Bab 7 Jovines Luardi
by Hendrick
16:38,Feb 02,2024
Kota Bandung.
Grup Hartono.
"Ayah, ini buruk, sesuatu terjadi pada Grup Hardjo."
Jessy melihat ekspresi Lukas Hartono yang rumit.
"Apa yang terjadi dengan Grup Hardjo?"
Lukas langsung bertanya.
"Ya, ayah Kayla meninggal mendadak."
Saat Jessy sedang berbicara, dia teringat dengan perkataan Dicky di Rumah Sakit Yakata.
"Bagaimana Breman meninggal?"
Lukas tidak percaya.
Laporan otopsi mengatakan kematiannya karena oleh flu ... kata Jessy dengan lemas.
"Flu?"
Lukas terdiam.
Karena dia ingat.
Saat di Rumah Sakit Yakata kemarin, Jacky sudah menyembuhkan Direktur Breman. Kalau begitu ... bagaimana mungkin Direktur Breman meninggal karena flu?"
"Ayah, apa menurutmu kita benar-benar bertemu dengan dokter ajaib?"
Setelah terdiam sejenak, Jessy tiba-tiba merasa sedikit bersyukur, "Mungkin Paman Breman bukan terkena flu, tapi ... racun dingin yang masuk ke tubuhnya."
"Ini ..."
Lukas berpikir sebentar, kemudian berkata, "Jessy, ayo pergi, ikut aku ke rumah sakit untuk pemeriksaan."
Setelah mendapat laporan pemeriksaan dari pihak rumah sakit.
Lukas dan Jessy pun terkejut.
Karena kini penyakit flu pada Lukas sudah benar-benar hilang.
"Ayah, ini dokter ajaib! Kita benar-benar bertemu dengan dokter ajaib!"
Jessy berkata dengan penuh semangat, "Aku sudah tahu kalau penglihatanku tidak akan salah. Konyol sekali Kayla bilang kalau aku bertemu dengan pembohong! Ayahnya pantas mendapatkannya ..."
"Sudah, jangan sombong."
Lukas menasehati putrinya dengan serius. Tapi dia juga berpikir, bagaimana cara berteman dengan dokter ajaib seperti Dicky?
…
Di tempat lain.
Saat Dicky datang ke Rumah Sakit Yakata.
Istrinya, Stella dan Jennie sudah pergi.
Setelah menghabiskan dua ratus ribu yuan untuk membeli Teratai Awan Ungu, Dicky pun pulang ke rumah untuk menyembuhkan kaki istrinya.
Tapi kali ini.
Ada keributan muncul di Rumah Sakit Yakata.
"Jacky Dongga! Kamu dukun!"
"Bukannya kamu bilang bisa menyembuhkan ayahku? Tapi mengapa! Dia bisa meninggal karena flu?"
"Jacky Dongga! Keluar!"
Teriakan wanita itu pun perlahan menjadi kencang.
Hah?
Dicky melihat ke samping dan mengikutinya untuk melihat Kayla, yang sedang berkabung dan berlutut di depan pintu rumah sakit sambil berteriak.
"Eh, kalau tahu hari ini seperti ini, mengapa aku melakukannya?"
Dicky menghela nafas dan ingin berbalik, tapi Kayla melihatnya.
"Tunggu! Berhenti!"
Kayla berlari kencang untuk menghentikan Dicky, "Mengapa kamu tidak menyelamatkan ayahku? Kenapa?!"
"Kamu tidak mempercayaiku, bagaimana aku bisa menyembuhkan?"
Dicky dengan tenang bertanya, "Di matamu, bukannya aku pembohonh?"
"Aku ..."
Kayla ingin berbicara tapi tidak bisa membantahnya, pada akhirnya, dia hanya bisa berjongkok di lantai dengan putus asa.
Dia sangat menyesal.
Dia juga kesal.
Sayang sekali ...
Tidak ada obat penyesalan di dunia.
…
Setengah jam kemudian.
Dicky kembali ke rumah istrinya.
"Dicky, kamu sudah kembali."
Stella melihat Dicky dengan lembut, "Kemarahan ibu dan aku sudah hilang, dia juga membeli daging iga, malam ini kita akan makan iga."
"Heh , tulang iga itu bukan untuk Dicky!"
Jennie berkata dengan tidak ramah, "Dicky, keluarga kami tidak mengurus orang menganggur, kamu sudah menikah dengan Stella, kapan kamu ingin mencari pekerjaan? Bukannya kamu selalu bilang kalau tahu keterampilan medis? Apa jangan-jangan, kamu ingin putriku merawatmu seumur hidup?"
"Aku ..."
Dicky ingin bilang kalau akan pergi mencari pekerjaan besok, tetapi tiba-tiba telepon Stella berbunyi, "Apa?! Apa Bibi Ketiga terluka parah? Oke, aku mengerti, kita akan segera ke sana."
Stella buru-buru beritahu Jennie setelah menutup telepon, "Bu, bibi ketiga mengalami kecelakaan mobil."
"Bibi ketiga? Jovines Luardi? Bukannya dia di luar negeri?"
Jennie tercengang.
"Bibi ketiga sudah pulang sama kakak sepupu hari ini, tapi akhirnya ..." Stella sambil berbicara, sambil memakai pakaian, "Dicky, kamu juga pergi ke rumah sakit bersama. Bibi ketiga dulu yang merawatku saat kecil, sekarang dia mengalami kecelakaan mobil, kita harus menjenguknya."
"Oke."
Saat mereka sampai di Rumah Sakit Bandung.
Semua orang di Keluarga Luardi sudah berkumpul di sekitar ranjang rumah sakit dengan sedih.
"Bu, apa kata dokter? Apa kakiku … masih bisa disembuhkan?"
Di ranjang rumah sakit, wanita berpakaian cheongsam dengan patah tulang di kedua kakinya melihat Nyonya Besar Luardi, suaranya pun lemas, "Aku tidak ingin hidup di kursi roda selama sisa hidupku, aku tidak mau menjadi cacat."
"Jovines, dokter bilang padaku kalau kakimu ... cacat total, mereka tidak bisa menyembuhkannya kecuali kamu menggunakan kaki palsu."
Nyonya Besar Luardi melihat putrinya yang lumpuh dengan sangat sedih.
Awalnya hari ini adalah hari reuni keluarga.
Tapi tidak menyangka...
"Kaki palsu? Tidak! Aku tidak perlu kaki palsu! Aku hanya ingin jadi orang normal, aku tidak butuh kaki palsu ..."
Jovines mulai menangis saat berbicara.
Melihat hal ini, Stella pun merasa simpati, sebagai orang cacat, dia mengerti keputusasaan Jovines saat ini.
"Sebenarnya selain kaki palsu, ada cara lain untuk menyembuhkan Bibi Jovines."
Dicky yang selama ini diam tiba-tiba membuka suara.
"Dicky! Apa hubungannya denganmu? Siapa yang menyuruhmu berbicara banyak?"
Gina menatap Dicky dengan tidak puas.
"Dia adalah?"
Keluarga Jovines belum pernah melihat Dicky sebelumnya, jadi mereka melihatnya dengan penasaran.
"Bibi ketiga, dia adalah suami Stella, Dicky Susanto, seorang udik dari pegunungan."
Gina berkata dengan santai, tidak menyebutkan kalau dirinya dan Dicky pernah bertunangan.
"Suami Stella?"
Jovines melihat Dicky dengan penuh harap, "Dicky, barusan kamu bilang ada cara lain untuk menyembuhkanku, cara apa yang kamu maksud?"
"Ini."
Dicky mengeluarkan Teratai Awan Ungu yang dibelinya dari Rumah Sakit Yakata.
Teratai Awan Ungu tidak hanya bisa menyembuhkan serangga beracun, tapi bisa juga menyembuhkan segala cacat dan patah tulang.
"Kamu bilang bunga teratai ini bisa menyembuhkan kakiku?" Jovines tertegun.
Dan detik berikutnya.
Gina tertawa terbahak-bahak, "Dicky, kamu ingin membuat lelucon lagi? Aku menyuruhmu mengobati Stella sebelumnya, tetapi kamu tidak bisa. Sekarang kamu ingin berbohong kepada bibi ketigaku? Kamu saja tidak punya sertifikat kualifikasi medis, apa kamu bisa berhenti?"
"Dicky, cukup!"
"Ini adalah rumah sakit, bukan tempat bagimu untuk pamer."
Anggota keluarga Luardi lainnya juga memarahinya.
Saat dia tahu Dicky tidak punya sertifikat kualifikasi medis, harapan di wajah Jovines pun berubah, "Dicky! Kamu sengaja membuatku jijik, ya? Siapa yang menggunakan bunga teratai untuk mengobati cacat?"
"Bunga teratai ini benar-benar bisa menyembuhkan kecacatan. Kenapa kamu tidak mencoba mengobati istrimu? Apa kamu menggunakan aku sebagai kelinci percobaan?"
"Dan kamu, Stella, apa saking tidak ada yang menerimamu, kamu menikah dengan pembnohong? Apa tidak ada laki-laki yang tersisa di Kota Bandung?"
Menghadapi Jovines yang agresif, Stella pun menjawab, "Bibi ketiga! Dicky bukan pembohong! Dia, dia mengatakan itu, mungkin dia ingin menghiburmu dengan niat baik ..."
Dan pada saat ini.
Setelah melihat teratai di tangan Dicky, Stella pun mengerti kalau Dicky memang tidak mengerti keterampilan medis, dia bilang bisa menyembuhkannya, tapi sepertinya hanya kalimat simpati.
Karena, kalau Dicky benar-benar seorang dokter yang sangat hebat, bagaimana mungkin dia menikahi wanita cacat?
"Aku tidak butuh penghiburannya! Dia tidak memenuhi syarat untuk menghiburku!" Kata Jovines dengan dingin.
"Dicky, singkirkan bunga terataimu. Kenapa kamu harus datang ke kota untuk mempermalukan dirimu sendiri? Kamu jelas-jelas tidak mengerti pengobatan, kenapa masih berpura-pura?"
Gina tertawa dengan aneh.
"Siapa bilang aku tidak tahu cara menyembuhkan? Aku akan menyembuhkan Stella sekarang, agar kamu tidak meremehkan orang lain lagi!"
Dicky menghancurkan Teratai Awan Ungu di tangannya.
Tik tok, tik tok.
Air teratai jatuh dan di tampung Dicky di dalam cangkir kristal.
Dengan cepat.
Dicky mengisi kedua gelas kristal itu dengan air teratai, di saat yang sama, Teratai Awan Ungu di tangannya juga mulai layu karena air teratainya sudah habis.
"Dicky, bukannya kamu ingin menyembuhkan kaki Stella? Mengapa malah bermain dengan dengan teratai? Mamu merasa bersalah?"
Melihat tindakan Dicky, Gina mencibir lagi, "Kamu bilang aku meremehkan orang lain? Apa kamu berbohong kalau kamu tidak punya kemampuan? Apa gunanya hanya bisa menembakkan anak panah, kalau kamu adalah juara memanah nasional, kamu juga tidak bisa melebihiku!"
Dicky mengabaikan Gina dan menuangkan air teratai dari salah satu gelas ke pangkuan Stella.
Melakukan semuanya.
Dicky meletakkan cangkir kristal lain di depan Jovines, "Bibi Jovines, karena kamu merawat Stella dari kecil, aku akan memberimu secangkir air teratai ini. Ini bisa menyembuhkan cedera kakimu, ingin digunakan atau tidak ..."
Bang.
Sebelum Dicky selesai bicara, Jovines melemparkan cangkir kristal itu ke lantai, cangkir kristal itu pun hancur berkeping-keping, dan air teratai serta pecahan kaca berserakan di lantai. "Barang omong kosong ini bisa menyembuhkan cacat? Apa kamu menganggap aku dan Stella tidak memiliki otak?"
…
Grup Hartono.
"Ayah, ini buruk, sesuatu terjadi pada Grup Hardjo."
Jessy melihat ekspresi Lukas Hartono yang rumit.
"Apa yang terjadi dengan Grup Hardjo?"
Lukas langsung bertanya.
"Ya, ayah Kayla meninggal mendadak."
Saat Jessy sedang berbicara, dia teringat dengan perkataan Dicky di Rumah Sakit Yakata.
"Bagaimana Breman meninggal?"
Lukas tidak percaya.
Laporan otopsi mengatakan kematiannya karena oleh flu ... kata Jessy dengan lemas.
"Flu?"
Lukas terdiam.
Karena dia ingat.
Saat di Rumah Sakit Yakata kemarin, Jacky sudah menyembuhkan Direktur Breman. Kalau begitu ... bagaimana mungkin Direktur Breman meninggal karena flu?"
"Ayah, apa menurutmu kita benar-benar bertemu dengan dokter ajaib?"
Setelah terdiam sejenak, Jessy tiba-tiba merasa sedikit bersyukur, "Mungkin Paman Breman bukan terkena flu, tapi ... racun dingin yang masuk ke tubuhnya."
"Ini ..."
Lukas berpikir sebentar, kemudian berkata, "Jessy, ayo pergi, ikut aku ke rumah sakit untuk pemeriksaan."
Setelah mendapat laporan pemeriksaan dari pihak rumah sakit.
Lukas dan Jessy pun terkejut.
Karena kini penyakit flu pada Lukas sudah benar-benar hilang.
"Ayah, ini dokter ajaib! Kita benar-benar bertemu dengan dokter ajaib!"
Jessy berkata dengan penuh semangat, "Aku sudah tahu kalau penglihatanku tidak akan salah. Konyol sekali Kayla bilang kalau aku bertemu dengan pembohong! Ayahnya pantas mendapatkannya ..."
"Sudah, jangan sombong."
Lukas menasehati putrinya dengan serius. Tapi dia juga berpikir, bagaimana cara berteman dengan dokter ajaib seperti Dicky?
…
Di tempat lain.
Saat Dicky datang ke Rumah Sakit Yakata.
Istrinya, Stella dan Jennie sudah pergi.
Setelah menghabiskan dua ratus ribu yuan untuk membeli Teratai Awan Ungu, Dicky pun pulang ke rumah untuk menyembuhkan kaki istrinya.
Tapi kali ini.
Ada keributan muncul di Rumah Sakit Yakata.
"Jacky Dongga! Kamu dukun!"
"Bukannya kamu bilang bisa menyembuhkan ayahku? Tapi mengapa! Dia bisa meninggal karena flu?"
"Jacky Dongga! Keluar!"
Teriakan wanita itu pun perlahan menjadi kencang.
Hah?
Dicky melihat ke samping dan mengikutinya untuk melihat Kayla, yang sedang berkabung dan berlutut di depan pintu rumah sakit sambil berteriak.
"Eh, kalau tahu hari ini seperti ini, mengapa aku melakukannya?"
Dicky menghela nafas dan ingin berbalik, tapi Kayla melihatnya.
"Tunggu! Berhenti!"
Kayla berlari kencang untuk menghentikan Dicky, "Mengapa kamu tidak menyelamatkan ayahku? Kenapa?!"
"Kamu tidak mempercayaiku, bagaimana aku bisa menyembuhkan?"
Dicky dengan tenang bertanya, "Di matamu, bukannya aku pembohonh?"
"Aku ..."
Kayla ingin berbicara tapi tidak bisa membantahnya, pada akhirnya, dia hanya bisa berjongkok di lantai dengan putus asa.
Dia sangat menyesal.
Dia juga kesal.
Sayang sekali ...
Tidak ada obat penyesalan di dunia.
…
Setengah jam kemudian.
Dicky kembali ke rumah istrinya.
"Dicky, kamu sudah kembali."
Stella melihat Dicky dengan lembut, "Kemarahan ibu dan aku sudah hilang, dia juga membeli daging iga, malam ini kita akan makan iga."
"Heh , tulang iga itu bukan untuk Dicky!"
Jennie berkata dengan tidak ramah, "Dicky, keluarga kami tidak mengurus orang menganggur, kamu sudah menikah dengan Stella, kapan kamu ingin mencari pekerjaan? Bukannya kamu selalu bilang kalau tahu keterampilan medis? Apa jangan-jangan, kamu ingin putriku merawatmu seumur hidup?"
"Aku ..."
Dicky ingin bilang kalau akan pergi mencari pekerjaan besok, tetapi tiba-tiba telepon Stella berbunyi, "Apa?! Apa Bibi Ketiga terluka parah? Oke, aku mengerti, kita akan segera ke sana."
Stella buru-buru beritahu Jennie setelah menutup telepon, "Bu, bibi ketiga mengalami kecelakaan mobil."
"Bibi ketiga? Jovines Luardi? Bukannya dia di luar negeri?"
Jennie tercengang.
"Bibi ketiga sudah pulang sama kakak sepupu hari ini, tapi akhirnya ..." Stella sambil berbicara, sambil memakai pakaian, "Dicky, kamu juga pergi ke rumah sakit bersama. Bibi ketiga dulu yang merawatku saat kecil, sekarang dia mengalami kecelakaan mobil, kita harus menjenguknya."
"Oke."
Saat mereka sampai di Rumah Sakit Bandung.
Semua orang di Keluarga Luardi sudah berkumpul di sekitar ranjang rumah sakit dengan sedih.
"Bu, apa kata dokter? Apa kakiku … masih bisa disembuhkan?"
Di ranjang rumah sakit, wanita berpakaian cheongsam dengan patah tulang di kedua kakinya melihat Nyonya Besar Luardi, suaranya pun lemas, "Aku tidak ingin hidup di kursi roda selama sisa hidupku, aku tidak mau menjadi cacat."
"Jovines, dokter bilang padaku kalau kakimu ... cacat total, mereka tidak bisa menyembuhkannya kecuali kamu menggunakan kaki palsu."
Nyonya Besar Luardi melihat putrinya yang lumpuh dengan sangat sedih.
Awalnya hari ini adalah hari reuni keluarga.
Tapi tidak menyangka...
"Kaki palsu? Tidak! Aku tidak perlu kaki palsu! Aku hanya ingin jadi orang normal, aku tidak butuh kaki palsu ..."
Jovines mulai menangis saat berbicara.
Melihat hal ini, Stella pun merasa simpati, sebagai orang cacat, dia mengerti keputusasaan Jovines saat ini.
"Sebenarnya selain kaki palsu, ada cara lain untuk menyembuhkan Bibi Jovines."
Dicky yang selama ini diam tiba-tiba membuka suara.
"Dicky! Apa hubungannya denganmu? Siapa yang menyuruhmu berbicara banyak?"
Gina menatap Dicky dengan tidak puas.
"Dia adalah?"
Keluarga Jovines belum pernah melihat Dicky sebelumnya, jadi mereka melihatnya dengan penasaran.
"Bibi ketiga, dia adalah suami Stella, Dicky Susanto, seorang udik dari pegunungan."
Gina berkata dengan santai, tidak menyebutkan kalau dirinya dan Dicky pernah bertunangan.
"Suami Stella?"
Jovines melihat Dicky dengan penuh harap, "Dicky, barusan kamu bilang ada cara lain untuk menyembuhkanku, cara apa yang kamu maksud?"
"Ini."
Dicky mengeluarkan Teratai Awan Ungu yang dibelinya dari Rumah Sakit Yakata.
Teratai Awan Ungu tidak hanya bisa menyembuhkan serangga beracun, tapi bisa juga menyembuhkan segala cacat dan patah tulang.
"Kamu bilang bunga teratai ini bisa menyembuhkan kakiku?" Jovines tertegun.
Dan detik berikutnya.
Gina tertawa terbahak-bahak, "Dicky, kamu ingin membuat lelucon lagi? Aku menyuruhmu mengobati Stella sebelumnya, tetapi kamu tidak bisa. Sekarang kamu ingin berbohong kepada bibi ketigaku? Kamu saja tidak punya sertifikat kualifikasi medis, apa kamu bisa berhenti?"
"Dicky, cukup!"
"Ini adalah rumah sakit, bukan tempat bagimu untuk pamer."
Anggota keluarga Luardi lainnya juga memarahinya.
Saat dia tahu Dicky tidak punya sertifikat kualifikasi medis, harapan di wajah Jovines pun berubah, "Dicky! Kamu sengaja membuatku jijik, ya? Siapa yang menggunakan bunga teratai untuk mengobati cacat?"
"Bunga teratai ini benar-benar bisa menyembuhkan kecacatan. Kenapa kamu tidak mencoba mengobati istrimu? Apa kamu menggunakan aku sebagai kelinci percobaan?"
"Dan kamu, Stella, apa saking tidak ada yang menerimamu, kamu menikah dengan pembnohong? Apa tidak ada laki-laki yang tersisa di Kota Bandung?"
Menghadapi Jovines yang agresif, Stella pun menjawab, "Bibi ketiga! Dicky bukan pembohong! Dia, dia mengatakan itu, mungkin dia ingin menghiburmu dengan niat baik ..."
Dan pada saat ini.
Setelah melihat teratai di tangan Dicky, Stella pun mengerti kalau Dicky memang tidak mengerti keterampilan medis, dia bilang bisa menyembuhkannya, tapi sepertinya hanya kalimat simpati.
Karena, kalau Dicky benar-benar seorang dokter yang sangat hebat, bagaimana mungkin dia menikahi wanita cacat?
"Aku tidak butuh penghiburannya! Dia tidak memenuhi syarat untuk menghiburku!" Kata Jovines dengan dingin.
"Dicky, singkirkan bunga terataimu. Kenapa kamu harus datang ke kota untuk mempermalukan dirimu sendiri? Kamu jelas-jelas tidak mengerti pengobatan, kenapa masih berpura-pura?"
Gina tertawa dengan aneh.
"Siapa bilang aku tidak tahu cara menyembuhkan? Aku akan menyembuhkan Stella sekarang, agar kamu tidak meremehkan orang lain lagi!"
Dicky menghancurkan Teratai Awan Ungu di tangannya.
Tik tok, tik tok.
Air teratai jatuh dan di tampung Dicky di dalam cangkir kristal.
Dengan cepat.
Dicky mengisi kedua gelas kristal itu dengan air teratai, di saat yang sama, Teratai Awan Ungu di tangannya juga mulai layu karena air teratainya sudah habis.
"Dicky, bukannya kamu ingin menyembuhkan kaki Stella? Mengapa malah bermain dengan dengan teratai? Mamu merasa bersalah?"
Melihat tindakan Dicky, Gina mencibir lagi, "Kamu bilang aku meremehkan orang lain? Apa kamu berbohong kalau kamu tidak punya kemampuan? Apa gunanya hanya bisa menembakkan anak panah, kalau kamu adalah juara memanah nasional, kamu juga tidak bisa melebihiku!"
Dicky mengabaikan Gina dan menuangkan air teratai dari salah satu gelas ke pangkuan Stella.
Melakukan semuanya.
Dicky meletakkan cangkir kristal lain di depan Jovines, "Bibi Jovines, karena kamu merawat Stella dari kecil, aku akan memberimu secangkir air teratai ini. Ini bisa menyembuhkan cedera kakimu, ingin digunakan atau tidak ..."
Bang.
Sebelum Dicky selesai bicara, Jovines melemparkan cangkir kristal itu ke lantai, cangkir kristal itu pun hancur berkeping-keping, dan air teratai serta pecahan kaca berserakan di lantai. "Barang omong kosong ini bisa menyembuhkan cacat? Apa kamu menganggap aku dan Stella tidak memiliki otak?"
…
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved