Bab 14 Kedua Wanita Dalam Bahaya!
by Dimas Tarman
14:19,Nov 27,2023
Awalnya, Fonzi juga merasa ragu, dia tidak terlalu memperhatikan.
Tapi setelah menghabiskan beberapa botol anggur, tatapannya menjadi kejam.
"Anjir…..."
"Sikat lah!"
"Kalau sudah niat, harus diselesaikan! Kali ini, aku akan mengajak Katnis yang selalu buat aku sange!"
Setelah memutuskan sesuatu dalam pikirannya, dia menggeleng untuk menyadarkan diri sebentar, melambaikan tangannya dan menyuruh dua pengawal menghampiri, membuat wanita mucikari itu diam dan menyeretnya keluar.
Sesuatu yang bisa berujung pada kehancuran keluarga adalah rahasia besar, kalau begini, lebih baik menutup mulut semua orang.
Dua hari kemudian.
Fonzi meyakinkan Katnis sepanjang hari, masalah sebesar perceraian tidak boleh ada banyak rahasia yang disembunyikan, harus diklarifikasi.
Kalau Katnis tanya Ramma, dia pasti tidak berkata jujur.
Jadi satu-satunya cara adalah menghampiri Jenna!
Tanyakan kapan keduanya bertemu, selain itu, berapa banyak hal lagi yang Ramma sembunyikan selama tiga tahun ini!
Saat senja datang, Katnis memikirkannya sepanjang hari, dengan dorongan dari Palencia, yang sudah disuruh Fonzi, dorongan terus-menerus dari Erlina dan putrinya, dia akhirnya menelepon Fonzi.
“Tuan Muda Ragul, tolong beri aku alamat Jenna.”
"Aku akan pergi sekarang."
Di seberang telepon, Fonzi lagsung menjawab dan mengirimkan lokasinya, lalu dia tersenyum merasa menang.
"Beri tahu, umpannya sudah dimakan."
"Bergereak!"
Malam harinya, sekitar jam delapan.
"Ding dong!"
Jenna yang sedang melihat dokumen di Perusahaan Farmasi Keluarga Damaya di ruang santai terkejut karena suara bel.
Sudah larut malam, siapa yang datang?
Jenna tersenyum centil ketika mengingat dia sudah memberikan alamat ketika pergi untuk mencari Ramma pagi ini.
“Apa mungkin dia?”
"Heh, saat siang cuek sekali, tapi saat malam sifat aslinya terungkap? Astaga..."
Dia bicara dalam hatinya, tapi saat dia membuka pintu, terlihat wajah cantik dan dingin.
"Kamu?"
Saat melihat ke arah Katnis yang berpakaian indah, Jenna sangat kaget .
“Apa kamu tidak mau mengundangku masuk?”
“Apa ada orang lain disini, jadi repot?”
"Ckck..."
"Kamu cemburu ya."
Setelah bercanda, Jenna berbalik dan berkata, "Kamu boleh masuk kalau kamu mau, tidak ada yang menghentikanmu."
Setelah mendengus diam-diam, Katnis masuk ke dalam dan mulai melihat sekeliling.
Semuanya tertata rapi, tidak semewah yang dia bayangkan saat tiba, setelah melihat beberapa dokumen yang Jenna kumpulkan, dia mengatakan, "Kamu bekerja? Di mana Ramma?"
"Tidak di sini denganmu?"
"Heh."
Jenna tersenyum bangga, berkata: "Aku adalah Nona Besar keluarga Damaya yang bermartabat, aku tidak bisa membawa pria masuk ke rumah sebelum menikah."
"Heh, bagaimana kamu menjelaskan perkataan menjijikkan yang kamu ucapkan di Balai Kesehatan kemarin, kelakuaan berlebihanmu juga?"
"Menjelaskan?"
Jenna menatapnya dengan santai, tidak begitu mempesona seperti kemarin, seluruh tubuhnya memancarkan aura orang yang mendominasi.
“Kamu pikir kamu ini siapa? Aku perlu menjelaskannya padamu?”
"Kamu!"
Katnis menarik napas dalam-dalam, berkata: “Aku cuma punya satu alasan untuk datang malam ini, aku tidak peduli kalau kamu sudah lama bersama Ramma, tapi aku berhak tahu tentang kebenaran, kan? "
Jenna diam-diam tersenyum, kalau Katnis benar-benar tidak peduli, buat apa tanya kebenaran?
Setelah diam-diam mengutuk bahwa lawan bicaranya berbohong, Jenna mengangguk: "Baiklah, kalau begitu aku akan menceritakan semuanya, Tuan Zatrun tidak bohong padamu, kami baru saja bertemu kemarin.”
"Kamu menciumnya meski baru mengenalnya?"
Katnis mengernyit: “Kamu pikir aku akan percaya?"
“Terserah kamu mau percaya atau tidak.”
“Saat aku mencium Tuan Zatrun, aku merasa kamu seperti tidak tahu betapa beruntungnya kamu, aku juga meminta Tuan Zatrun untuk menyembuhkan kakek, jadi aku cuma mau membantunya membuatmu marah.”
Melihat Jenna terlihat serius, dia sepertinya tidak berbohong, Katnis merasa sebagian besar kabut di hatinya langsung hilang.
Sepertinaya dalam masalah ini, Ramma benar-benar tidak bersalah.
Saat dia memikirkan betapa dia mau meminta maaf kemarin, tapi akhirnya malah memarahi mereka, dia tiba-tiba merasa malu, dia tidak bisa menahannya.
“Apa sudah selesai tanya-tanyanya?”
"Kamu bisa pergi?"
Katnis tidak ingin tinggal lebih lama lagi, dia mau pergi.
Tapi baru saja dia berbalik, dia tiba-tiba merasa pusing, setelah terhuyung beberapa langkah, dia terjatuh ke tanah.
"Hei, kamu ngapain?"
"Mau coba-coba? Aktingmu itu buruk sekali..."
Sebelum dia selesai berbicara, Jenna sadar ada yang tidak beres, Katnis langsung jatuh ke sofa setelah gemetar dua kali.
Segera, hidungnya mengernyit, pupil matanya tiba-tiba menyusut.
"Ada yang tidak beres!"
"Ra, racun!"
"Aromaterapi di ruang santai, beracun..."
"Prok prok prok!"
Baru saja perkataan itu selesai, suara tepuk tangan terdengar di ruang santai, sekelompok orang membuka pintu dan masuk.
Dipimpin Fonzi.
"Ck ck... bisa sadar dengan cepat kalau aroma terapi ini beracun, memang wanita hebat dari keluarga kaya Ibukota, pengalamanmu boleh juga!"
"Kamu?"
Melihat dengan jelas orang yang datang, Jenna cemberut, menatapnya dengan rasa jijik.
“Racun ini, ulahmu?”
"Hmm, iya aku."
“Aku pakai sedikit uang, menyuap pelayan yang kamu sewa, sederhana saja.”
Katnis terkejut saat mendengarnya: "Tuan Muda Ragul, kamu, mau apa kamu?"
"Mau apa? Hehehehe..."
Fonzi langsung nyengir: "Bukankah sudah jelas? Tentu saja aku mau melakukannya..."
"Kalian, dua wanita cantik ini!"
Jenna sangat bingung.
Keberanian orang ini, apa tidak terlalu berlebihan?
Cari mati?
Apa dia mau menyeret seluruh keluarganya?
“Nona Besar Damaya, jangan pandang aku seperti itu, properti ini dikembangkan oleh keluarga Ragul, penjaga keamanannya adalah orang-orang dari keluarga Ragul.”
"Aku sudah menyapa mereka dengan baik sebelum kemari, kamera di rumah dan seluruh jalan di luar rumah rusak, tidak akan ada tanda bahwa aku pernah ke sini."
“Dan setelah aku selesai bermain dan bersenang-senang, aku akan membunuh kalian dan membuang kalian ke saluran pembuangan. Hehe… bukankah rencana ini sempurna?”
Wajah Katnis penuh rasa heran, meski dia belum pernah menyetujui ajakan Fonzi sebelumnya, dia setidaknya berpikir pria ini cukup baik, setidaknya seratus kali lebih baik dari kebanyakan orang!
Tapi sekarang, dia akhirnya bisa melihat sifat aslinya!
Orang ini...
Benar-benar jahat!
Jenna tetap terdiam, dia cuma menopang dirinya dan menatap Fonzi dengan dingin.
Kemudian.
"Cari mati!"
Teriakan marah terdengar dari atas, lalu tiga pesilat paruh baya langsung turun.
Jenna juga langsung mendapatkan kepercayaan diri, dengan kilatan niat membunuh di matanya, berkata dengan dingin: “Paman Soran, jangan menahan diri."
"Bunuh mereka semua!"
"Baik!"
Pria paruh baya di tengah-tengah ketiganya menjawab, melompat langsung ke arah Fonzi, bergegas ke depannya dalam sekejap mata, tapi Fonzi tiba-tiba menyeringai licik.
Bocah ini masih bisa bisa senang meski dia akan mati?
Apa dia masih waras?
Setelah memkirkannya, saat hendak menyerang, tiba-tiba sebuah pedang terbang dari belakang Fonzi!
"Whoosh!"
Suara tajam terdengar di udara, melewati lehernya!
Tak lama kemudian, Jenna melihat tubuh itu menegang, setelah terjatuh ke tanah, bekas darah di lehernya sangat mengejutkan, darahnya terus mengalir keluar...
Mati dengan mata terbuka!
Tapi setelah menghabiskan beberapa botol anggur, tatapannya menjadi kejam.
"Anjir…..."
"Sikat lah!"
"Kalau sudah niat, harus diselesaikan! Kali ini, aku akan mengajak Katnis yang selalu buat aku sange!"
Setelah memutuskan sesuatu dalam pikirannya, dia menggeleng untuk menyadarkan diri sebentar, melambaikan tangannya dan menyuruh dua pengawal menghampiri, membuat wanita mucikari itu diam dan menyeretnya keluar.
Sesuatu yang bisa berujung pada kehancuran keluarga adalah rahasia besar, kalau begini, lebih baik menutup mulut semua orang.
Dua hari kemudian.
Fonzi meyakinkan Katnis sepanjang hari, masalah sebesar perceraian tidak boleh ada banyak rahasia yang disembunyikan, harus diklarifikasi.
Kalau Katnis tanya Ramma, dia pasti tidak berkata jujur.
Jadi satu-satunya cara adalah menghampiri Jenna!
Tanyakan kapan keduanya bertemu, selain itu, berapa banyak hal lagi yang Ramma sembunyikan selama tiga tahun ini!
Saat senja datang, Katnis memikirkannya sepanjang hari, dengan dorongan dari Palencia, yang sudah disuruh Fonzi, dorongan terus-menerus dari Erlina dan putrinya, dia akhirnya menelepon Fonzi.
“Tuan Muda Ragul, tolong beri aku alamat Jenna.”
"Aku akan pergi sekarang."
Di seberang telepon, Fonzi lagsung menjawab dan mengirimkan lokasinya, lalu dia tersenyum merasa menang.
"Beri tahu, umpannya sudah dimakan."
"Bergereak!"
Malam harinya, sekitar jam delapan.
"Ding dong!"
Jenna yang sedang melihat dokumen di Perusahaan Farmasi Keluarga Damaya di ruang santai terkejut karena suara bel.
Sudah larut malam, siapa yang datang?
Jenna tersenyum centil ketika mengingat dia sudah memberikan alamat ketika pergi untuk mencari Ramma pagi ini.
“Apa mungkin dia?”
"Heh, saat siang cuek sekali, tapi saat malam sifat aslinya terungkap? Astaga..."
Dia bicara dalam hatinya, tapi saat dia membuka pintu, terlihat wajah cantik dan dingin.
"Kamu?"
Saat melihat ke arah Katnis yang berpakaian indah, Jenna sangat kaget .
“Apa kamu tidak mau mengundangku masuk?”
“Apa ada orang lain disini, jadi repot?”
"Ckck..."
"Kamu cemburu ya."
Setelah bercanda, Jenna berbalik dan berkata, "Kamu boleh masuk kalau kamu mau, tidak ada yang menghentikanmu."
Setelah mendengus diam-diam, Katnis masuk ke dalam dan mulai melihat sekeliling.
Semuanya tertata rapi, tidak semewah yang dia bayangkan saat tiba, setelah melihat beberapa dokumen yang Jenna kumpulkan, dia mengatakan, "Kamu bekerja? Di mana Ramma?"
"Tidak di sini denganmu?"
"Heh."
Jenna tersenyum bangga, berkata: "Aku adalah Nona Besar keluarga Damaya yang bermartabat, aku tidak bisa membawa pria masuk ke rumah sebelum menikah."
"Heh, bagaimana kamu menjelaskan perkataan menjijikkan yang kamu ucapkan di Balai Kesehatan kemarin, kelakuaan berlebihanmu juga?"
"Menjelaskan?"
Jenna menatapnya dengan santai, tidak begitu mempesona seperti kemarin, seluruh tubuhnya memancarkan aura orang yang mendominasi.
“Kamu pikir kamu ini siapa? Aku perlu menjelaskannya padamu?”
"Kamu!"
Katnis menarik napas dalam-dalam, berkata: “Aku cuma punya satu alasan untuk datang malam ini, aku tidak peduli kalau kamu sudah lama bersama Ramma, tapi aku berhak tahu tentang kebenaran, kan? "
Jenna diam-diam tersenyum, kalau Katnis benar-benar tidak peduli, buat apa tanya kebenaran?
Setelah diam-diam mengutuk bahwa lawan bicaranya berbohong, Jenna mengangguk: "Baiklah, kalau begitu aku akan menceritakan semuanya, Tuan Zatrun tidak bohong padamu, kami baru saja bertemu kemarin.”
"Kamu menciumnya meski baru mengenalnya?"
Katnis mengernyit: “Kamu pikir aku akan percaya?"
“Terserah kamu mau percaya atau tidak.”
“Saat aku mencium Tuan Zatrun, aku merasa kamu seperti tidak tahu betapa beruntungnya kamu, aku juga meminta Tuan Zatrun untuk menyembuhkan kakek, jadi aku cuma mau membantunya membuatmu marah.”
Melihat Jenna terlihat serius, dia sepertinya tidak berbohong, Katnis merasa sebagian besar kabut di hatinya langsung hilang.
Sepertinaya dalam masalah ini, Ramma benar-benar tidak bersalah.
Saat dia memikirkan betapa dia mau meminta maaf kemarin, tapi akhirnya malah memarahi mereka, dia tiba-tiba merasa malu, dia tidak bisa menahannya.
“Apa sudah selesai tanya-tanyanya?”
"Kamu bisa pergi?"
Katnis tidak ingin tinggal lebih lama lagi, dia mau pergi.
Tapi baru saja dia berbalik, dia tiba-tiba merasa pusing, setelah terhuyung beberapa langkah, dia terjatuh ke tanah.
"Hei, kamu ngapain?"
"Mau coba-coba? Aktingmu itu buruk sekali..."
Sebelum dia selesai berbicara, Jenna sadar ada yang tidak beres, Katnis langsung jatuh ke sofa setelah gemetar dua kali.
Segera, hidungnya mengernyit, pupil matanya tiba-tiba menyusut.
"Ada yang tidak beres!"
"Ra, racun!"
"Aromaterapi di ruang santai, beracun..."
"Prok prok prok!"
Baru saja perkataan itu selesai, suara tepuk tangan terdengar di ruang santai, sekelompok orang membuka pintu dan masuk.
Dipimpin Fonzi.
"Ck ck... bisa sadar dengan cepat kalau aroma terapi ini beracun, memang wanita hebat dari keluarga kaya Ibukota, pengalamanmu boleh juga!"
"Kamu?"
Melihat dengan jelas orang yang datang, Jenna cemberut, menatapnya dengan rasa jijik.
“Racun ini, ulahmu?”
"Hmm, iya aku."
“Aku pakai sedikit uang, menyuap pelayan yang kamu sewa, sederhana saja.”
Katnis terkejut saat mendengarnya: "Tuan Muda Ragul, kamu, mau apa kamu?"
"Mau apa? Hehehehe..."
Fonzi langsung nyengir: "Bukankah sudah jelas? Tentu saja aku mau melakukannya..."
"Kalian, dua wanita cantik ini!"
Jenna sangat bingung.
Keberanian orang ini, apa tidak terlalu berlebihan?
Cari mati?
Apa dia mau menyeret seluruh keluarganya?
“Nona Besar Damaya, jangan pandang aku seperti itu, properti ini dikembangkan oleh keluarga Ragul, penjaga keamanannya adalah orang-orang dari keluarga Ragul.”
"Aku sudah menyapa mereka dengan baik sebelum kemari, kamera di rumah dan seluruh jalan di luar rumah rusak, tidak akan ada tanda bahwa aku pernah ke sini."
“Dan setelah aku selesai bermain dan bersenang-senang, aku akan membunuh kalian dan membuang kalian ke saluran pembuangan. Hehe… bukankah rencana ini sempurna?”
Wajah Katnis penuh rasa heran, meski dia belum pernah menyetujui ajakan Fonzi sebelumnya, dia setidaknya berpikir pria ini cukup baik, setidaknya seratus kali lebih baik dari kebanyakan orang!
Tapi sekarang, dia akhirnya bisa melihat sifat aslinya!
Orang ini...
Benar-benar jahat!
Jenna tetap terdiam, dia cuma menopang dirinya dan menatap Fonzi dengan dingin.
Kemudian.
"Cari mati!"
Teriakan marah terdengar dari atas, lalu tiga pesilat paruh baya langsung turun.
Jenna juga langsung mendapatkan kepercayaan diri, dengan kilatan niat membunuh di matanya, berkata dengan dingin: “Paman Soran, jangan menahan diri."
"Bunuh mereka semua!"
"Baik!"
Pria paruh baya di tengah-tengah ketiganya menjawab, melompat langsung ke arah Fonzi, bergegas ke depannya dalam sekejap mata, tapi Fonzi tiba-tiba menyeringai licik.
Bocah ini masih bisa bisa senang meski dia akan mati?
Apa dia masih waras?
Setelah memkirkannya, saat hendak menyerang, tiba-tiba sebuah pedang terbang dari belakang Fonzi!
"Whoosh!"
Suara tajam terdengar di udara, melewati lehernya!
Tak lama kemudian, Jenna melihat tubuh itu menegang, setelah terjatuh ke tanah, bekas darah di lehernya sangat mengejutkan, darahnya terus mengalir keluar...
Mati dengan mata terbuka!
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved