Bab 4 Racun Dingin
by Hendrick
16:38,Feb 02,2024
"Ya, selama kaki Stella bisa disembuhkan, saya akan memintanya mewakili Keluarga Luardi untuk membahas kerja sama dengan keluarga Bogor Keluarga Zuri."
Sania memandang rendah Dicky.
"Baiklah, aku menyembuhkan kaki Stella sekarang!"
Meskipun Dicky tidak tahu kenapa istrinya ingin sekali mendiskusikan kerja sama dengan Keluarga Zuri dari Bogor atas nama Keluarga Luardi.
Tapi mereka adalah sepasang suami-istri.
Dia akan membantu Stella untuk memenuhi keinginannya.
"Kamu ingin menyembuhkan kaki Stella?"
Nyonya Sania tercengang melihat Dicky yang percaya diri.
Stella juga melihat Dicky dengan tidak percaya.
Tapi dia tidak menunggu Dicky mengambil tindakan.
Gina menyilangkan lengannya, "Dicky, kamu berkhayal apa lagi di siang hari bolong? Apa kamu mengerti obat? Bahkan Dokter Dongga pengobatan tradisional Tiongkok nomor satu di Kota Bandung saja tidak bisa menyembuhkannya, dan kamu bisa?"
"Aku belajar di Lembah Dewata sejak kecil, dan sangat paham dengan keterampilan medis ..."
Kemudian, Gina menyelanya di saat Dicky sedang berbicara, "Sudahlah, Dicky! Jangan bicarakan apa pun lagi tentang Lembah Dewata. Jangan pikir aku tidak tahu kalau kamu dan gurumu adalah penipu."
"Kakekku membawaku ke Lembah Dewata untuk perawatan medis, tapi apa yang terjadi? Aku malah demam tinggi selama tiga bulan saat kembali, dan memuntahkan apapun yang aku makan!"
"Tapi kamu sudah mati kalau tidak pergi ke Lembah Dewata," kata Dicky dingin.
Saat itu, Gina menderita depresi kesedihan.
Penyakit ini.
Di seluruh Soreang, hanya Albert dan Dicky yang bisa menyembuhkannya!
"Brengsek, kalau aku tidak pergi ke Lembah Dewata, penyakitku pasti sudah lama sembuh!" Gina berteriak saat melihat Dicky meletakkan tangannya di kaki Stella.
"Bu? Apa kamu benar-benar ingin Dicky menimbulkan masalah ...?" Kata anggota keluarga Luardi di sebelahnya pada Sania.
"Biarkan dia menyembuhkannya!"
Sania tidak menghentikannya.
Dia juga penasaran, kenapa Tuan James sangat ingin mengirimkan akta nikah Gina ke Lembah Dewata?
Kalau Dicky benar-benar punya kemampuan ...
Tidak menunggu Sania berpikir, Dicky mengerutkan kening dan melepaskan tangannya dari kaki Stella.
"Sembuhkan, Dicky, kenapa kamu tidak mengobatinya?"
Gina mencibir Dicky, "Bukannya kamu bilang ingin menyembuhkan kaki Stella?"
"Kenapa sepupuku masih pincang?"
"Dasar badut, tidak punya kemampuan apa-apa sampai harus berpura-pura?"
"Kamu tidak tahu kondisimu sendiri? Untung aku tetap memilih pilihanku dan tidak menikahimu. Kalau tidak, bagaimana mungkin bisa tinggal di Kota Bandung ini nantinya?"
Dicky hanya berdiri tanpa mengucapkan sepatah kata pun menghadapi cibiran Gina.
Dia awalnya mengira istrinya hanya cacat sederhana, tetapi tidak menyangka ... Stella tertular serangga beracun dari Provinsi Kendari.
Racun semacam ini.
Dengan metode Dicky bisa dengan mudah dihilangkan, tetapi masalahnya adalah, Dicky menemukan kalau serangga beracun ini sudah menjadi parasit di tubuh Stella setidaknya dua puluh tahun, kedua takdir mereka sudah dihubungkan bersama.
Sekali dia membunuh serangga beracun itu.
Stella akan merasakan rasa yang sangat sakit.
Kalau itu orang lain, Dicky tanpa ragu untuk melakukannya, tetapi Stella adalah istrinya, Dicky bisa melihat istrinya menderita. Karena dia punya cara lain untuk membunuh serangga beracun itu tanpa menyebabkan Stella menderita, dan itu hanya membutuhkan waktu.
"Dicky, kenapa kamu tidak menyembuhkannya?" Nyonya Sania yang duduk di kursi tinggi pun bertanya.
Tapi sekarang.
Matanya dipenuhi dengan kekecewaan.
Kelihatannya ...
Dicky hanya orang desa biasa-biasa saja, dia seharusnya punya ilusi yang tidak realistis.
"Nenek Luardi, beri aku waktu tiga hari. Setelah tiga hari, aku akan menyembuhkan Stella." Sambil menarik napas dalam-dalam, Dicky berkata dengan serius.
"Tiga hari? Hah, meskipun aku memberimu waktu tiga tahun, tiga puluh tahun! Kamu tidak bisa menyembuhkan Stella!"
Gina tertawa, "Bagaimana mungkin orang desa datang ke kota tahu keterampilan medis? Jika bicara mundur, kalaupun kamu tahu keterampilan medis, kamu tetap seorang dokter desa yang biasa-biasa saja, dan keterampilan medismu tidak akan tinggi!"
"Gina, apa salahnya Dicky menjadi dokter desa? Dia dengan iklas menyembuhkan kakiku, kenapa kamu meremehkannya?"
Kata Stella pada Gina dengan marah.
"Aku meremehkan orang udik seperti ini yang tidak punya kemampuan dan masih berpura-pura bodoh!" Gina mencibir, "Kamu ingin menyembuhkan kakinya? Apa dia bisa?"
"Bagaimana kalau aku bisa menyembuhkan Stella?"
Dicky mengangkat alisnya dan melihat Gina.
Dalam ingatannya.
Gina adalah gadis cinta pertama yang pernah membuat hatinya berdebar-debar, tapi sekarang Gina adalah ...
"Kalau bisa menyembuhkannya, aku akan mencuci pakaianmu dan memasak untukmu, dan menjadi budakmu, oke? Orang kampung?"
Kata Gina dengan nada menghina.
"Tidak perlu. Setelah Stella sembuh, aku hanya berharap keluarga Luardi bisa memberinya kesempatan untuk mendiskusikan kerja sama dengan Keluarga Zuri dari Bogor."
Kata Dicky.
…
Jam sembilan malam.
Makan malam Keluarga Luardi sudah selesai.
Dicky dan Stella juga pulang bersama.
"Dicky, rumahku agak kecil, kamu tidak masalah, 'kan."
Melihat dua kamar tidur dan satu ruang tamu yang agak sederhana, Stella menundukkan kepalanya karena malu, "Karena ibuku bangkrut dalam bisnis selama bertahun-tahun, jadi ..."
"Tidak masalah."
Dicky tersenyum, "Aku akan membuat kamu dan bibi punya kehidupan yang baik di masa depan."
"Iya."
Stella mengangguk malu-malu, "Aku percaya pada laki-lakiku."
"Laki-lakiku apa?!" Tiba-tiba, seorang wanita paruh baya cantik dengan rambut keriting dan gaun sutra keluar dari kamar.
Jennie langsung bertanya pada Stella saat melihat Dicky, "Stella! Siapa pria ini? Kenapa kamu membawanya pulang?"
Karena Jennie bukan dari keluarga Luardi.
Jadi ...
Dia tidak datang ke jamuan makan Keluarga Luardi, dan dia tidak tahu kalau putrinya sudah menikah.
"Bu, dia adalah Dicky, suamiku."
Stella menceritakan kepada ibunya dengan jujur apa yang terjadi hari ini.
"Apa? Kamu, kamu menikah dengan orang desa ini?"
"Kamu membingungkan!"
"Ini jelas merupakan lubang yang digali Gina untukmu! Dia baru saja melemparkan pria yang tidak dia sukai padamu, dia menganggapmu apa? Tempat sampah?"
"Kenapa kamu bodoh sekali?"
Jennie berkata dengan sedih.
"Sudah, Bu, berhenti bicara. Dicky sangat baik, aku bahkan makan Truffle Merah yang dia bawa dari pegunungan hari ini." Kata Stella dengan serius, "Dan aku juga tidak berpikir untuk menikah, aku juga bukan gadis cantik, bagaimana aku bisa berharap mendapatkan pasangan yang baik? Dicky tidak membenciku karena aku cacat, aku juga tidak membencinya karena dia tumbuh besar di pegunungan."
"Kamu!"
Jennie sangat marah, tapi dia juga tahu kalau ini adalah keputusan Keluarga Luardi dan dia tidak bisa mengubah apapun.
"Heh, hidupku menyedihkan sekali."
"Suamiku meninggal lebih awal, putriku menikah dengan pria gunung. Sepertinya aku tidak akan bisa membuat perbedaan dalam hidupku."
Jennie duduk di sofa dengan lelah sambil mengeluh tentang segalanya.
Melihat ini, Stella hanya menjulurkan lidahnya ke arah Dicky sambil bercanda, "Ibuku selalu seperti ini, jangan masukkan ke dalam hati."
…
Keesokan harinya.
Dicky terbangun dari sofa, "Tidak! Jangan tinggalkan aku!"
Wooaa.
Begitu membuka mata.
Dahi Dicky penuh dengan keringat dingin, "Bermimpi tentang itu lagi?" Dicky mengerutkan kening.
Dan saat ini.
"Aaah!" Terdengar jeritan.
"Putriku, ada apa? Apa kamu baik-baik saja?" Jennie langsung ke kamar Stella, dan melihat Stella sudah terjatuh di lantai.
"Bu, aku baik-baik saja. Hanya saja... penyakit lama di kakiku kambuh." Stella memaksa untuk tersenyum karena melihat ibunya khawatir.
"Kambuh lagi? Di mana obat yang diresepkan Dokter Dongga?" Jennie mencari obat di kamar Stella.
"Obatnya sudah habis."
Jawab Stella.
"Kenapa kamu tidak memberitahuku? Ayo, aku mengantarmu ke klinik Dokter Dongga sekarang."
Sambil berbicara, Jennie menggendong putrinya dan menaruhnya di kursi roda.
"Bu, aku tidak pergi ke klinik."
Stella menggelengkan kepalanya, "Obat yang diresepkan oleh Dokter Dongga tidak murah. Lagipula, Dicky bilang dia akan menyembuhkan kakiku."
"Dicky? Dia benar-benar bilang seperti itu?" Jennie terkejut.
"Iya."
Stella mengangguk.
Melihat Dicky datang ke kamar Stella, Jennie pun langsung bertanya, "Dicky, apa kamu tahu keterampilan medis?" Dia berpikir dalam hati kalau memang Dicky tahu keterampilan medis, hal baik jika putrinya menikah dengannya. .
"Aku tahu sedikit," kata Dicky dengan rendah hati, "Sebenarnya, keterampilan medis bukanlah kekuatanku. Aku ..."
"Tunjukkan padaku sertifikat kualifikasi medismu!" Jennie menyela Dicky.
"Aku tidak punya sertifikat kualifikasi medis ..."
Dicky menggelengkan kepala.
Keterampilan Ilmu Medis Lembah Hantu' termasuk metode misterius dan sama sekali tidak termasuk dalam kategori keterampilan medis.
"Tidak ada? Huh, aku tahu kamu bohong pada putriku! Aku sudah bertemu banyak orang sepertimu, membual tentang keterampilan medis mereka setelah membaca buku kedokteran pedesaan. Kalau kamu benar-benar punya keahlian, apa Gina akan tidak menikah denganmu?"
Jennie memelototi Dicky dan mengikutinya langsung ke 'Klinik Yakata' di Kota Bandung bersama putrinya tanpa memberi Dicky waktu untuk menjelaskan.
Di klinik.
Ada banyak pasien yang mencari ingin beronbat.
Dicky takut terjadi sesuatu pada istrinya, jadi dia ikut.
"Dokter Dongga, kamu sedang sibuk?"
Datang ke kamar ganda VIP.
