Bab 5 Geraldi Cahyadi
by Hendrick
16:38,Feb 02,2024
"Dicky, diamlah! Kamu tidak mengerti kedokteran, bicara apa kamu?"
Jennie sangat marah melihat Dicky memberikan nasihat pada Jacky, "Dokter Dongga adalah dokter pengobatan Tiongkok nomor satu di Kota Bandung. Di depannya, kualifikasi apa yang kamu punya untuk memamerkan keterampilan medismu? Berapa banyak buku kedokteran yang sudah kamu baca?"
"Bu, Dicky hanya ..."
"Kamu diam." Jennie memelototi putrinya, "Apa kamu tahu kalau bicara omong kosong di rumah sakit bisa membunuh orang?"
Dicky tidak membantah tuduhan Jennie, hanya berkata sendiri, "Racun dingin yang masuk ke dalam tubuh sebagian besar dimanifestasikan sebagai kehilangan nafsu makan dan mimpi yang berlebihan. Terutama pada tengah malam, akan ada rasa sakit di tiga inci perut bagian bawah, disertai dengan ..."
"Cukup!"
Sebelum Dicky berbicara lagi, Kayla yang ada di sampingnya menyela, "Aku tidak perlu kamu mengulangi kondisi ayahku. Kalau kamu seorang dokter, tunjukkan sertifikat kualifikasi medis kamu!"
"Aku tidak punya sertifikat kualifikasi medis."
Dicky menggelengkan kepalanya.
"Kamu tidak punya? Terus, kenapa kamu berpura-pura menjadi dokter di sini?"
Kayla tertawa terbahak-bahak, kemudian berkata pada Jacky, "Dokter Dongga, kamu tidak perlu pedulikan badut ini, berikan akupunktur pada ayahku."
"Baik."
Dari awal hingga akhir, Jacky bahkan tidak melihat ke arah Dicky, dia langsung menusukkan jarumnya ke tubuh Direktur Breman.
Sembilan belas jarum dimasukkan berturut-turut.
Jacky tersenyum dan mencabut jarumnya, "Direktur Breman, bagaimana perasaanmu?"
"Aku merasa lebih baik."
Direktur Breman tersenyum, "Seperti yang diharapkan dari Dokter Dongga, benar-benar dokter yang hebat."
"Direktur Breman berlebihan, aku jauh dari dokter hebat."
Jacky menjawab dengan rendah hati, kemudian memandang lelaki tua dengan Pakaian Tang di ranjang lain, "Direktur Lukas, aku akan berikan akupuntur padamu."
"Dokter Dongga, tunggu."
Sebelum lelaki tua Pakaian Tang berbicara, wanita berwajah manis di sampingnya melihat ke arah Dicky, "Adik, kamu barusan bilang kalau penyakit ayahku tidak bisa diobati dengan akupunktur, lalu bagaimana mengobatinya?"
Jessy Hartono menjadi curiga.
Ini benar-benar ...
Dicky mendeskripsikan gejala racun dingin yang masuk ke dalam tubuh, dan ini persis dengan gejala ayahnya.
"Apa, Jessy, kamu tidak mungkin percaya dengan perkataan orang ini, 'kan?"
Melihat Jessy berjalan ke arah Dicky, wajah Kayla pun tampak menghina, "Kalau dia benar-benar bisa, untuk apa dia membawa istrinya ke dokter?! Mengingat kita adalah teman, aku berimu saran, gunakan otakmu!"
"Aku yang menentukkan apa yang ingin aku lakukan." Jessy memelototi Kayla, kemudian melihat ke Dicky, "Adik, kamu bisa menyelamatkan ayahku?"
"Racun dingin yang masuk ke dalam tubuh adalah sejenis penyakit jahat, sangat mudah jika ingin menyelamatkan ayahmu."
Dicky melanjutkan, dia berjalan ke arah lelaki tua Pakaian Tang itu, dan dengan tatapan semua orang, dia menggunakan jarinya untuk menggambar pola simbol gambar hantu di antara alis lelaki tua itu, "Sudah."
"Maksudmu? Penyakit ayahku sudah sembuh?" Ekspresi Jessy tidak bisa dijelaskan..
"Benar."
Dicky mengangguk.
Dan detik berikutnya, puf, Kayla tertawa terbahak-bahak lagi, "Jessy, kamu sudah lihat, 'kan? Kamu masih percaya pada pembohong? Kamu bodoh sekali."
"Siapa yang bisa menggambar jimat untuk menyembuhkan penyakit?"
"Ini ..." Menghadapi ejekan Kayla, Jessy hanya bisa melihat ke arah Jacky, "Dokter Dongga, ayahku ..."
"Nona Jessy, karena kamu tidak percaya dengan keterampilan medisku, minta orang lain saja yang melakukannya."
Kata Jacky tanpa ekspresi.
"Aku tahu."
Ekspresi Jessy pun menjadi pahit, tahu dirinya tidak hanya melakukan kesalahan, tapi juga menyinggung Jacky, yang sebenarnya tidak sebanding dengan kerugiannya.
Pria tua Pakaian Tang di ranjang rumah sakit juga menghela nafas. Dia berdiri dan berkata kepada Jacky, "Maafkan aku." Lalu berkata kepada ayah Kayla, "Direktur Breman, sampai jumpa besok."
Tapi Dicky tiba-tiba berkata, "Racun dingin Direktur Breman sudah masuk ke lima organ dalamnya. Dia tidak akan bertahan malam ini, jadi Tuan Hartomo, kamu tidak akan bisa bertemu dengannya besok."
"Nak, apa yang kamu katakan?! Beraninya kamu menyumpahi ayahku?"
Kayla langsung geram.
"Sudahlah, Kayla, kalau anjing menggigitmu, apa kamu akan membalasnya?"
Direktur Breman melambaikan tangannya dan berkata pada Kayla, "Ayo pulang."
Tunggu sampai Kayla dan ayahnya pergi.
Bangsal yang sangat besar.
Hanya Dicky, Stella, Jennie, dan Jacky yang tersisa.
"Dokter Dongga, menantu laki-lakiku memiliki masalah dengan otaknya, jangan perhatikan dia. Kamu lihat kaki putriku dulu saja."
Melihat Jacky mengerutkan kening dan menatap Dicky, Jennie langsung berkata dengan tujuan membujuknya.
Dia bahkan tidak mau berbicara dengan Dicky lagi.
"Masalah otak?"
Jacky tersenyum ringan, "Kenapa tidak diobati?"
"Ah, jangan dibahas. Dicky berasal dari pegunungan dan tidak punya uang untuk berobat."
Kata Jennie dengan jijik, "Berapa banyak uang yang petani bisa miliki?"
Jacky tersenyum dan tidak berkata apa-apa mendengar ini, dan langsung memeriksa kondisi Stella, "Bibi Jeannie, kondisi kaki Nona Stella memang sangat parah, aku akan meresepkan obat untuk dicoba terlebih dahulu."
Melihat Jacky menyerahkan resep.
Dicky berkata tanpa ekspresi, "Obat-obatan Tiongkok ini tidak bisa menyembuhkan Stella, aku bisa menyembuhkan kakinya, bari aku waktu sedikit lagi, nanti ..."
"Dicky! Apa kamu belum puas?"
Jennie akhirnya tidak tahan lagi! Dia memarahinya, "Dicky, keluar dari sini sekarang juga! Kalau tidak, kamu tidak akan pernah melihat putriku lagi seumur hidupmu!"
Dia takut Stella menjadi seperti Direktur Lukas, dan ditolak pengobatannya.
"Aku ..."
Dicky ingin bicara, tapi Stella menariknya, "Sudah, Dicky, kamu pulang dulu. Nanti ibuku bisa benar-benar memukul." Stella sambil mengeluarkan lidahnya saat bicara.
"Oke."
Melihat istrinya dengan senyuman sehangat angin, Dicky pun pergi.
…
Di luar bangsal.
Baru berjalan beberapa langkah, Dicky melihat dua perawat sedang mengambil obat di lemari obat.
"Eh? Itu ... Teratai Awan Ungu?"
"Di Provinsi Jabar ada Teratai Awan Ungu? Kebetulan sekali. Kaki Stella bisa disembuhkan oleh Teratai Awan Ungu tanpa rasa sakit."
Memikirkan hal ini, Dicky langsung berjalan ke lemari obat di Klinik Yakata, "Maaf, berapa harga Teratai Awan Ungu ini?"
"Dua ratus ribu."
Dokter di depan lemari obat tersenyum, "Teratai Awan Ungu adalah obat herbal Tiongkok berkualitas tinggi, bisa untuk mengobati asam urat, jadi harganya tidak murah."
Dicky ingin membayar, tapi tiba-tiba teringat kalau semua uang dari hasil menyembuhkan orang di Lembah Dewata selama bertahun-tahun sudah diberikan ke Albert.
Dia sekarang tidak punya uang.
Setelah ragu sebentar.
Dicky bertanya dengan malu, "Maaf, Teratai Awan Ungu ini bisa dipetik dimana?"
Dia tahu kalau Teratai Awan Ungu tidak dapat dibudidayakan secara buatan dan tumbuhan liar, jadi dia ingin mencoba memakai keberuntungannya.
"Danau Zumara."
Dokter di lemari obat tidak menyembunyikannya.
Dengan cepat.
Dicky langsung datang ke Danau Zumara.
Di Danau.
Banyak sekali bunga teratai berkumpul seperti awan.
Dan sayangnya.
Dicky tidak melihat Teratai Awan Ungu, mungkin sudah dipetik semuanya.
Tepat saat Dicky ingin pergi.
Tiba-tiba terdengar suara di belakang Dicky, "Dicky? Kenapa kamu ada di sini!?"
"Gina, kamu kenal orang desa ini? Apa dia anak dari salah satu saudara jauhmu?"
Sekelompok pria tampan dan wanita cantik maju ke depan.
Di antara mereka, pemuda yang mengenakan setelan Grantchy bertanya dengan penasaran, sambil melihat Gina dengan sedikit kekaguman.
"Dia adalah Dicky, yang menginginkan kodok memakan daging angsa! Pada akhirnya daging angsa itu tidak jadi dimakan dan dia memakan sepotong daging yang cacat."
Kata Gina sambil setengah tersenyum.
"Oh, dia."
Pria itu melihat Dicky dengan jijik, kemudian bercanda, "Nak, aku, Geraldi Cahyadi, sudah mengejar Gina selama tiga tahun tanpa hasil, apa kamu mengira kamu kamu itik dalam dongeng? Kamu pikir bisa mengubah nasibmu dengan bersama Gina menggunakan surat nikah? Dan berubah menjadi angsa putih?"
"Geraldi Cahyadi, untuk apa berbicara omong kosong dengan orang desa? Bukannya kamu ingin melawanku bermain panah? Aku sudah memesan tempat panahan di sebelah Danau Zumara. Ayo pergi!"
Gina terlalu malas meladeni Dicky.
"Oh, Tuan Cahyadi, kamu seorang pemanah profesional, bersaing dengan Gina, bukannya ini penindasan?"
Seorang wanita cantik tinggi di sebelahnya langsung berkata, "Siapa di Kota Bandung yang tidak tahu kalau kamu, Geraldi adalah juara memanah di Provinsi Jabar."
"Juara memanah?"
Gina tercengang, "Apa Geraldi begitu hebat?" Dia benar-benar tidak tahu kalau Geraldi mendapat kehormatan seperti itu.
"Kompetisi panahan di Provinsi Jabar hanya kompetisi kecil. Hasil terbaik aku di kejuaraan nasional adalah semifinal."
Geraldi berpura-pura rendah hati.
"Kejuaraan nasional?"
Gina menatap Geraldi dua kali, dan menatap Dicky juga dengan jijik.
Dia berpikir salah satu orang yang mengejarnya begitu hebat, bagaimana mungkin Dicky berani membandingkannya dengan dia? Siapa yang memberinya keberanian?
Memikirkan ini.
Gina tiba-tiba berkata pada Dicky, "Dicky, karena kamu tinggal di pegunungan sejak kecil, kamu pasti tahu cara menembak dan berburu, 'kan? Bagaimana kalau kamu membandingkan keterampilan memanahmu dengan Geraldi?"
"Gina, Geraldi itu pemanah hebat, Dicky seorang amatir. Dia bahkan tidak memenuhi syarat untuk membersihkan anak panah Tuan Cahyadi. Bagaimana kamu bisa menyuruh mereka bersaing?"
Wanita tinggi di sebelahnya terlihat bingung.
Gina hanya ingin tahu, "Aku hanya ingin Dicky mengerti kesenjangan antara dia dan Geraldi. Bahkan salah satu yang mengejarku sepuluh ribu kali lebih baik daripada Dicky, dan orang desa ini masih ingin menikah denganku?"
"Mungkin, Dicky memang rendah diri, jadi membawa Stella kembali ke pegunungan untuk bertani, agar aku tidak marah saat melhatnya."
Jennie sangat marah melihat Dicky memberikan nasihat pada Jacky, "Dokter Dongga adalah dokter pengobatan Tiongkok nomor satu di Kota Bandung. Di depannya, kualifikasi apa yang kamu punya untuk memamerkan keterampilan medismu? Berapa banyak buku kedokteran yang sudah kamu baca?"
"Bu, Dicky hanya ..."
"Kamu diam." Jennie memelototi putrinya, "Apa kamu tahu kalau bicara omong kosong di rumah sakit bisa membunuh orang?"
Dicky tidak membantah tuduhan Jennie, hanya berkata sendiri, "Racun dingin yang masuk ke dalam tubuh sebagian besar dimanifestasikan sebagai kehilangan nafsu makan dan mimpi yang berlebihan. Terutama pada tengah malam, akan ada rasa sakit di tiga inci perut bagian bawah, disertai dengan ..."
"Cukup!"
Sebelum Dicky berbicara lagi, Kayla yang ada di sampingnya menyela, "Aku tidak perlu kamu mengulangi kondisi ayahku. Kalau kamu seorang dokter, tunjukkan sertifikat kualifikasi medis kamu!"
"Aku tidak punya sertifikat kualifikasi medis."
Dicky menggelengkan kepalanya.
"Kamu tidak punya? Terus, kenapa kamu berpura-pura menjadi dokter di sini?"
Kayla tertawa terbahak-bahak, kemudian berkata pada Jacky, "Dokter Dongga, kamu tidak perlu pedulikan badut ini, berikan akupunktur pada ayahku."
"Baik."
Dari awal hingga akhir, Jacky bahkan tidak melihat ke arah Dicky, dia langsung menusukkan jarumnya ke tubuh Direktur Breman.
Sembilan belas jarum dimasukkan berturut-turut.
Jacky tersenyum dan mencabut jarumnya, "Direktur Breman, bagaimana perasaanmu?"
"Aku merasa lebih baik."
Direktur Breman tersenyum, "Seperti yang diharapkan dari Dokter Dongga, benar-benar dokter yang hebat."
"Direktur Breman berlebihan, aku jauh dari dokter hebat."
Jacky menjawab dengan rendah hati, kemudian memandang lelaki tua dengan Pakaian Tang di ranjang lain, "Direktur Lukas, aku akan berikan akupuntur padamu."
"Dokter Dongga, tunggu."
Sebelum lelaki tua Pakaian Tang berbicara, wanita berwajah manis di sampingnya melihat ke arah Dicky, "Adik, kamu barusan bilang kalau penyakit ayahku tidak bisa diobati dengan akupunktur, lalu bagaimana mengobatinya?"
Jessy Hartono menjadi curiga.
Ini benar-benar ...
Dicky mendeskripsikan gejala racun dingin yang masuk ke dalam tubuh, dan ini persis dengan gejala ayahnya.
"Apa, Jessy, kamu tidak mungkin percaya dengan perkataan orang ini, 'kan?"
Melihat Jessy berjalan ke arah Dicky, wajah Kayla pun tampak menghina, "Kalau dia benar-benar bisa, untuk apa dia membawa istrinya ke dokter?! Mengingat kita adalah teman, aku berimu saran, gunakan otakmu!"
"Aku yang menentukkan apa yang ingin aku lakukan." Jessy memelototi Kayla, kemudian melihat ke Dicky, "Adik, kamu bisa menyelamatkan ayahku?"
"Racun dingin yang masuk ke dalam tubuh adalah sejenis penyakit jahat, sangat mudah jika ingin menyelamatkan ayahmu."
Dicky melanjutkan, dia berjalan ke arah lelaki tua Pakaian Tang itu, dan dengan tatapan semua orang, dia menggunakan jarinya untuk menggambar pola simbol gambar hantu di antara alis lelaki tua itu, "Sudah."
"Maksudmu? Penyakit ayahku sudah sembuh?" Ekspresi Jessy tidak bisa dijelaskan..
"Benar."
Dicky mengangguk.
Dan detik berikutnya, puf, Kayla tertawa terbahak-bahak lagi, "Jessy, kamu sudah lihat, 'kan? Kamu masih percaya pada pembohong? Kamu bodoh sekali."
"Siapa yang bisa menggambar jimat untuk menyembuhkan penyakit?"
"Ini ..." Menghadapi ejekan Kayla, Jessy hanya bisa melihat ke arah Jacky, "Dokter Dongga, ayahku ..."
"Nona Jessy, karena kamu tidak percaya dengan keterampilan medisku, minta orang lain saja yang melakukannya."
Kata Jacky tanpa ekspresi.
"Aku tahu."
Ekspresi Jessy pun menjadi pahit, tahu dirinya tidak hanya melakukan kesalahan, tapi juga menyinggung Jacky, yang sebenarnya tidak sebanding dengan kerugiannya.
Pria tua Pakaian Tang di ranjang rumah sakit juga menghela nafas. Dia berdiri dan berkata kepada Jacky, "Maafkan aku." Lalu berkata kepada ayah Kayla, "Direktur Breman, sampai jumpa besok."
Tapi Dicky tiba-tiba berkata, "Racun dingin Direktur Breman sudah masuk ke lima organ dalamnya. Dia tidak akan bertahan malam ini, jadi Tuan Hartomo, kamu tidak akan bisa bertemu dengannya besok."
"Nak, apa yang kamu katakan?! Beraninya kamu menyumpahi ayahku?"
Kayla langsung geram.
"Sudahlah, Kayla, kalau anjing menggigitmu, apa kamu akan membalasnya?"
Direktur Breman melambaikan tangannya dan berkata pada Kayla, "Ayo pulang."
Tunggu sampai Kayla dan ayahnya pergi.
Bangsal yang sangat besar.
Hanya Dicky, Stella, Jennie, dan Jacky yang tersisa.
"Dokter Dongga, menantu laki-lakiku memiliki masalah dengan otaknya, jangan perhatikan dia. Kamu lihat kaki putriku dulu saja."
Melihat Jacky mengerutkan kening dan menatap Dicky, Jennie langsung berkata dengan tujuan membujuknya.
Dia bahkan tidak mau berbicara dengan Dicky lagi.
"Masalah otak?"
Jacky tersenyum ringan, "Kenapa tidak diobati?"
"Ah, jangan dibahas. Dicky berasal dari pegunungan dan tidak punya uang untuk berobat."
Kata Jennie dengan jijik, "Berapa banyak uang yang petani bisa miliki?"
Jacky tersenyum dan tidak berkata apa-apa mendengar ini, dan langsung memeriksa kondisi Stella, "Bibi Jeannie, kondisi kaki Nona Stella memang sangat parah, aku akan meresepkan obat untuk dicoba terlebih dahulu."
Melihat Jacky menyerahkan resep.
Dicky berkata tanpa ekspresi, "Obat-obatan Tiongkok ini tidak bisa menyembuhkan Stella, aku bisa menyembuhkan kakinya, bari aku waktu sedikit lagi, nanti ..."
"Dicky! Apa kamu belum puas?"
Jennie akhirnya tidak tahan lagi! Dia memarahinya, "Dicky, keluar dari sini sekarang juga! Kalau tidak, kamu tidak akan pernah melihat putriku lagi seumur hidupmu!"
Dia takut Stella menjadi seperti Direktur Lukas, dan ditolak pengobatannya.
"Aku ..."
Dicky ingin bicara, tapi Stella menariknya, "Sudah, Dicky, kamu pulang dulu. Nanti ibuku bisa benar-benar memukul." Stella sambil mengeluarkan lidahnya saat bicara.
"Oke."
Melihat istrinya dengan senyuman sehangat angin, Dicky pun pergi.
…
Di luar bangsal.
Baru berjalan beberapa langkah, Dicky melihat dua perawat sedang mengambil obat di lemari obat.
"Eh? Itu ... Teratai Awan Ungu?"
"Di Provinsi Jabar ada Teratai Awan Ungu? Kebetulan sekali. Kaki Stella bisa disembuhkan oleh Teratai Awan Ungu tanpa rasa sakit."
Memikirkan hal ini, Dicky langsung berjalan ke lemari obat di Klinik Yakata, "Maaf, berapa harga Teratai Awan Ungu ini?"
"Dua ratus ribu."
Dokter di depan lemari obat tersenyum, "Teratai Awan Ungu adalah obat herbal Tiongkok berkualitas tinggi, bisa untuk mengobati asam urat, jadi harganya tidak murah."
Dicky ingin membayar, tapi tiba-tiba teringat kalau semua uang dari hasil menyembuhkan orang di Lembah Dewata selama bertahun-tahun sudah diberikan ke Albert.
Dia sekarang tidak punya uang.
Setelah ragu sebentar.
Dicky bertanya dengan malu, "Maaf, Teratai Awan Ungu ini bisa dipetik dimana?"
Dia tahu kalau Teratai Awan Ungu tidak dapat dibudidayakan secara buatan dan tumbuhan liar, jadi dia ingin mencoba memakai keberuntungannya.
"Danau Zumara."
Dokter di lemari obat tidak menyembunyikannya.
Dengan cepat.
Dicky langsung datang ke Danau Zumara.
Di Danau.
Banyak sekali bunga teratai berkumpul seperti awan.
Dan sayangnya.
Dicky tidak melihat Teratai Awan Ungu, mungkin sudah dipetik semuanya.
Tepat saat Dicky ingin pergi.
Tiba-tiba terdengar suara di belakang Dicky, "Dicky? Kenapa kamu ada di sini!?"
"Gina, kamu kenal orang desa ini? Apa dia anak dari salah satu saudara jauhmu?"
Sekelompok pria tampan dan wanita cantik maju ke depan.
Di antara mereka, pemuda yang mengenakan setelan Grantchy bertanya dengan penasaran, sambil melihat Gina dengan sedikit kekaguman.
"Dia adalah Dicky, yang menginginkan kodok memakan daging angsa! Pada akhirnya daging angsa itu tidak jadi dimakan dan dia memakan sepotong daging yang cacat."
Kata Gina sambil setengah tersenyum.
"Oh, dia."
Pria itu melihat Dicky dengan jijik, kemudian bercanda, "Nak, aku, Geraldi Cahyadi, sudah mengejar Gina selama tiga tahun tanpa hasil, apa kamu mengira kamu kamu itik dalam dongeng? Kamu pikir bisa mengubah nasibmu dengan bersama Gina menggunakan surat nikah? Dan berubah menjadi angsa putih?"
"Geraldi Cahyadi, untuk apa berbicara omong kosong dengan orang desa? Bukannya kamu ingin melawanku bermain panah? Aku sudah memesan tempat panahan di sebelah Danau Zumara. Ayo pergi!"
Gina terlalu malas meladeni Dicky.
"Oh, Tuan Cahyadi, kamu seorang pemanah profesional, bersaing dengan Gina, bukannya ini penindasan?"
Seorang wanita cantik tinggi di sebelahnya langsung berkata, "Siapa di Kota Bandung yang tidak tahu kalau kamu, Geraldi adalah juara memanah di Provinsi Jabar."
"Juara memanah?"
Gina tercengang, "Apa Geraldi begitu hebat?" Dia benar-benar tidak tahu kalau Geraldi mendapat kehormatan seperti itu.
"Kompetisi panahan di Provinsi Jabar hanya kompetisi kecil. Hasil terbaik aku di kejuaraan nasional adalah semifinal."
Geraldi berpura-pura rendah hati.
"Kejuaraan nasional?"
Gina menatap Geraldi dua kali, dan menatap Dicky juga dengan jijik.
Dia berpikir salah satu orang yang mengejarnya begitu hebat, bagaimana mungkin Dicky berani membandingkannya dengan dia? Siapa yang memberinya keberanian?
Memikirkan ini.
Gina tiba-tiba berkata pada Dicky, "Dicky, karena kamu tinggal di pegunungan sejak kecil, kamu pasti tahu cara menembak dan berburu, 'kan? Bagaimana kalau kamu membandingkan keterampilan memanahmu dengan Geraldi?"
"Gina, Geraldi itu pemanah hebat, Dicky seorang amatir. Dia bahkan tidak memenuhi syarat untuk membersihkan anak panah Tuan Cahyadi. Bagaimana kamu bisa menyuruh mereka bersaing?"
Wanita tinggi di sebelahnya terlihat bingung.
Gina hanya ingin tahu, "Aku hanya ingin Dicky mengerti kesenjangan antara dia dan Geraldi. Bahkan salah satu yang mengejarku sepuluh ribu kali lebih baik daripada Dicky, dan orang desa ini masih ingin menikah denganku?"
"Mungkin, Dicky memang rendah diri, jadi membawa Stella kembali ke pegunungan untuk bertani, agar aku tidak marah saat melhatnya."
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved