankah jika begitu nanti Ji Hwan akan semakin curiga? Alasan itulah yang membuat Axel terpaksa diam meski tidak tega melihat raut wajah Aura yang tampak frustasi.
“Well, aku menginap di hotel selama beberapa hari ini,” dusta Aura setelah diam sejenak.
“Hotel? Tapi kenapa? Ada apa dengan rumahmu?”
“Aku perlu suasana baru, Oppa!”
“Suasana baru?”
“Hmm… aku perlu suasana baru, siapa tau dengan begitu bisa membuatku mendapat inspirasi untuk menciptakan lagu kan?”
Jawaban Aura membuat Ji Hwan terdiam sejenak. Menimbang-nimbang. Bingung harus percaya atau tidak pada penyanyi asuhannya ini.
“Benarkah hanya karena hal itu? Tidak ada alasan lain?” tanya Ji Hwan memastikan yang dijawab anggukan tegas Aura.
“Tentu saja! Apa selama ini aku pernah membohongimu? Tidak kan?”
Memang tidak, bertahun-tahun mengenal Aura, Ji Hwan tidak pernah menemukan gadis itu berbohong padanya. Tidak sekalipun.
Tidak heran kalau Ji Hwan begitu mempercayai Aura selama ini. Tapi entah kenapa Ji Hwan masih merasa aneh, seperti ada sesuatu yang mengganjal di hatinya, karena tidak biasanya Aura sampai rela menginap di hotel. Padahal biasanya gadis itu lebih memilih tinggal di rumah walau ditawari menginap di hotel semahal dan semewah apapun!
Tidak heran kalau Ji Hwan curiga dengan jawaban Aura! Tapi kali ini Ji Hwan tidak memiliki pilihan lain selain percaya pada ucapan Aura. Siapa tau memang karena alasan itu kan?
Ji Hwan sadar siapapun butuh suasana baru jika sedang jenuh akan suatu hal dan mungkin kali ini hal itulah yang dialami oleh Aura! Pandangan Ji Hwan beralih menatap Axel yang sedari tadi hanya diam memperhatikan interaksi antara Aura dengan Ji Hwan.
“Apa benar Ae Ra menginap di hotel?”
“Benar.”
“Lalu kenapa kamu tidak melaporkannya padaku?” tanya Ji Hwan dongkol membuat Axel meringis. Serba salah. Dirinya harus jawab apa?
“Aku yang melarangnya, Oppa. Aku bilang tidak ingin diganggu oleh siapapun. Aku perlu waktu sendiri setelah dipusingkan dengan urusan konser!” jawab Aura cepat, tidak ingin Axel salah memberikan jawaban. Bisa gawat nanti!
Ji Hwan mendengus, menyerah setelah mendengar jawaban Aura.
“Baiklah, aku tidak akan memperpanjang masalah ini lagi, tapi lain kali jangan pernah menyembunyikan apapun dariku, okay? Aku tidak ingin ada masalah! Ingat, imagemu selama ini adalah artis yang polos dan selamanya akan terus seperti itu, jadi jangan mengotorinya dengan skandal sekecil apapun, paham?” tanya Ji Hwan memperingatkan membuat Aura mengangguk cepat meski dalam hati kebat kebit khawatir.
“Paham, Oppa. Aku janji tidak akan menyembunyikan apapun lagi darimu,” dusta Aura meski dalam hati sedang meminta maaf berulang kali karena pada kenyataannya saat ini pun Aura sedang menyembunyikan kebenaran kalau dirinya dan Axel pernah tidur bersama, bahkan sekarang tinggal seatap! Kacau!
“Baiklah, aku tidak akan mengganggumu lagi. Lakukan apapun yang kamu inginkan.”
“Thank you, Oppa!” Aura baru dapat menghela nafas lega saat Ji Hwan sudah keluar dari ruangan, begitu juga dengan Axel. Namun kelegaan Axel tidak berlangsung lama karena Aura mencecarnya dengan berbagai macam pertanyaan. Atau sindiran? Entahlah!
“Kamu dengar ucapan managerku tadi kan? Aku tidak boleh menciptakan skandal sekecil apapun atau karierku akan hancur dalam sekejap mata! Dan kamu malah memaksaku untuk tinggal seatap denganmu! Keterlaluan!” ketus Aura membuat Axel meringis.
“Saya melakukan itu karena ada alasannya.”
“Tetap saja itu akan menyulitkanku jika ketauan oleh publik!”
“Kita tidak akan ketahuan jika bersikap hati-hati!” balas Axel yakin membuat Aura hanya bisa memijat keningnya yang terasa pusing.
Ketukan pelan di pintu membuat Aura menoleh dan muncullah wajah Angela Choi, rekan satu agencynya, hanya saja Angela lebih fokus ke dunia acting, bukan tarik suara seperti yang Aura lakukan.
“Ae Ra-ya, bukankah kamu sedang liburan? Kenapa kembali secepat ini?” tanya Angela, pertanyaan yang sama seperti yang diajukan oleh Ji Hwan atau bahkan mungkin oleh semua orang yang mengetahui rencana awalnya namun harus pupus karena pria menyebalkan yang bernama Axel!
“Entahlah, aku hanya merasa bosan setelah terbiasa disibukkan oleh segala macam pekerjaan,” balas Aura sambil mengulas sebuah senyum tipis. Senyum sopan.
“Ahh, penyanyi terkenal memang beda! Tidak heran kamu begitu sukses di usia semuda ini!” puji Angela, entah tulus atau tidak.
“Bukankah lebih sukses kamu? Aku dengar banyak tawaran yang masuk agar kamu menjadi pemeran utama wanita. Selamat ya,” ucap Aura tulus.
“Kamu bisa saja. Memang ada beberapa tawaran yang masuk, tapi aku sedang mempertimbangkannya,” balas Angela dengan wajah bangga.
Aura mengangguk, bingung harus menjawab apa. Sejujurnya Aura tidak terlalu dekat dengan Angela, bahkan bisa dibilang Aura tidak terlalu dekat dengan siapapun kecuali dengan manager dan bodyguardnya.
Ralat, bodyguard lamanya, Max. Bukan Axel!
Bukannya apa, tapi Aura tidak ingin mengambil resiko. Dalam dunia entertainment bukankah banyak tipu muslihat? Yang terlihat baik di depan matanya belum tentu benar-benar tulus, jadi Aura hanya ingin melindungi dirinya sendiri.
Tidak heran kalau Aura selalu menjaga jarak dengan rekan sesama artis, siapapun itu.
Aura tidak ingin mengambil resiko yang mungkin saja bisa menghancurkan kariernya di kemudian hari. Jika temannya membuat masalah, Aura yang tidak tau apapun bisa saja langsung terseret! Dan Aura tidak mau hal itu terjadi. Amit-amit. Jangan sampai!
Pikiran Aura yang sempat teralihkan kembali saat mendengar Angela bicara.
“Oh, apakah ini pengganti Max? Bodyguard barumu?” tanya Angela sambil menatap penuh minat ke arah Axel yang tampak gagah dalam balutan jas hitamnya.
“Ya betul. Namanya Axel Xavier.”
Dahi Angela mengernyit saat mendengar nama Axel, otaknya seolah familiar dengan nama itu. Xavier. Kenapa terdengar tidak asing? Dimana Angela pernah mendengarnya? Sayang dirinya lupa! Kemampuannya dalam mengingat memang payah, bahkan untuk dialog adegan pun sering diulang karena apa yang sudah dihafalnya mendadak buyar!
“Tampan. Apa kamu tidak akan tergoda dengan pria setampan ini?” goda Angela membuat Aura meringis. Tergoda dengan pria menyebalkan seperti Axel? Sepertinya hal itu tidak mungkin terjadi sampai kapanpun!
“Bukankah Max jauh lebih tampan?” balas Aura cuek.
“Aku pikir Axel lebih tampan daripada Max,” bantah Angela.
“Kalau gitu kita beda selera!” ucap Aura menutup perdebatan, tidak ingin memperpanjang perdebatan tidak penting. Apalagi tentang Axel!
Angela yang sadar kalau Aura tidak terlalu merespon godaannya akhirnya menyerah.
“Baiklah, aku tidak akan mengganggu waktu kerjamu lagi,” putus Angela dan berlalu pergi meninggalkan ruangan Aura.
Angela menatap pintu di belakangnya yang belum tertutup rapat, raut wajahnya tampak kesal karena Aura terlihat begitu dingin dan angkuh untuk didekati!
‘Lihat saja nanti, aku yakin kalau aku bisa merebut popularitas yang sekarang sedang kamu nikmati! Dan jika hal itu terjadi, maka keangkuhanmu akan berganti dengan tangisan! Tunggu saja!’ batin Angela.

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

163