Jennie melihat seorang pria berpakaian putih memakai kacamata yang sedang memberikan suntikan pada seorang lelaki tua.
Di tempat tidur di sebelah lelaki tua itu, ada seorang pasien yang memakai Pakaian Tang dan terbaring.
Dan selain mereka.
Ada juga banyak anggota keluarga pasien yang berdiri di bangsal.
"Ternyata Bibi Jennie, apa penyakit lama di kaki Stella kambuh lagi?"
Jacky Dongga bertanya dengan sopan setelah melihat Jennie.
"Benar, Dokter Dongga, tolong lihat apa yang terjadi pada putriku. Setengah bulan terakhir ini, penyakit lamanya semakin sering kambuh!"
Kata Jennie dengan cemas.
"Tunggu aku berikan suntikan pada Direktur Breman dan Direktur Lukas, aku akan melihat kondisi Stella, oke?"
Jacky berkata lagi, " Direktur Breman dan Direktur Lukas menderita flu, jadi hanya sebentar saja untuk menyembuhkan mereka."
"Oke, aku akan menunggumu."
Jennie mengangguk.
Melihat Jacky Dongga mengambil jarum perak dan menusukkan ke tubuh Tuan Budi, Dicky berkata dengan dingin, "Dokter Dongga, jarummu menusuk di tempat yang salah."
"Beraninya kamu! Dokter Dongga sedang mengobati penyakit, siapa kamu beraninya mengarahkan dia?"
Sebelum Dokter Dongga bicara, ada wanita dengan dingin memarahi Dicky, "Kalau terjadi sesuatu pada ayahku karena omong kosongmu, aku tidak akan pernah memaafkanmu!"
"Apa kamu anggota keluarga pasien?"
Dicky meliriknya.
"Ya! Aku wakil presiden Grup Hardjo, Kayla Hardjo!"
Kayla berkata dengan elegan.
"Karena kamu adalah anggota keluarga, aku ingatkan kamu, ayahmu dan paman di sebelahmu tidak menderita flu, tapi racun dingin yang masuk ke dalam tubuh mereka."
Dicky berkata dengan acuh tak acuh, "Penyakit seperti ini tidak bisa diobati dengan akupunktur. Jika tidak, hidupnya akan dalam bahaya."
Sania memandang rendah Dicky.
"Baiklah, aku menyembuhkan kaki Stella sekarang!"
Meskipun Dicky tidak tahu kenapa istrinya ingin sekali mendiskusikan kerja sama dengan Keluarga Zuri dari Bogor atas nama Keluarga Luardi.
Tapi mereka adalah sepasang suami-istri.
Dia akan membantu Stella untuk memenuhi keinginannya.
"Kamu ingin menyembuhkan kaki Stella?"
Nyonya Sania tercengang melihat Dicky yang percaya diri.
Stella juga melihat Dicky dengan tidak percaya.
Tapi dia tidak menunggu Dicky mengambil tindakan.
Gina menyilangkan lengannya, "Dicky, kamu berkhayal apa lagi di siang hari bolong? Apa kamu mengerti obat? Bahkan Dokter Dongga pengobatan tradisional Tiongkok nomor satu di Kota Bandung saja tidak bisa menyembuhkannya, dan kamu bisa?"
"Aku belajar di Lembah Dewata sejak kecil, dan sangat paham dengan keterampilan medis ..."
Kemudian, Gina menyelanya di saat Dicky sedang berbicara, "Sudahlah, Dicky! Jangan bicarakan apa pun lagi tentang Lembah Dewata. Jangan pikir aku tidak tahu kalau kamu dan gurumu adalah penipu."
"Kakekku membawaku ke Lembah Dewata untuk perawatan medis, tapi apa yang terjadi? Aku malah demam tinggi selama tiga bulan saat kembali, dan memuntahkan apapun yang aku makan!"
"Tapi kamu sudah mati kalau tidak pergi ke Lembah Dewata," kata Dicky dingin.
Saat itu, Gina menderita depresi kesedihan.
Penyakit ini.
Di seluruh Soreang, hanya Albert dan Dicky yang bisa menyembuhkannya!
"Brengsek, kalau aku tidak pergi ke Lembah Dewata, penyakitku pasti sudah lama sembuh!" Gina berteriak saat melihat Dicky meletakkan tangannya di kaki Stella.
"Bu? Apa kamu benar-benar ingin Dicky menimbulkan masalah ...?" Kata anggota keluarga Luardi di sebelahnya pada Sania.
"Biarkan dia menyembuhkannya!"
Sania tidak menghentikannya.
Dia juga penasaran, kenapa Tuan James sangat ingin mengirimkan akta nikah Gina ke Lembah Dewata?
Kalau Dicky benar-benar punya kemampuan ...
Tidak menunggu Sania berpikir, Dicky mengerutkan kening dan melepaskan tangannya dari kaki Stella.
"Sembuhkan, Dicky, kenapa kamu tidak mengobatinya?"
Gina mencibir Dicky, "Bukannya kamu bilang ingin menyembuhkan kaki Stella?"
"Kenapa sepupuku masih pincang?"
"Dasar badut, tidak punya kemampuan apa-apa sampai harus berpura-pura?"
"Kamu tidak tahu kondisimu sendiri? Untung aku tetap memilih pilihanku dan tidak menikahimu. Kalau tidak, bagaimana mungkin bisa tinggal di Kota Bandung ini nantinya?"
Dicky hanya berdiri tanpa mengucapkan sepatah kata pun menghadapi cibiran Gina.
Dia awalnya mengira istrinya hanya cacat sederhana, tetapi tidak menyangka ... Stella tertular serangga beracun dari Provinsi Kendari.
Racun semacam ini.
Dengan metode Dicky bisa dengan mudah dihilangkan, tetapi masalahnya adalah, Dicky menemukan kalau serangga beracun ini sudah menjadi parasit di tubuh Stella setidaknya dua puluh tahun, kedua takdir mereka sudah dihubungkan bersama.
Sekali dia membunuh serangga beracun itu.
Stella akan merasakan rasa yang sangat sakit.
Kalau itu orang lain, Dicky tanpa ragu untuk melakukannya, tetapi Stella adalah istrinya, Dicky bisa melihat istrinya menderita. Karena dia punya cara lain untuk membunuh serangga beracun itu tanpa menyebabkan Stella menderita, dan itu hanya membutuhkan waktu.
"Dicky, kenapa kamu tidak menyembuhkannya?" Nyonya Sania yang duduk di kursi tinggi pun bertanya.
Tapi sekarang.
Matanya dipenuhi dengan kekecewaan.
Kelihatannya ...
Dicky hanya orang desa biasa-biasa saja, dia seharusnya punya ilusi yang tidak realistis.
"Nenek Luardi, beri aku waktu tiga hari. Setelah tiga hari, aku akan menyembuhkan Stella." Sambil menarik napas dalam-dalam, Dicky berkata dengan serius.
"Tiga hari? Hah, meskipun aku memberimu waktu tiga tahun, tiga puluh tahun! Kamu tidak bisa menyembuhkan Stella!"
Gina tertawa, "Bagaimana mungkin orang desa datang ke kota tahu keterampilan medis? Jika bicara mundur, kalaupun kamu tahu keterampilan medis, kamu tetap seorang dokter desa yang biasa-biasa saja, dan keterampilan medismu tidak akan tinggi!"
"Gina, apa salahnya Dicky menjadi dokter desa? Dia dengan iklas menyembuhkan kakiku, kenapa kamu meremehkannya?"
Kata Stella pada Gina dengan marah.
"Aku meremehkan orang udik seperti ini yang tidak punya kemampuan dan masih berpura-pura bodoh!" Gina mencibir, "Kamu ingin menyembuhkan kakinya? Apa dia bisa?"
"Bagaimana kalau aku bisa menyembuhkan Stella?"
Dicky mengangkat alisnya dan melihat Gina.
Dalam ingatannya.
Gina adalah gadis cinta pertama yang pernah membuat hatinya berdebar-debar, tapi sekarang Gina adalah ...
"Kalau bisa menyembuhkannya, aku akan mencuci pakaianmu dan memasak untukmu, dan menjadi budakmu, oke? Orang kampung?"
Kata Gina dengan nada menghina.
"Tidak perlu. Setelah Stella sembuh, aku hanya berharap keluarga Luardi bisa memberinya kesempatan untuk mendiskusikan kerja sama dengan Keluarga Zuri dari Bogor."
Kata Dicky.
…
Jam sembilan malam.
Makan malam Keluarga Luardi sudah selesai.
Dicky dan Stella juga pulang bersama.
"Dicky, rumahku agak kecil, kamu tidak masalah, 'kan."
Melihat dua kamar tidur dan satu ruang tamu yang agak sederhana, Stella menundukkan kepalanya karena malu, "Karena ibuku bangkrut dalam bisnis selama bertahun-tahun, jadi ..."
"Tidak masalah."
Dicky tersenyum, "Aku akan membuat kamu dan bibi punya kehidupan yang baik di masa depan."
"Iya."
Stella mengangguk malu-malu, "Aku percaya pada laki-lakiku."
"Laki-lakiku apa?!" Tiba-tiba, seorang wanita paruh baya cantik dengan rambut keriting dan gaun sutra keluar dari kamar.
Jennie langsung bertanya pada Stella saat melihat Dicky, "Stella! Siapa pria ini? Kenapa kamu membawanya pulang?"
Karena Jennie bukan dari keluarga Luardi.
Jadi ...
Dia tidak datang ke jamuan makan Keluarga Luardi, dan dia tidak tahu kalau putrinya sudah menikah.
"Bu, dia adalah Dicky, suamiku."
Stella menceritakan kepada ibunya dengan jujur apa yang terjadi hari ini.
"Apa? Kamu, kamu menikah dengan orang desa ini?"
"Kamu membingungkan!"
"Ini jelas merupakan lubang yang digali Gina untukmu! Dia baru saja melemparkan pria yang tidak dia sukai padamu, dia menganggapmu apa? Tempat sampah?"
"Kenapa kamu bodoh sekali?"
Jennie berkata dengan sedih.
"Sudah, Bu, berhenti bicara. Dicky sangat baik, aku bahkan makan Truffle Merah yang dia bawa dari pegunungan hari ini." Kata Stella dengan serius, "Dan aku juga tidak berpikir untuk menikah, aku juga bukan gadis cantik, bagaimana aku bisa berharap mendapatkan pasangan yang baik? Dicky tidak membenciku karena aku cacat, aku juga tidak membencinya karena dia tumbuh besar di pegunungan."
"Kamu!"
Jennie sangat marah, tapi dia juga tahu kalau ini adalah keputusan Keluarga Luardi dan dia tidak bisa mengubah apapun.
"Heh, hidupku menyedihkan sekali."
"Suamiku meninggal lebih awal, putriku menikah dengan pria gunung. Sepertinya aku tidak akan bisa membuat perbedaan dalam hidupku."
Jennie duduk di sofa dengan lelah sambil mengeluh tentang segalanya.
Melihat ini, Stella hanya menjulurkan lidahnya ke arah Dicky sambil bercanda, "Ibuku selalu seperti ini, jangan masukkan ke dalam hati."
…
Keesokan harinya.
Dicky terbangun dari sofa, "Tidak! Jangan tinggalkan aku!"
Wooaa.
Begitu membuka mata.
Dahi Dicky penuh dengan keringat dingin, "Bermimpi tentang itu lagi?" Dicky mengerutkan kening.
Dan saat ini.
"Aaah!" Terdengar jeritan.
"Putriku, ada apa? Apa kamu baik-baik saja?" Jennie langsung ke kamar Stella, dan melihat Stella sudah terjatuh di lantai.
"Bu, aku baik-baik saja. Hanya saja... penyakit lama di kakiku kambuh." Stella memaksa untuk tersenyum karena melihat ibunya khawatir.
"Kambuh lagi? Di mana obat yang diresepkan Dokter Dongga?" Jennie mencari obat di kamar Stella.
"Obatnya sudah habis."
Jawab Stella.
"Kenapa kamu tidak memberitahuku? Ayo, aku mengantarmu ke klinik Dokter Dongga sekarang."
Sambil berbicara, Jennie menggendong putrinya dan menaruhnya di kursi roda.
"Bu, aku tidak pergi ke klinik."
Stella menggelengkan kepalanya, "Obat yang diresepkan oleh Dokter Dongga tidak murah. Lagipula, Dicky bilang dia akan menyembuhkan kakiku."
"Dicky? Dia benar-benar bilang seperti itu?" Jennie terkejut.
"Iya."
Stella mengangguk.
Melihat Dicky datang ke kamar Stella, Jennie pun langsung bertanya, "Dicky, apa kamu tahu keterampilan medis?" Dia berpikir dalam hati kalau memang Dicky tahu keterampilan medis, hal baik jika putrinya menikah dengannya. .
"Aku tahu sedikit," kata Dicky dengan rendah hati, "Sebenarnya, keterampilan medis bukanlah kekuatanku. Aku ..."
"Tunjukkan padaku sertifikat kualifikasi medismu!" Jennie menyela Dicky.
"Aku tidak punya sertifikat kualifikasi medis ..."
Dicky menggelengkan kepala.
Keterampilan Ilmu Medis Lembah Hantu' termasuk metode misterius dan sama sekali tidak termasuk dalam kategori keterampilan medis.
"Tidak ada? Huh, aku tahu kamu bohong pada putriku! Aku sudah bertemu banyak orang sepertimu, membual tentang keterampilan medis mereka setelah membaca buku kedokteran pedesaan. Kalau kamu benar-benar punya keahlian, apa Gina akan tidak menikah denganmu?"
Jennie memelototi Dicky dan mengikutinya langsung ke 'Klinik Yakata' di Kota Bandung bersama putrinya tanpa memberi Dicky waktu untuk menjelaskan.
Di klinik.
Ada banyak pasien yang mencari ingin beronbat.
Dicky takut terjadi sesuatu pada istrinya, jadi dia ikut.
"Dokter Dongga, kamu sedang sibuk?"
Datang ke kamar ganda VIP.
Jennie melihat seorang pria berpakaian putih memakai kacamata yang sedang memberikan suntikan pada seorang lelaki tua.
Di tempat tidur di sebelah lelaki tua itu, ada seorang pasien yang memakai Pakaian Tang dan terbaring.
Dan selain mereka.
Ada juga banyak anggota keluarga pasien yang berdiri di bangsal.
"Ternyata Bibi Jennie, apa penyakit lama di kaki Stella kambuh lagi?"
Jacky Dongga bertanya dengan sopan setelah melihat Jennie.
"Benar, Dokter Dongga, tolong lihat apa yang terjadi pada putriku. Setengah bulan terakhir ini, penyakit lamanya semakin sering kambuh!"
Kata Jennie dengan cemas.
"Tunggu aku berikan suntikan pada Direktur Breman dan Direktur Lukas, aku akan melihat kondisi Stella, oke?"
Jacky berkata lagi, " Direktur Breman dan Direktur Lukas menderita flu, jadi hanya sebentar saja untuk menyembuhkan mereka."
"Oke, aku akan menunggumu."
Jennie mengangguk.
Melihat Jacky Dongga mengambil jarum perak dan menusukkan ke tubuh Tuan Budi, Dicky berkata dengan dingin, "Dokter Dongga, jarummu menusuk di tempat yang salah."
"Beraninya kamu! Dokter Dongga sedang mengobati penyakit, siapa kamu beraninya mengarahkan dia?"
Sebelum Dokter Dongga bicara, ada wanita dengan dingin memarahi Dicky, "Kalau terjadi sesuatu pada ayahku karena omong kosongmu, aku tidak akan pernah memaafkanmu!"
"Apa kamu anggota keluarga pasien?"
Dicky meliriknya.
"Ya! Aku wakil presiden Grup Hardjo, Kayla Hardjo!"
Kayla berkata dengan elegan.
"Karena kamu adalah anggota keluarga, aku ingatkan kamu, ayahmu dan paman di sebelahmu tidak menderita flu, tapi racun dingin yang masuk ke dalam tubuh mereka."
Dicky berkata dengan acuh tak acuh, "Penyakit seperti ini tidak bisa diobati dengan akupunktur. Jika tidak, hidupnya akan dalam bahaya."
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved