Bab 4 Mengorbankan Diri Demi Kesempurnaan

by Anderson 18:02,Jan 31,2024
"Wilson, omong kosong apa yang kamu katakan? Cepat minta maaf pada CEO Clarice."

Vanessa juga terkejut.

Di matanya, Wilson adalah anak yang sangat sederhana, bagaimana dia bisa mengucapkan kata-kata tidak sopan seperti itu?

"Bibi Vanessa, aku masih ada urusan di perusahaan. Sampai jumpa di lain waktu."

Sebelum Wilson bisa menjelaskan, Clarice berbalik dan pergi dengan wajah muram.

"Haih, CEO Clarice, Wilson tidak bermaksud begitu .…"

Vanessa mau mengejarnya, tetapi kakinya terasa tidak nyaman.

"Bu, cepat duduk."

Wilson membantu ibunya.

Vanessa menatapnya dengan sedikit marah. "Nak, bagaimana kamu bisa mengatakan hal seperti itu kepada orang lain?"

"Bu, dengarkan penjelasanku dulu .…"

Wilson sudah memikirkan alasannya. Dia akan mengatakan kalau ada seorang dokter yang juga tertipu bersamanya. Keduanya memiliki hubungan yang baik dan Wilson belajar beberapa keterampilan medis darinya selama bertahun-tahun.

"Kalau begitu … maksudmu CEO Clarice sakit parah?"

Wajah Vanessa penuh dengan keterkejutan.

Wilson tersenyum dan mengangguk, "Aku belum yakin, jadi aku mau melihat pusarnya untuk memastikan."

"Haih, Nak, kenapa kamu tidak menjelaskannya dengan jelas tadi? Kamu malah membuat CEO Clarice marah."

Vanessa percaya pada kata-kata putranya dan bahkan lebih khawatir Clarice akan salah paham dan marah.

"Dia tidak memberiku kesempatan untuk menjelaskannya tadi. Jangan khawatir, Bu, aku akan menjelaskannya kalau ada kesempatan."

Wilson tahu pikiran ibunya.

"Omong-omong, Bu, aku akan keluar membeli sedikit obat untuk mengobati kakimu."

Dengan keterampilan medis Wilson, kaki ibunya bisa disembuhkan dengan mudah. Setelah makan malam, dia bergegas ke kota untuk membeli obat.

Saat ini, Audi milik Peter dan ayahnya, Ricardo melaju ke depan.

"Ayah, orang di depan itu kayaknya Wilson."

Dengan bantuan lampu mobil, Peter bisa dengan jelas melihat orang yang datang dari seberang.

Ricardo segera menghentikan mobilnya dan membantu Peter keluar dari mobil.

"Tuan Wilson!"

Ricardo menyapa Wilson sambil memapah putranya.

Melihat Peter, Wilson mengangkat alisnya, "Kenapa? Kamu membawa ayahmu datang untuk melampiaskan amarahmu?"

"Tuan Wilson, tolong jangan salah paham. Kita datang untuk meminta maaf padamu. Dia hanya anak sialan yang tidak bisa membedakan benar dan salah dan malah menyinggungmu. Kuharap Tuan Wilson akan bermurah hati dan memberi kita kesempatan."

Ricardo menarik putranya untuk berlutut.

Ricardo yang baru saja menerima telepon dari Serikat Dagang Jakarta gemetar ketakutan. Dia tahu betul kekuatan Serikat Dagang. Begitu properti Keluarga Janika-nya diblokir, Keluarga Janika akan runtuh dalam semalam.

Jadi, setelah Peter pulang dan memberi tahu Ricardo tentang masalah Wilson sore ini. Kemudian dia tahu kalau orang penting yang disebut Serikat Dagang pastilah Wilson. Ayah dan anak itu dengan cepat menyiapkan banyak hadiah dan bergegas untuk meminta maaf.

"Kamu melahirkan seorang putra yang luar biasa!"

Wilson melontarkan kata-kata ini dan terus berjalan.

"Tuan Wilson ...."

"Berlututlah, semua bergantung pada suasana hatiku."

Kata Wilson tanpa menoleh.

Segera, sosok Wilson menghilang dari pandangan ayah dan anak itu.

"Ayah, apa yang harus kulakukan?"

Peter menjadi panik.

"Berlutut dengan baik."

Ricardo berteriak dengan kejam.

Dia adalah orang terhebat di bidang real estate di Kota Jakarta. Kapan dia pernah mengalah pada orang lain?

Namun, untuk menjaga Keluarga Janika, dia harus berlutut sampai Wilson puas ....

Wilson membeli jarum perak dan beberapa obat herbal tradisional dan kembali. Dari kejauhan, dia melihat Peter dan ayahnya masih berlutut.

"Tuan Wilson, kamu sudah kembali!"

Melihat Wilson kembali, Ricardo berlutut di tanah dan menyapanya.

Melihat Wilson mengabaikannya, Ricardo segera meminta maaf, "Tuan Wilson, mohon maafkan Peter."

"Teruslah berlutut."

Wilson berjalan menuju desa tanpa berhenti.

"Wil .…"

Ricardo mau mengatakan sesuatu yang lain, tapi Wilson berbalik dan memelototinya, membuat Ricardo sangat takut sampai tidak berani mengeluarkan kata-katanya.

"Tidak benar, sialan, apa ada hal lain yang belum kamu ceritakan padaku?"

Ricardo menatap Peter dan bertanya.

Wilson jelas bukan orang sederhana yang bisa mengundang Serikat Dagang. Orang seperti itu pasti tidak akan repot-repot memerlakukan Keluarga Janika hanya karena masalah tabrakan tadi sore. Ricardo merasa putranya mungkin sudah menyinggung Wilson dengan cara lain.

"Ayah, aku .…"

Peter tidak berani mengatakan kalau lima tahun lalu, dia menganiaya Anna, lalu memukuli Wilson dan membuangnya gunung tandus.

"Katakan, apa masih ada masalah lain?"

Ricardo bertanya.

Saat ini, ponsel Ricardo berdering, "Halo, Sekretaris ... ada apa?"

Saat Ricardo mendengar panggilan itu, otaknya berdengung.

Sekretarisnya yang menelepon, mengatakan kalau semua mitra sudah membatalkan kerja sama dengan mereka dan bank juga menuntut pembayaran dari mereka. Baru-baru ini, dia sudah berinvestasi di beberapa proyek dan meminjamkan dana ratusan juta, sekarang mereka juga mendesak dia untuk melakukan pembayaran. Hal ini sama saja dengan ingin mengambil nyawanya.

Pemerintah kota juga sudah mengeluarkan pesan kalau beberapa proyek yang sebelumnya ditugaskan kepada mereka akan ditarik. Beberapa proyek yang mereka selesaikan sebelumnya juga ditemukan kualitasnya di bawah standar dan mereka harus bertanggung jawab atas semuanya.

Kini mereka tidak hanya menghadapi kebangkrutan dan utang, tetapi juga terancam hukuman penjara.

"Ayah, ada apa?"

Melihat tatapan ayahnya yang kosong, Peter bertanya dengan panik.

"Plak!"

Ricardo menampar wajah Peter dengan keras dan berteriak, "Sialan, Keluarga Janika kita sudah tamat dan kita akan masuk penjara. Kamu masih tidak mau memberitahuku bagaimana kamu menyinggung Tuan Wilson?"

Mata Peter membelalak ketika mendengar ini. Dia tidak mengerti bagaimana Wilson bisa menjadi begitu menakutkan dalam waktu lima tahun kemudian.

Karena tidak mampu menahan tekanan, Peter akhirnya menceritakan apa yang terjadi lima tahun lalu.

Setelah Ricardo mendengar ini, dia segera berdiri, masuk ke dalam mobil, mengeluarkan dongkrak dan memukul Peter dengan seluruh kekuatannya.

"Dasar bajingan, aku akan menghajarmu sampai mati."

Pantas saja Tuan Wilson tidak memaafkannya meski dia sudah berlutut untuk meminta maaf. Ternyata putranya yang brengsek hampir membunuh seseorang lima tahun lalu.

"Ayah, aku sudah menyadari kesalahanku. Ayah, tolong berhenti memukuliku."

Peter berbaring di tanah, memegangi kepalanya dan memohon belas kasihan.

Amarah Ricardo belum reda dan terus menghajar Peter. Seluruh Keluarga Janika dihancurkan di tangan binatang buas ini.

Setelah menghajar Peter sampai sekarat, Ricardo pun menjadi tenang. Lalu pergi ke mobil untuk mencari tali, mengikat Peter dan menggantungnya di pohon terdekat.

"Nak, jangan salahkan Ayah karena terlalu kejam. Mungkin hanya dengan cara ini kita bisa mendapatkan pengampunan Tuan Wilson dan menyelamatkan Keluarga Janika."

Dia melirik Peter dengan sedih, lalu mengertakkan gigi dan berjalan menuju desa, berharap mendapatkan simpati Wilson dengan cara ini.

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

150