Bab 7 Kamu Tidak Pantas
by Anderson
18:02,Jan 31,2024
"Tuan Lamhot, ini adalah sejumlah uang yang aku simpan di Swiss, terimalah."
Ricardo tahu kalau Lamhot adalah orang yang tidak akan melakukan sesuatu tanpa keuntungan.
Ricardo sudah memperhitungkan kalau perbuatan kotor yang dia lakukannya cepat atau lambat akan ketahuan, jadi dia mentransfer sejumlah dana ke Bank Swiss terlebih dahulu.
Awalnya, dia mau menggunakan uang itu untuk bersembunyi dan tinggal di luar negeri ketika dia ketahuan suatu hari nanti. Tetapi, sekarang untuk membunuh Wilson, dia harus mengambil uang itu dan meminta Lamhot untuk membantunya.
Lamhot mengambil kartu itu dan mengatakan, "Aku masih harus memberikan wajah kepada Serikat Dagang. Aku akan pergi ke Serikat Dagang, kalau mereka bersedia melepaskan Keluarga Janika, maka masalah ini akan terselasaikan. Kalau mereka tidak setuju, aku akan melakukannya dengan caraku sendiri."
Ketika Lamhot baru saja menaklukkan Kota Jakarta, sesuatu terjadi dan Ricardo yang mengeluarkan uang untuk menyelesaikannya. Jadi, Lamhot berutang budi pada Ricardo dan sekarang ketika Ricardo mencarinya, dia tidak bisa menolak.
Bukan karena Lamhot takut dengan Serikat Dagang, hanya saja dia melakukan segalanya demi keuntungannya sendiri.
…
Clarice menyetir sendiri dan tiba di rumah Wilson terlebih dahulu.
Melihat Vanessa yang sibuk memasak, Clarice pun ikut membantunya.
Kepedulian Clarice terhadap Vanessa berasal kasih sayang seorang ibu.
Ibunya meninggal saat melahirkannya dan ayahnya tidak menikah lagi. Jadi, Clarice tidak mendapatkan kasih sayang dari seorang ibu sejak dia masih kecil. Setelah kaki Vanessa patah, dia sering datang berkunjung dan kebaikan hati Vanessa membuatnya merasakan cinta keibuan.
Hari ini Vanessa yang mengundangnya datang untuk makan malam, jadi dia tidak bisa menolaknya.
"Banyak sekali, aku bisa mencium wanginya di luar."
Sesampainya Wilson di rumah, dia melihat meja penuh hidangan.
"Dasar serakah. CEO Clarice membantuku membuat ini, cepat berterima kasih padanya!"
Melihat putranya kembali, Vanessa segera memberikan pujian kepada Clarice.
"CEO Clarice, terima kasih atas kerja kerasmu."
Wilson tersenyum dengan tenang dan membantu menyajikan hidangan.
Clarice memelototi Wilson tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
Selama makan, Vanessa terus mengambilkan makanan untuk Clarice dan Wilson.
Clarice membenci Wilson, tetapi di depan Vanessa, dia bertingkah sangat bahagia dan terus mengobrol sambil mengabaikan Wilson.
Saat Clarice datang, dia menemukan kalau kaki Vanessa sudah sembuh. Ketika mengetahui kalau Wilson yang menyembuhkannya, Clarice sangat terkejut.
Dia bahkan berpikir, apa Wilson benar-benar merawatnya ketika dia berada di kantor pada pagi hari?
Namun, dia dengan cepat menepis ide ini karena Wilson hanya menempelkan telapak tangannya di pusarnya sebentar. Bagaimana mungkin mengobatinya?
Clarice tetap menyimpulkan kalau Wilson mencabulinya.
Setelah makan, Clarice membantu mencuci piring sebelum menyetir kembali.
"Oh, anak yang baik!"
Vanessa menghela napas, dia sangat menyukai Clarice.
Saat makan tadi, dia merasa seperti sebuah keluarga sudah bersatu kembali.
"Betapa bagusnya kalau Clarice bisa menjadi menantu perempuanku."
Vanessa bergumam pada dirinya sendiri.
Dia tahu ini tidak mungkin. Clarice adalah seorang wanita bisnis yang kuat dengan kecantikan dan banyak kemampuan. Keluarganya berada dalam posisi istimewa. Putranya bahkan tidak memiliki ijazah perguruan tinggi. Keluarganya miskin dan dia tidak pantas mendapatkannya.
Suaranya sangat rendah, tetapi Wilson masih mendengarnya.
"Bu, bagaimana kalau … aku membuat Clarice menjadi menantu perempuanmu?"
Kata Wilson sambil tersenyum.
Wilson menyadari kalau ibunya sangat menyukai Clarice.
Hal ini juga menjadi dambaan setiap orang tua, ketika anaknya sudah besar nanti, mereka semua menantikan anaknya menikah dan berkarir.
Selama lebih dari dua puluh tahun, ibunya membesarkannya sendirian, membuatnya sangat kesepian.
Seandainya Wilson benar-benar bisa mendapatkan seorang istri, mungkin ibunya tidak lagi kesepian dan bisa menghidupkan keluarga.
"Nak, CEO Clarice adalah penolong Ibu. Bekerja keraslah dan temukan pasangan yang cocok ketika saatnya tiba. Ibu akan puas."
Vanessa sangat puas dengan Clarice, tetapi dia lebih tahu kalau putranya dan Clarice tidak berasal dari dunia yang sama dan dia tidak berani memikirkannya.
"Mengerti!"
Wilson menjentikkan jarinya, secara alami memahami pikiran ibunya.
Saat mereka mengobrol, telepon Wilson berdering, dari Ketua Serikat Dagang Jakarta.
"Bu, temanku mengajakku keluar, Ibu beristirahatlah lebih awal."
Setelah menjawab telepon, Wilson langsung bergegas keluar.
Baru saja, presiden memberi tahu Wilson kalau Kota Jakarta, mau bertemu dengannya dan berdamai dengan Ricardo. Awalnya, Wilson tidak mau bertemu dengannya, tetapi dari nada suara ketua, dia tampaknya mewaspadai Lamhot, jadi Wilson memutuskan untuk pergi ke sana.
Hotel Julis, ruang utama di lantai paling atas.
Setelah Dian Damanik, Ketua Serikat Dagang, menelepon Wilson, dia kembali ke ruang konferensi.
"Gimana Ketua Dian, kapan Wilson akan sampai?"
Lamhot duduk di kursi dengan penuh hormat dan bertanya.
Di sampingnya, berdiri lebih dari selusin anak buahnya, dengan pinggang melotot dan senjata tajam tersembunyi. Ricardo duduk di sampingnya tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
"Tuan Wilson akan segera datang. Mohon tunggu sebentar lagi, Tuan Lamhot."
Jawab Dian.
Dia tahu identitas Wilson dan untuk sementara tidak nyaman untuk mengungkapkannya kepada orang lain. Di depan orang lain, dia hanya bisa memanggilnya Tuan Wilson.
"Sepertinya Wilson cukup hebat!"
Lamhot berkata sambil setengah tersenyum.
Dia baru saja berbicara dengan Dian dan memintanya untuk membiarkan Keluarga Janika pergi, tetapi Dian menjelaskan kalau segala sesuatu harus dilakukan sesuai dengan instruksi Tuan Wilson.
Lamhot masih berpikir kalau Dian pasti akan memberinya wajah dan membiarkan Keluarga Janika pergi. Bagaimanapun, dia adalah seorang gangster. Kalau benar-benar terjadi perkelahian, Serikat Dagang tidak akan mampu mengalahkannya.
Namun, kini Dian harus mendengarkan perintah Wilson, jadi bisa dilihat kalau identitas Wilson tidaklah sederhana.
Sekitar dua puluh menit kemudian, Wilson membuka pintu dan masuk.
Dian segera menyapanya, "Tuan ... Tuan Wilson, kamu di sini."
Wilson mengangguk, "Katakanlah masalahnya."
"Oke, ini adalah orang yang tadi aku katakan di telepon, penguasan bawah tanah Kota Jakarta, Lamhot. Dia mau kamu melepaskan Keluarga Janika."
Dian memperkenalkan Lamhot.
Wilson melirik Lamhot dengan acuh tak acuh, duduk tepat di depan meja konferensi dan berkata, "Jika kamu datang hanya untuk menjadi perantara bagi Keluarga Janika, kamu boleh pergi."
"Haha, aku mau tahu dari keluarga mana Tuan Wilson berasal?"
Mendengar nada arogan Wilson, Lamhot mencibir dan bertanya tentang identitas Wilson.
"Kamu tidak pantas mengetahui identitasku!"
Wilson mengambil teh dari Dian dan berkata dengan santai.
"Jadi, tidak ada yang perlu dibicarakan lagi?"
Lamhot menyipitkan matanya dan menunjukkan ekspresi kejam.
Berani-beraninya dia tidak memberikan Lamhot wajah. Tidak peduli apa pun identitas Wilson, dia akan membuat Wilson membayar harga atas kesombongannya.
Inilah momentum Penguasa Bawah Tanah Kota Jakarta.
"Membahasnya? Memangnya kamu punya kualifikasi apa?"
Wilson mengangkat alisnya dan bertanya.
Tidak peduli betapa hebatnya penguasa bawah tanah ini, di mata Wilson, dia hanyalah seorang bajingan dan tidak layak berbicara dengannya.
Sebelum Lamhot marah, Ricardo tidak bisa duduk diam. Dia dengan rendah hati meminta Lamhot untuk memohon belas kasihan. Tanpa diduga, Wilson masih menolak untuk melepaskannya.
Ricardo yang kehilangan akal sehatnya, berkata dengan mata memerah, "Wilson, jangan keterlaluan. Kalau kamu mendorongku ke jalan buntu, aku akan membunuhmu dan ibumu bahkan kalau kamu mati."
"Cari mati!"
Mendengar pihak lain mengancam ibunya, Wilson dipenuhi dengan niat membunuh.
Dalam sekejap, dia tiba di depan Ricardo.
Dengan satu gerakan, leher Ricardo patah dan terjatuh ke lantai.
Ricardo tahu kalau Lamhot adalah orang yang tidak akan melakukan sesuatu tanpa keuntungan.
Ricardo sudah memperhitungkan kalau perbuatan kotor yang dia lakukannya cepat atau lambat akan ketahuan, jadi dia mentransfer sejumlah dana ke Bank Swiss terlebih dahulu.
Awalnya, dia mau menggunakan uang itu untuk bersembunyi dan tinggal di luar negeri ketika dia ketahuan suatu hari nanti. Tetapi, sekarang untuk membunuh Wilson, dia harus mengambil uang itu dan meminta Lamhot untuk membantunya.
Lamhot mengambil kartu itu dan mengatakan, "Aku masih harus memberikan wajah kepada Serikat Dagang. Aku akan pergi ke Serikat Dagang, kalau mereka bersedia melepaskan Keluarga Janika, maka masalah ini akan terselasaikan. Kalau mereka tidak setuju, aku akan melakukannya dengan caraku sendiri."
Ketika Lamhot baru saja menaklukkan Kota Jakarta, sesuatu terjadi dan Ricardo yang mengeluarkan uang untuk menyelesaikannya. Jadi, Lamhot berutang budi pada Ricardo dan sekarang ketika Ricardo mencarinya, dia tidak bisa menolak.
Bukan karena Lamhot takut dengan Serikat Dagang, hanya saja dia melakukan segalanya demi keuntungannya sendiri.
…
Clarice menyetir sendiri dan tiba di rumah Wilson terlebih dahulu.
Melihat Vanessa yang sibuk memasak, Clarice pun ikut membantunya.
Kepedulian Clarice terhadap Vanessa berasal kasih sayang seorang ibu.
Ibunya meninggal saat melahirkannya dan ayahnya tidak menikah lagi. Jadi, Clarice tidak mendapatkan kasih sayang dari seorang ibu sejak dia masih kecil. Setelah kaki Vanessa patah, dia sering datang berkunjung dan kebaikan hati Vanessa membuatnya merasakan cinta keibuan.
Hari ini Vanessa yang mengundangnya datang untuk makan malam, jadi dia tidak bisa menolaknya.
"Banyak sekali, aku bisa mencium wanginya di luar."
Sesampainya Wilson di rumah, dia melihat meja penuh hidangan.
"Dasar serakah. CEO Clarice membantuku membuat ini, cepat berterima kasih padanya!"
Melihat putranya kembali, Vanessa segera memberikan pujian kepada Clarice.
"CEO Clarice, terima kasih atas kerja kerasmu."
Wilson tersenyum dengan tenang dan membantu menyajikan hidangan.
Clarice memelototi Wilson tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
Selama makan, Vanessa terus mengambilkan makanan untuk Clarice dan Wilson.
Clarice membenci Wilson, tetapi di depan Vanessa, dia bertingkah sangat bahagia dan terus mengobrol sambil mengabaikan Wilson.
Saat Clarice datang, dia menemukan kalau kaki Vanessa sudah sembuh. Ketika mengetahui kalau Wilson yang menyembuhkannya, Clarice sangat terkejut.
Dia bahkan berpikir, apa Wilson benar-benar merawatnya ketika dia berada di kantor pada pagi hari?
Namun, dia dengan cepat menepis ide ini karena Wilson hanya menempelkan telapak tangannya di pusarnya sebentar. Bagaimana mungkin mengobatinya?
Clarice tetap menyimpulkan kalau Wilson mencabulinya.
Setelah makan, Clarice membantu mencuci piring sebelum menyetir kembali.
"Oh, anak yang baik!"
Vanessa menghela napas, dia sangat menyukai Clarice.
Saat makan tadi, dia merasa seperti sebuah keluarga sudah bersatu kembali.
"Betapa bagusnya kalau Clarice bisa menjadi menantu perempuanku."
Vanessa bergumam pada dirinya sendiri.
Dia tahu ini tidak mungkin. Clarice adalah seorang wanita bisnis yang kuat dengan kecantikan dan banyak kemampuan. Keluarganya berada dalam posisi istimewa. Putranya bahkan tidak memiliki ijazah perguruan tinggi. Keluarganya miskin dan dia tidak pantas mendapatkannya.
Suaranya sangat rendah, tetapi Wilson masih mendengarnya.
"Bu, bagaimana kalau … aku membuat Clarice menjadi menantu perempuanmu?"
Kata Wilson sambil tersenyum.
Wilson menyadari kalau ibunya sangat menyukai Clarice.
Hal ini juga menjadi dambaan setiap orang tua, ketika anaknya sudah besar nanti, mereka semua menantikan anaknya menikah dan berkarir.
Selama lebih dari dua puluh tahun, ibunya membesarkannya sendirian, membuatnya sangat kesepian.
Seandainya Wilson benar-benar bisa mendapatkan seorang istri, mungkin ibunya tidak lagi kesepian dan bisa menghidupkan keluarga.
"Nak, CEO Clarice adalah penolong Ibu. Bekerja keraslah dan temukan pasangan yang cocok ketika saatnya tiba. Ibu akan puas."
Vanessa sangat puas dengan Clarice, tetapi dia lebih tahu kalau putranya dan Clarice tidak berasal dari dunia yang sama dan dia tidak berani memikirkannya.
"Mengerti!"
Wilson menjentikkan jarinya, secara alami memahami pikiran ibunya.
Saat mereka mengobrol, telepon Wilson berdering, dari Ketua Serikat Dagang Jakarta.
"Bu, temanku mengajakku keluar, Ibu beristirahatlah lebih awal."
Setelah menjawab telepon, Wilson langsung bergegas keluar.
Baru saja, presiden memberi tahu Wilson kalau Kota Jakarta, mau bertemu dengannya dan berdamai dengan Ricardo. Awalnya, Wilson tidak mau bertemu dengannya, tetapi dari nada suara ketua, dia tampaknya mewaspadai Lamhot, jadi Wilson memutuskan untuk pergi ke sana.
Hotel Julis, ruang utama di lantai paling atas.
Setelah Dian Damanik, Ketua Serikat Dagang, menelepon Wilson, dia kembali ke ruang konferensi.
"Gimana Ketua Dian, kapan Wilson akan sampai?"
Lamhot duduk di kursi dengan penuh hormat dan bertanya.
Di sampingnya, berdiri lebih dari selusin anak buahnya, dengan pinggang melotot dan senjata tajam tersembunyi. Ricardo duduk di sampingnya tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
"Tuan Wilson akan segera datang. Mohon tunggu sebentar lagi, Tuan Lamhot."
Jawab Dian.
Dia tahu identitas Wilson dan untuk sementara tidak nyaman untuk mengungkapkannya kepada orang lain. Di depan orang lain, dia hanya bisa memanggilnya Tuan Wilson.
"Sepertinya Wilson cukup hebat!"
Lamhot berkata sambil setengah tersenyum.
Dia baru saja berbicara dengan Dian dan memintanya untuk membiarkan Keluarga Janika pergi, tetapi Dian menjelaskan kalau segala sesuatu harus dilakukan sesuai dengan instruksi Tuan Wilson.
Lamhot masih berpikir kalau Dian pasti akan memberinya wajah dan membiarkan Keluarga Janika pergi. Bagaimanapun, dia adalah seorang gangster. Kalau benar-benar terjadi perkelahian, Serikat Dagang tidak akan mampu mengalahkannya.
Namun, kini Dian harus mendengarkan perintah Wilson, jadi bisa dilihat kalau identitas Wilson tidaklah sederhana.
Sekitar dua puluh menit kemudian, Wilson membuka pintu dan masuk.
Dian segera menyapanya, "Tuan ... Tuan Wilson, kamu di sini."
Wilson mengangguk, "Katakanlah masalahnya."
"Oke, ini adalah orang yang tadi aku katakan di telepon, penguasan bawah tanah Kota Jakarta, Lamhot. Dia mau kamu melepaskan Keluarga Janika."
Dian memperkenalkan Lamhot.
Wilson melirik Lamhot dengan acuh tak acuh, duduk tepat di depan meja konferensi dan berkata, "Jika kamu datang hanya untuk menjadi perantara bagi Keluarga Janika, kamu boleh pergi."
"Haha, aku mau tahu dari keluarga mana Tuan Wilson berasal?"
Mendengar nada arogan Wilson, Lamhot mencibir dan bertanya tentang identitas Wilson.
"Kamu tidak pantas mengetahui identitasku!"
Wilson mengambil teh dari Dian dan berkata dengan santai.
"Jadi, tidak ada yang perlu dibicarakan lagi?"
Lamhot menyipitkan matanya dan menunjukkan ekspresi kejam.
Berani-beraninya dia tidak memberikan Lamhot wajah. Tidak peduli apa pun identitas Wilson, dia akan membuat Wilson membayar harga atas kesombongannya.
Inilah momentum Penguasa Bawah Tanah Kota Jakarta.
"Membahasnya? Memangnya kamu punya kualifikasi apa?"
Wilson mengangkat alisnya dan bertanya.
Tidak peduli betapa hebatnya penguasa bawah tanah ini, di mata Wilson, dia hanyalah seorang bajingan dan tidak layak berbicara dengannya.
Sebelum Lamhot marah, Ricardo tidak bisa duduk diam. Dia dengan rendah hati meminta Lamhot untuk memohon belas kasihan. Tanpa diduga, Wilson masih menolak untuk melepaskannya.
Ricardo yang kehilangan akal sehatnya, berkata dengan mata memerah, "Wilson, jangan keterlaluan. Kalau kamu mendorongku ke jalan buntu, aku akan membunuhmu dan ibumu bahkan kalau kamu mati."
"Cari mati!"
Mendengar pihak lain mengancam ibunya, Wilson dipenuhi dengan niat membunuh.
Dalam sekejap, dia tiba di depan Ricardo.
Dengan satu gerakan, leher Ricardo patah dan terjatuh ke lantai.
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved